Kucepatkan langkah kakiku menuju pintu keluar bandara. Namun tiba-tiba ada seseorang mendekap seluruh wajahku dengan kain yang sudah dituangi kloroform. Aku terus memberontak, menahan nafasku agar tidak terhirup oleh kloroform itu,tapi aku gagal. Semakin aku memberontak, semakin kuat ia dekapkan kain itu ke hidungku. Sedetik kemudian,semua berubah menjadi kegelapan.
Tak lama kemudian, aku sudah sadarkan diri dan kepalaku merasakan sakit yang luar biasa. Kulihat sekelilingku, tangan dan kakiku diikat dengan tali dan aku sangat yakin bahwa aku sedang berada di dalam mobil mewah seperti limousin. Jangan tanya lagi apa yang sedang kurasakan sekarang, aku sangat takut sampai-sampai aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Sial sekali. Aku datang ke Paris untuk menuntut ilmu dan menikmati gaya hidup disini, tapi ini semua kebalikan dari apa yang kuekspektasikan.
Setelah aku sudah sadar total, kududukan diriku tegak agar dapat melihat siapa pengemudi mobil ini. Pengemudi itu menggunakan jas hitam, persis seperti bodyguard berkelas yang sering kutonton di film-film. Tiba-tiba ponsel si pengemudi berdering, ia mengangkat dan berbicara formal dalam bahasa prancis.
"Sudah kulaksanakan sesuai perintahmu, Monsieur."
"Ya, sebentar lagi aku akan sampai."
Aku harus pura-pura pingsan lagi agar aku tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Kutidurkan lagi diriku seperti posisi awal ia menaruhku tadi.
Sepertinya aku sudah sampai dikediaman penelepon tadi. Mobil itu berhenti dan aku langsung menutup mataku seolah-olah aku masih dalam keadaan pingsan. Ia membuka pintu mobil dan menggendongku keluar. Aku mendengar banyak langkah kaki yang sedang berlari menuju ke arahku dan si pengemudi ini. Aku kira mereka akan bersama-sama membunuhiku, nyatanya mereka sangat baik, mereka dengan baik hati menaruhku ke kursi roda yang diberikan oleh salah satu dari gerombolan itu.
"Siapa dia?" tanya seorang laki-laki.
"Orang yang akan tinggal disini. Monsieur menyuruhku untuk membawanya kemari dengan cara yang tidak bersahabat. Kuharap setelah dia sadar nanti tidak membenciku atau mengenal mukaku."
Ternyata si pengemudi ini baik. Aku sedikit lega mendengarnya. Tapi tetap saja, aku akan tinggal disini? Ada-ada saja!
"Laurent, bawa dia ke ruang keluarga."
"Oui, Phillip"
Kutundukkan kepalaku agar aku dapat membuka mataku untuk melihat keadaan rumah ini. Ia membawaku lurus sampai ke ujung lalu belok kanan dan masuk ke pintu utama rumah ini. Seketika bulu kudukku merinding. Ruangan ini sangat dingin. Lantai rumah ini sangat mewah dan indah. Berkeramik transparan dan terdapat berlian-berlian yang bertaburan di bawah keramik itu. Pemilik rumah ini pastilah sangat kaya!
"Dimana Ralph? Kudengar dia hari ini juga sampai disini."
"Ya. Pesawat gadis ini dengan Ralph sama, dan ia sedang dalam perjalanan pulang."
"Aku tidak mengerti mengapa Ralph memaksaku untuk membawa gadis ini kemari, yang ada-ada saja dia."
Si Ralph yang menyuruh si Bapak ini membawaku kemari? Wah-wah, dengar namanya saja sudah ingin kutonjok muka si Ralph itu.
"Halo Pa. Ralph pulang."
Jadi ini suara si brengsek itu? Aku jadi penasaran dengan wajahnya. Ganteng atau jelek ya? Aku masih harus pura-pura pingsan supaya aku dapat mendengar seluruh percakapan antara anak dan bapak itu.
"Ini kan gadis yang kau menyuruhku untuk membawanya kemari? Siapa dia? Apa kau kenal sama gadis ini?"
"Ya. Namanya Daphne Roger Hernandez. Dia orang Indonesia dan ia akan melanjutkan studinya disini. Alasan aku minta tolong sama papa membawanya kemari karena dia bingung harus tinggal dimana. Jadi kan dia bisa tinggal sementara disini."
Sejak kapan aku bingung harus tinggal dimana? Aku akan tinggal di rumah Pamanku yang ada di Bordeaux sekarang. Tukang ngarang cerita! Ingin sekali aku bangkit berdiri dari kursi roda lalu kujotos muka si Ralph itu.
"Yasudahlah, bawa dia ke kamar atas. Sudah kurapikan semuanya. Kopernya juga sudah diatas."
"Merci"
Ralph mendorong kursi rodaku menaiki kamar yang dibilang si pemilik tadi. Setelah sampai di kamarnya, dia mendorongku masuk dan mengunci pintu kamarnya. Dia mendekatiku lalu berbisik, "Kau akan jadi milikku meskipun kau sekarang milik Reinaldo Angkasa."
Tamatlah aku.
///////
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
Genç Kurgu" Jika saja aku bisa memilih takdir manakah yang harus kujalani, aku takkan pernah memilih untuk dipertemukan denganmu. " . . . .