Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, 14.00 WIBAku melangkah kedua kakiku memasuki gedung yang bernama bandara itu. Ini akan menjadi hari pertamaku untuk menginjakkan kakiku ke kota yang sangat kuiimpikan. Banyak orang yang mengatakan bahwa Paris adalah kota yang sangat romantis. Tapi aku takkan memercayai langsung tanpa aku lihat secara langsung. Paris... hmm... kota yang romantis atau tragis? entahlah. Lagipula,aku akan melihatnya secara langsung tanpa harus mendengar pendapat orang lain.
"Dap,janji sama papa kalo kamu disana akan baik-baik saja ya? Kabarin mama papa kalau kamu sudah sampai sana. Telfon papa mama juga kalau kamu membutuhkan sesuatu atau mungkin kamu lagi sakit. Jangan membuat kami khawatir. Apalagi kamu disana sendirian disana. Papa gak rela sebenarnya." kata papa sambil memelukku. Hatiku perih mendengarnya. Tapi tak ada cara lain,inilah impianku.
"Tenang pa,ma. Dap langsung kabarin kalau udah sampai. Segalanya yang papa mama minta,dap tetap turutin kok pa. Jangan khawatir, daphne sudah dewasa."
"Kalau dap perlu obat,hanya perlu whatsapp mama saja. Okay?"
"beres ma!"
Papa membantuku untuk meng-check-in bagasi-bagasiku sementara aku menghabiskan sisa waktuku untuk bermanja ria dengan mama. Namun aku merasa ada yang kurang. Ya, sahabat-sahabatku dan pacarku belum juga muncul. Mungkin mereka sedang sibuk menyiapkan urusan kuliah mereka sepertiku.
Setelah papa selesai, kami memutuskan untuk mencari makan,atau lebih tepatnya mencari tempat duduk untuk mengobrol sejenak. Sudah 1 jam berlalu, mereka juga tak kunjung datang. Aku hanya ingin bertemu dengan mereka secara langsung untuk terakhir kalinya, meskipun itu hanya sebentar.
Waktu sangat cepat berlalu. Sudah sekitar 2 jam aku menunggu kedatangan mereka. Namun hasilnya nihil. Aku menghelakan napasku dengan berat. Sudah saatnya aku pergi. Setelah mengucapkan selamat tinggal dengan paket cium dan peluk yang kuberikan kepada kedua orangtuaku, aku bergegas masuk ke imigrasi untuk mengecap pasporku. Disaat petugas itu sedang memegang pasporku dan melihatnya, doaku terkabul. Mereka datang. Dan tak kusadari, air mata yang kubendung susah payah sedaritadi, pecah begitu saja. Aku berlari kearah mereka dan memeluk mereka dengan erat.
"Aku kira kalian gamau datang untuk menemuiku."
"Kata siapa? Kami pasti datang. Hanya saja sepanjang perjalanan ke bandara macet."
"Makasih udah datang. Aku akan sangat merindukan kalian berdua, Natasha dan Valerie."
Lalu kami berpelukkan bersama sejenak. Setelah kulepaskan pelukkan teletubies itu, aku menghampiri pacarku.
"Aku kira kamu gak datang lagi tadinya." kataku dengan ragu.
"Kamu sendiri tau aku itu sayang banget sama kamu. Masa iya aku gak datang untuk menemuimu? Lagipula kita akan LDR sebentar lagi. Ini akan sangat berat untukku"
"Tidak hanya untukmu, melainkan aku juga. Tapi kita bisa menjalaninya. Hanya perlu saling mengabarkan dan saling percaya"
"Hahaha, aku akan tetap memercayaimu dapcil. Gapailah cita-citamu yang telah kau impikan sejak kecil. Kami semua yang ada disini akan selalu mendoakanmu. Setelah itu,kembalilah kepada kami. Jangan terlalu lama disana. Mengerti?"
"Iya, mengerti."
Aku memeluk Rei untuk yang terakhir kali. Aku memeluk Natasha dan Valerie untuk terakhir kali. Jika saja Jakarta bisa kupeluk, maka akan kupeluk juga untuk yang terakhir kali.
Selamat tinggal, Indonesia.
-----
Hello guys!
Maaf kalau ceritanya pendek hehe.
Masih newbie soalnya 😜Comment and vote yaa teman-teman!
Thanks and hope y'all enjoy it ❤*Update setiap hari Selasa
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
Teen Fiction" Jika saja aku bisa memilih takdir manakah yang harus kujalani, aku takkan pernah memilih untuk dipertemukan denganmu. " . . . .