02 - Petaka

5.2K 326 40
                                    

Sambil menunggu Guru yang akan mengisi dan menjelaskan kegiatan tata tertib dan pengenalan sekolah, para OSIS tampak beberapa kali mondar mandir keluar-masuk ruang aula untuk menyiapkan games yang akan mereka mainkan agar acara MOPDB dapat berlangsung dengan menyenangkan tanpa adanya waktu yang terbuang.

Hari itu, cuacanya memang terasa cukup panas.

"Dhe, kertas kecil warna-warninya mana?" Ujar salah seorang OSIS laki-laki yang sejak pagi tadi tampak paling sibuk diantara OSIS lainnya. Perawakannya cukup terbilang lumayan. Bahunya bidang, kulitnya pun kuning langsat. Dia terkesan rapih dan juga sedikit bicara. Tipe murid teladan dengan kharisma yang luar biasa.

Dhea pun menjawab pertanyaan Diky dengan spontan, "Lah au, di Bella kali noh." Membuat Bella kian menoleh dengan wajah sedikit terkejut, "Hah? Kenapa?" Tanya nya dengan raut wajah polos dan juga manis disaat yang bersamaan.

"Engga Bel," Jawab Diky yang tadi sudah sempat menanyakan hal tersebut kepadanya.

"Ini anak-anak pada gak mau diem banget Dik dari tadi, udah gue bentak masih aja pada berisik." Keluh kak Dhea pada kak Diky yang tampak sudah Lelah dengan kelakuan para peserta MOS.

Kak Diky yang tampak masih sibuk mencari-cari kertas warna-warni itupun kian hanya mengiyakan keluhan Dhea tanpa benar-benar mencarikannya solusi. "Iya nanti gue bilangin." Bahkan jawabannya masih saja sama, seperti beberapa menit yang lalu, Ketika Dhea mengeluhkan hal yang sama pula.

Perlu diketahui, suasana di ruang aula memang sangatlah ramai dan tidak terkendali. Terlebih lagi anak-anak lelaki dari kelompok Merah, entah sudah berapa kali kak Dhea menghampiri dan menegur mereka hingga kakak OSIS bertubuh gemuk itu kian sakit hati dan terbawa perasaan karena merasa tidak dihargai.

Pasalnya mereka ini sangat berisik dan heboh sendiri sejak pagi tadi, bahkan berisiknya mereka melebihi dari berisiknya para cewek yang ada disana. Padahal anak-anak tersebut sudah ditegur beberapa kali oleh kakak OSIS laki-laki, tetapi mereka masih terus saja berisik sendiri seolah belum merasa jera.

"Cewek-cewek di kelompok lain ngapa cakep-cakep amat ya, lah giliran di kelompok kita mukanya pada kayak Dakocan semua!" Seru Adit mengeluarkan keluh kesahnya dengan raut wajah kecewa sekaligus kesal tak terima.

Onjes yang tak sengaja mendengar keluhan Adit itupun langsung menoleh, "Ngaca gobl*k. Muka lo aja udah kayak lipetan pantatnya Ucok. Segala pengen ama yang cakep HAHAHAH. Nyadar diri woy!"

"Bangke lo Jes." Seru Adit sambil menyikut dada Onjes yang duduk tepat di belakangnya.

"Tapi emang di kelompok kita kaga ada yang cakep sih mukanya." Onjes menyetujui perkataan Adit tadi sambil kini sibuk mengedarkan tatapan matanya ke sekitar. "Ada yang cakep bat kayak Arab, tapi gue lupa doi dari kelompok mana." Lanjut Onjes yang ternyata tengah mencari-cari sosok cewek yang ia temui di depan gerbang sekolahnya tadi pagi.

Adit pun tanpa sengaja ikut mengedarkan pandangannya ke sekitar, karena penasaran dengan sosok cewek cantik berwajah Arab yang tengah Onjes bicarakan.

Mata Adit kian berhenti mencari sejenak manakala ia menengok ke kanan, tepatnya kearah sesosok cewek berwajah Arab yang mungkin saja tengah dicari oleh Onjes saat ini.

Cewek tersebut baru saja menengokkan wajahnya ke belakang sambil tertawa jahil namun terkesan sangat menggemaskan. Dia duduk tepat di depan Jampang, bahkan satu kelompok dengannya, yakni kelompok Pink. Pose tidur Jampang yang mulutnya terbuka itupun telah menjadi penyebab ia tertawa sumringah, membuat Adit kian hampir ikut tersenyum karena senyuman si cewek tadi seolah menular padanya.

"Itu bukan?" Tanya Adit sambil menepuk bahu Onjes dan menunjuk kearah salah satu cewek bertopi kerucut Pink yang baru saja ia perhatikan tadi.

"Nahh iya Dit yang onoh!" Onjes tampak antusias.

Tears DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang