03 - Brandalan

4.1K 294 32
                                    

Sesudah pelaksanaan MOS yang telah dijalani selama 3 hari kemarin, kini para peserta MOS tersebut pun akhirnya sudah benar-benar resmi menjadi siswa baru di SMA Jomblang Rawan. Tepatnya setelah Bu Mila (waka kesiswaan) sekolah mengumumkan pembagian kelas kepada mereka sewaktu kemarin sore.

Selama 3 hari itu pula, Jampang merasa sangat lelah dan juga bosan diwaktu yang bersamaan.

Permainan yang melelahkan, materi yang membosankan, hingga demo ekskul yang menurutnya sama sekali tidak menarik untuk disaksikan.

Terlebih lagi Onjes dan kawanannya yang selalu saja mencari-cari perhatian. Membuat Jampang kian semakin malas dan tak bersemangat saja rasanya.

Kamis, 17 Juli 2014.

Pagi itu seluruh murid SMA Jomblang kelas 10 tampak serempak mengenakan seragam batik baru berwarna kuning menyala dengan bawahan abu-abu. Dengan warna seragam yang sangat mencolok dan terkesan norak tersebut, beberapa dari mereka bahkan ada yang sengaja menutupinya dengan jaket sweater maupun hoodie dan cardigan.

Dari kejauhan, Jampang terlihat baru saja berjalan memasuki gerbang sekolah dengan raut wajah malas.

Tak seperti anak-anak kelas 10 lainnya, seragam yang ia pakai saat ini terlihat sangat dekil dan warnanya pun sudah lumayan pudar. Bahkan seragamnya tersebut lebih terlihat seperti sebuah baju bekas yang sudah lama tak terpakai.

Namun hal itu tak kunjung membuat kepercayaan dirinya menurun sedikit pun, bahkan Jampang sama sekali terlihat tidak peduli dengan seragam lusuh yang saat ini terpakai di tubuhnya. Entah memang pada dasarnya dia itu orang yang cuek, atau mungkin tidak terlalu suka mempedulikan hal-hal yang menurutnya kurang penting.

Lelaki itu baru saja memasuki kelasnya, kelas 10-1. Kebetulan, tak ada seorang pun teman tongkrongan rumahnya yang satu kelas dengan dirinya.

Baru beberapa langkah ia menelusuri kelas, tiba-tiba saja matanya teralihkan pada sosok cewek yang pernah ia tembak sewaktu MOS di hari pertama, yakni cewek yang bernama Sifa Khalifa.

Cewek itu duduk di bangku paling depan. Jika dilihat sekilas, sepertinya Sifa dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

Gadis itu bahkan sempat meliriknya dengan tatapan sinis dan juga arogan. Entah punya dendam apa, tetapi Jampang tak terlalu peduli.

Sepertinya Sifa masih kesal karena terus saja diledek sebagai pasangan kekasih baru sewaktu MOS kemarin semenjak Jampang menembaknya di depan aula. Sedangkan Jampang sendiri seolah tak terusik sama sekali dan tampak kian menikmati.

Lelaki tersebut terus melangkahkan kaki menuju bangku di pojok belakang kelas, yakni tempat paling strategis untuk bisa tidur tanpa sepengetahuan guru.

Jampang pun segera menyandarkan punggungnya ke tembok, sama seperti yang biasa dia lakukan sewaktu SMP dulu.

Kini satu persatu teman-temannya kian datang dan mengisi setiap bangku yang masih belum terisi. Namun sejak pagi tadi bangku di sebelah Jampang masih belum juga ada yang menempati.

Saat MOS kemarin pun dia terlihat jarang bergaul dengan teman sekelompoknya. Sedikit terkesan sombong memang, terlebih lagi dia cukup memiliki nama dan beberapa isu miring tentang dirinya yang membuat anak-anak lain dari kelompoknya kian jadi merasa segan. Sama halnya seperti penilaian Gilang sewaktu mereka bertemu pertama kali.

Padahal, dia bukanlah sosok seperti yang dibayangkan oleh orang-orang.

Panjang umur, Gilang tampak baru saja datang dari arah pintu kelas. Ketika melihat sosok Jampang di pojokan, dia pun langsung berjalan menghampiri lelaki tersebut dengan cengiran khas-nya, menyapa Jampang dengan wajah penuh antusias.

Tears DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang