08 - Siapa?

3.1K 233 30
                                    

Di siang menjelang sore hari, di perjalanan pulang menuju rumah Sifa, Jampang masih setia berjalan dibelakang gadis tersebut sambil memandangi rambutnya yang terurai panjang sampai ke pinggang.

Sebenarnya, saat ini Jampang terlihat begitu kelelahan. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa jarak antara rumah Sifa dan sekolahnya tersebut ternyata lumayan cukup jauh.

Lelaki itu pun kian men-sejajarkan langkah kakinya dengan langkah kaki Sifa agar mereka berdua bisa saling jalan bersebelahan. Entah apa niat dan maksud tujuannya.

Kali ini, Sifa tidak membentaknya seperti saat tadi meskipun Jampang baru saja menyenggol tubuhnya kembali dengan tidak sengaja.

Ketika Jampang baru saja ingin membuka pembicaraan, tiba-tiba saja dia sudah keduluan.

"Lo biasa lewat sini?" Tanya Sifa yang akhirnya memecah keheningan diantara mereka berdua. Tumben-tumbennya gadis tersebut bertanya.

Jampang pun menggeleng, jalan ini memang bukanlah jalan yang biasa ia lewati untuk pulang.

"Sekarang lagi ada Hut STM Dirga41, mereka lagi pada wara-wiri di jalan raya." Ujar Jampang mencoba menjelaskan dengan sesingkat mungkin. Ditambah lagi, Jampang tidak ingin jika seandainya nanti Sifa dan Onjes berpapasan sewaktu pulang. Akan sangat merepotkan sekali tentunya bagi Jampang.

"Maksudnya?" Sifa tak mengerti dengan sepatah kata pun yang baru saja Jampang ucapkan padanya. Hut? Wara-wiri?

"Jadi intinya, lo harus pulang sama gue." Lelaki itu kian menarik baju Sifa dengan seenaknya saja seperti sedang memegang anak kucing.

Sifa pun menatapnya heran. Sebenarnya apa yang ingin Jampang lakukan padanya?

Dia sedikit sulit ditebak.
Agak terkesan misterius, tapi perlakuannya cukup terasa hangat.

Meski terkesan cuek diluar, tapi entah kenapa Sifa merasa bahwa teman sekelasnya ini bukanlah sosok laki-laki yang tega berbuat jahat.

Itu seolah terlihat jelas di kedua matanya yang sayu.

Tak lama kemudian, terdengarlah sorak-sorak lagu yel-yel anak STM Dirga41 dari kejauhan. Suaranya bahkan kian semakin terdengar jelas di telinga Jampang dan Sifa.

"Ini ada yang mau tawuran?" Tanya Sifa penasaran yang segera dibalas oleh anggukan Jampang. Lalu tiba-tiba saja gadis itu menatap Jampang dengan sangat kesal, "Kok lo gak ngasih tau gue!"

Jampang menghela nafas, padahal tadi dia sudah menjelaskan.

Sifa pun langsung menghentikan langkah kakinya, dia terlihat cemas dan wajahnya bahkan memucat.

Ini terlihat sama persis dengan apa yang pernah Sifa lihat di TV. Suasana menakutkan ini, benar-benar membuatnya sedikit panik dan gelisah. Nanti jika ia terluka seperti yang ada di berita-berita, bagaimana?

"Kita balik arah aja." Seru Sifa seolah memerintah layaknya seorang bos.

"Gila, jauh banget." Jawab Jampang yang sudah ngos-ngosan duluan, bahkan kini nafasnya terdengar berat. Dia menatap Sifa seolah tak percaya dengan apa yang baru saja diucapankannya.

"GUE TAKUT!" Bentak Sifa yang bersikeras tidak mau melanjutkan perjalanan.

Jampang pun menatap Sifa, mencoba untuk menenangkan, "Gue bilang tenang aja, ada gue."

Sifa sontak menatap Jampang dengan kesal. Bisa-bisanya Jampang berkata seperti itu kepadanya di saat genting seperti ini. Memangnya dia siapa?

"Emangnya lo siapa? Lo polisi? Lo..."
Belum sempat Sifa melanjutkan perkataannya tersebut, tiba-tiba saja Jampang memotong ocehannya itu dengan menarik tangan mungilnya lalu kemudian melingkarkannya ke tas lusuh milik Jampang.

Tears DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang