2. Minggu

1.6K 81 4
                                    

Sekarang hari Minggu. Karena tragedi tak direncanakan seperti tenggelamnya kapal Titanic semalam alhasil Tania, Tesa, Mario dan Alex tidur pukul 03.00. Dua jam berikutnya mereka langsung bangun. Sebenarnya yang pertama bangun Tesa yang langsung membangunkan suami dilanjutkan Tania dan juga Alex untuk shalat subuh berjamaah dengan Mario sebagai imamnya. Setelah selesai shalat mereka membaca Al-Quran 15 menit. Pukul 05:30 mereka kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur yang belum sempurna a.k.a cukup. Mumpung hari Minggu.

"Tan, buka Tan pintunya. Bangun woy udah siang. Bangun Tania!!!" Suara Alex dengan volume tingkat tinggi serta ketukan pintu yang ampuh membuat seorang Tania yang terkenal kebo a.k.a kebluk bangun dari tidurnya.

Tania yang malas bangun akhirnya bangun juga. Melepaskan selimut dari tubuhnya. Meregangkan kedua tangan khas orang tidur dan ditutup dengan menguap. Ia bangun melihat jam dinding, berjalan menuju pintu dan membukanya. Didepannya sudah ada Alex mematung yang masih memakai pakaian kerjanya semalam.

"Kebiasaan. Ini tuh hari Minggu seharusnya gue bisa pacaran sama kasur tersayang Alex. Tega Lo." Bibir Tania mengerucut yang membuat Alex terkekeh.

"Gak lucu. Terus ya sejak kapan jam 7 udah siang dari jaman kuda besi juga jam 7 itu masih pagi Alex." Omel Tania.

"Ya kan itu cara buat bangunin lo Tan. Kan lo orangnya kebo."

"Kebo-kebo diem Lo. Lo mau ngapain bangunin gue." Mereka berdua berjalan santai menuruni tangga.

"Buatin sarapan Tan, gue laper gak mungkin kan gue bangunin Tante."

"Lo mau makan apa? Omelette? Steak? apa cuma Coffee?" Tania langsung sigap berperang dengan alat-alat masak. Seperti biasa Alex akan menonton tv menunggu sarapan yang dibuat Tania.

"Omelette aja tapi pake nasi gue laper banget."

Ruang keluarga dan dapur tidak terlalu jauh dan tak ada pembatas. Di rumah ini juga tidak ada pembantu untuk memasak karena Tesa maupun Tania handal dalam urusan itu. Mereka hanya memperkerjakan ART untuk bersih-bersih rumah dan kebun di halaman depan. Itu juga datang hanya 2 kali seminggu. Dan hari ini bukan jadwal ART datang ke rumah.

"Kebiasaan, jangan bilang lo gak makan di kantor malah langsung kesini terus tidur terus bangun-bangun ngagetin gue kaya setan,?" Tania sudah tahu betul tabiat Alex. Anak itu super malas untuk urusan makan. Walau sering berantem tapi Tania juga khawatir jika maag Alex kambuh apalagi Alex masuk rumah sakit pasti yang paling repot adalah Tania.

"Iya, abis gue males kalo harus ke restoran dulu. Gue capek banget." Jujur Alex. Tangan Alex masih memegang kendali remote tv sesekali menukar Chanel TV.

"Males, males pikirin tuh tubuh lo. Dzalim Lo sama tubuh sendiri. Btw, emang jadi konsultan segitu sibuknya ya Lex?"

"Ya gitu deh, Lo gak bakalan ngerti juga kalau gue jelasin Tan. Otak Lo kan gak bakalan nyampe."

"Sialan lo, tau deh yang otaknya encer kaya kuah baso, lulus dengan predikat cumlaude. Jangan sombong Lex, dosa tau." Kedua tangan Tania lincah menggoreng telur dan menambahkan bumbu-bumbunya. Setelah matang, Tania mematikan kompor dan menaruh telur di piring yang sudah tersedia nasi. Tak lupa juga dia menambahkan kecap di atas omlette. Itu adalah kesukaan Alex.

"Nih," Tania memberikan piringnya yang langsung diterima dengan mata berbinar oleh Alex.

"Lo ga bikin juga?" Tanya Alex.

"Enggak, gue lagi diet." Tania merebut remote tv dari tangan kiri Alex.

"Bullshit, mana ada orang rakus kaya Lo diet. Lo diet itu sama aja kaya Lo nikah sama Song Jong Ki, impossible Tan."

"Gak segitunya juga kali, gue bener nih mau diet soalnya gue belum laper juga."

"Emang Lo makan apa semalem?"

"Semalem ya? Pas gue lembur gue pesen pizza satu kotak."

"Pantes, Lo mah bukan niat mau diet tapi perut Lo masih kenyang karena Pizza, Tan-Tan."

"Terserah apa Lo Lex, terserah. " Tan-tan. Tania jadi merasa geli sendiri mendengarnya. Itu adalah panggilan khusus dari Alex untuk dirinya dari zaman kanak-kanak.

Keduanya terdiam. Tania yang fokus menonton tv dan Alex yang fokus dengan sarapannya.

"Eh udah pada bangun," Tesa yang sudah terlihat rapi menggunakan pakaian olahraga. Disusul oleh Mario dengan penampilan yang sama. Rapih, siapa untuk jogging.

"Udah dong, Tania gitu." Tania membalas dengan nada membanggakan diri.

"Halah, Lo juga ga bakalan bangun Tan kalo gue gak suruh buat sarapan." Bantah Alex.

"Ya udah Papa sama mama mau jogging dulu, kalian mau ikut gak?"

"Gak," kata Tania dan Alex bersamaan.

"Cieeee yang kompakan, bye-bye." Sindir Tesa. Tesa dan Mario pun keluar rumah meninggalkan anak dan ponakannya.

"Lo ngikutin gue ya?" Selidik Alex. Sekarang sarapannya sudah habis. Hanya tersisa piring kosong di taruh di atas meja.

"Ada juga elo Lex yang ngikutin gue."

"Tan,"

"Apa?"

"Tan?" Tania tetap bergeming di tempatnya. Alex berdiri dan mulai mendekati posisi duduk Tania. Detik selanjutnya Alex ada di hadapan Tania. Sangat dekat pemirsa. Hanya berjarak 1-2 cm saja. Tania masih fokus menonton tv kedepan.

"Tan,"

Merasa terus dipanggil, Tani menolehkan mukanya ke samping. Dan apa yang terjadi pemirsa? Wajah Alex dan Tania saling berhadapan. Keduanya terdiam beberapa saat.

Ya Allah Tania dari deket cantik juga. Batin Alex.

Masya Allah, Alex ganteng juga ya sayang kelakuannya berbanding terbalik. Batin Tania.

"Astagfirullah!" Keduanya tersadar dan beristigfar berbarengan.

Tania langsung mengambil piring yang sudah kosong di atas meja dan membawanya ke arah dapur untuk di cuci. Meninggalkan Alex yang terdiam di ruang keluarga.

"Tan?" Seru Alex.

"Apa?"

"Gue mau,"

"Mau apa?"

"Gue mau Lo..."





The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang