Epilogue : Sepucuk Surat Di Hari Valentine

1.4K 130 33
                                    

"Phi." Gadis itu berseru seraya menghampiri Beam yang tengah mimisan tanpa ia sadari dan tanpa sepengetahuan siapapun.

"Ku hapus darahmu." Seru gadis kecil yang manis itu seraya menghapus darah yang mengalir dari hidung Beam.

Beam hanya bisa melihat tangan gadis itu yang menyapu bersih darah dihidung Beam dan meninggalkan jejak ditangan gadis itu, Forth baru saja menyadarinya.

Dan hal yang membuat Beam senang ketika gadi itu memeluknya sambil berharap.

"Ku harap kita bertemu lagi, Phi." Ujar gadis yang berharap dengan bijak.

"Pasti, aku akan menunggumu disini." Jawab Beam yang terharu. "Terima kasih adik kecil." Ujar Beam.

Gadis tersebut lantas melepaskan Beam dan kemudian berlari kembali kepada orang tuanya. Lalu sejenak gadis tersebut melambaikan tangan sebagai salam perpisahan kepada Beam, Beam dengan ringan tangan membalasnya dan setelah itu kedua orang tua gadis itu membawa gadis itu pergi.

[Forth]
"Ayo kita pergi." Seru Beam meminta untuk pulang kepada Beam.

"Apa kau baik-baik saja?" Aku menanyakan perasaannya.

"Emmm ..." Beam mengiyakanku. "Ayo, aku sudah lelah." Ujar Beam yang menahan rasa tidak enak badan.

"Baiklah. Ayo." Jawabku yang seraya kami berdiri dan kemudian kami berjalan pergi meninggalkan tempat.

Kami melewati jalan yang cukup sepi, meski tak terlalu sepi banyak beberapa orang yang melewatinya. Bahkan ada pula yang mengamen dipinggir jalan untu memperoleh uang.

Dan yang kini ku rasakan, aku ingin mengungkapkan rasa sukaku padanya tapi entah mengapa egohku masih menahan diriku untuk mengungkapkannya.

Bagaimana cara mengalahkan egohku ini?

"P'Forth." Ucap Beam yang lantas berhenti seketika dihadapanku.

"Ada apa, Beam?" Jawabku yang agak terkejut melihatnya berhenti.

"Apa kau baik-baik saja? Mengapa kau diam saja? Apa ada masalah?" Tanyanya yang membuatku bingung untuk menjawabnya.

"Tidak apa-apa." Jawabku yang kemudian kembali berjalan untuk melewati pengamen tersebut.

"P'Forth."

Dia memanggilku lagi, aku pun berhenti tepat didepan hadapan pengamen tersebut, pengamen terus bernyanyi dan Beam membalikan badannya untuk melihat kepadaku. Aku pun juga membalikan badanku karena ia memanggilku.

"Ada apa lagi?" Tanyaku.

"Apa kau mau jadi pacarku?" Lugasnya Beam yang membuatku sedikit terkejut mendengarnya.

Apa yang ia lakukan? Ia mengatakan hal itu ditempat umum, apakah tidak malu? Aku pun lantas terdiam saat itu dan hanya bisa memandangnya

"Sshhh ..." Beam nyengir. "Aiissshhh ... seharusnya aku tidak mengatakan itu karena dia masih meninggikan egohnya." Gumam Beam yang terdengar jelas olehku.

Lalu Beam berjalan menghampiriku dan setelah itu berhenti dihadapanku.

"Apa aku bodoh, P? Aku mengungkapkan hal yang sama yang pernah ku katakan sebelumnya pada orang yang sama sekali tidak menyukaiku." Ucapnya bercerita mengenai diriku. "Astaga ... aku memang bodoh ..." Gumamnya yang ku potong

"Apa kau mau jadi pacarku?" Tanyaku mengutarakan cintaku padanya.

Aku tidak perduli seberapa tinggi egohku, akan ku kalahkan semua itu hanya untuk mengungkapkan rasa cintaku. Beam, yang awalnya ku lihat ia menyesal kini berubah menjadi senang setelah mendengar ungkapan isi hatiku.

Last WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang