#3 -- Resah

44 6 3
                                    

Charles de Gaulle Airport , France

Setelah berjam-jam di pesawat, akhirnya aku sampai di Paris. Senang sekali rasanya. Bahkan ini terasa seperti mimpi.

Banyak orang yang berlalu-lalang di bandara ini. Ada yang berlari-lari sambil menenteng tas besarnya,mungkin ketinggalan pesawat. Ada juga yang sedang berfoto ria dengan teman dan keluarganya. Ada juga yang sedang beristirahat di kursi maupun lantai dan ada juga yang sedang membaca buku. Mungkin cuman aku yang berjalan dengan santai.

Jam menunjukkan pukul 08.00 malam. Selisih waktu disini dengan di Jakarta adalah 5 jam. Berarti, di Jakarta masih pukul 03.00 sore. Aku memutuskan untuk mencari tempat duduk di Starbucks. Tersedia tempat di pojok yang berhadapan dengan kaca,tempat yang sangat pas untukku.

Aku berjalan ke counter untuk memesan kue dan kopi favoritku.

"Bonsoir, Mademoiselle!" sapa si cowo Barista yang bisa dibilang ganteng.

"Bonsoir, Monsieur! Aku ingin memesan caramel macchiato 1 dan new york cheese cakenya 1"

"Itu saja?"

"Ya"

Lalu dia membuatkan pesananku dan memberikannya padaku. Setelah kuucapkan terimakasih, aku menenteng pesananku ke meja yang tadi kupilih.

Indah. Itulah yang tertangkap oleh mataku. Menikmati harumnya kopi yang menyebar ke seluruh ruangan dan sepotong kue,ditemani pemandangan indah pada malam hari di Paris.

Oleh karena indahnya pemandangan kota ini, aku lupa bahwa aku belum mengabari orang-orang terdekatku di Jakarta bahwa aku telah sampai. Kuhidupkan laptopku dan ponselku,seketika banyak pesan-pesan yang masuk. Akan kubaca nanti setelah aku mengabari mereka.

"Halo ma!! Daphne udah sampai nih" sapaku dengan girang saat mama sudah mengangkat telfonku.

"Halo anakku. Baguslah kalau kamu udah sampai. Kamu baik-baik aja kan? Gak ada kejadian serius kan?"

Seketika aku ingat kejadian di toilet tadi. Terbayang lagi wanita yang sedang tergeletak di lantai dengan banyaknya darah mengelilinginya.

"Halo? Kamu kedengeran ga apa yang mama bilang? Kamu baik-baik saja kan?"

"Baik kok ma" jawabku dengan nada sedikit ragu.

Namun mama tahu bahwa aku membohonginya. Sepertinya aku tidak mahir dalam membohongi mama. Aku menceritakan kejadian yang kulihat tadi kepada mama. Hanya saja soal sms sialan itu tidak kuceritakan. Hal begini saja mama sudah khawatir,apalagi kalau aku cerita soal sms itu. Bisa-bisa ia menyuruhku kembali ke Jakarta sekarang juga.

Setelah berbincang lama dengan mama,aku menutup telfonnya. Baru hari pertama,rasa kangenku luar biasa besarnya. Apalagi sama papa. Sayangnya papa sedang istirahat,jadi aku tidak bisa mengabari langsung kalau aku sudah sampai.

Ada notifications yang muncul. Kubuka LINE dan menekan kolom add friend itu. Ada orang yang mengirimkan request untuk di accept menjadi teman. Namanya Zee. Sepertinya perempuan kalau dilihat dari nama. Aku klik saja accept. Muncullah pesan dari si Zee.

Zee : Halo
Daphne RH : Halo, ini siapa?
Zee : Aku orang yang mengirimi sms tadi

SMS? SMS apa? Aku mengecek apa memang ada orang yang mengirimku SMS seperti dimaksud oleh Zee. Tidak ada SMS lain selain SMS sialan tadi. Aku membulatkan mataku. Jangan-jangan memang Zee yang mengirim SMS itu padaku.

Daphne RH : SMS yg kmu maksud itu yg kmu blg akan menjagaku sewaktu aku di Paris?

Read.

Sekian lama kutunggu,dia tidak membalasnya. Kutunggu lagi, dan akhirnya dia balas.

Zee : Ya :)
Zee : You'll be safe. Aku akan jagain kamu dimanapun kamu berada
Daphne RH : Kmu itu sbnrnya siapa sih? Kenal aja engga.
Zee : Kalau kamu tau identitasku sekarang,gak seru. Aku org yg selalu disekitarmu. Bahkan aku bisa melihat dgn jelas bahwa kamu lagi menikmati kopi dan kue favoritmu itu.

Aku tertegun. Ada disekitarku? Kubalikkan badanku dan melihat seluruh isi ruangan ini. Tetap saja, aku tidak menemukan orang yang mencurigakan. Apa yang diinginkannya? Menangkapku dan menjualku ke pasar gelap? Atau malah mau mengambil organ-organku untuk dijual? Pikiranku sudah melantur. Lebih baik aku cepat-cepat pergi dari sini. Aku menyimpan laptopku kembali ke tas dan tiba-tiba ponselku berdering.

Unknown

Panik. Namun kuberanikan diriku untuk mengangkat telfon itu.

"Daphne Roger Hernandez. Betulkan itu nama lengkapmu? Aku harap aku tidak salah mengucapkan nama kerenmu itu. Bisa dibilang kau penasaran dengan siapa yang sedang meneleponmu sekarang. Namun itu tidak penting. Aku hanya mau menyuruhmu untuk kembali ke Jakarta sekarang. Papamu sedang sakit. Kuharap kau mau mengikuti perintahku agar kau tak menyesal dikemudian hari."

Tut.

Aku tidak tahu siapa dia,bahkan jenis kelaminnya pun aku tidak tahu. Dia mengubah suaranya menjadi suara aneh dan mengerikan. Pikiranku sekarang benar-benar kacau. Aku bergegas untuk meninggalkan tempat itu.

Apa yang akan terjadi padaku?

/////

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang