Reason

6.6K 665 40
                                        

Aku tidak bisa tidur. Aku memimpikan Taeyong hyung.

Aku memutuskan untuk mendatangi terapisku lebih cepat dari jadwal seharusnya.

Aku menjalani terapi untuk mengatasi depresi dan kondisi emosionalku yang kadang tidak stabil. Aku berniat mengatakan semuanya kali ini. Tentang kami. Tentang Taeyong hyung. Alasanku meninggalkannya.

Aku akan mengaku bahwa itulah salah satu hal yang selalu menggangguku setiap waktu.

"Aku bertemu dengannya." Mulaiku. Aku duduk nyaman di kursi empuk seperti biasanya.

"Oh?" Dia menatapku dari balik kacamatanya. "Hyungmu itu?"

Aku mengangguk. "Dia tertabrak mobil. Nomorku ada di kontaknya. Seseorang menelpon menyuruhku datang ke rumah sakit."

"Apa kalian berdua punya kesempatan untuk bicara?"

Aku menggelengkan kepala. "Tidak."

Yang kemarin itu sama sekali tidak bisa dihitung. Aku lari. Itu yang terjadi. Johnny hanya alasan tambahan lain yang membuatku pergi meninggalkan Taeyong hyung sekali lagi. Karena aku terlalu takut.

“Tapi aku berbicara dengan kekasihnya.” Tambahku.

"Apa itu mengganggumu?"

Aku menunduk dalam dan tidak menjawab. Megeratkan kepalan tanganku. “Dia menceritakan tentang Taeyong hyung. Tentang hidupnya yang menderita selama tujuh tahun ini. Sejak aku meninggalkannya.”

Terapisku menatap curiga.

“Tentang Taeyong. Ada yang ingin kau katakan padaku Jaehyun?”

Aku selalu mengelak segala pertanyaan tentang Taeyong hyung sebelumnya. Mungkin itu yang membuatnya curiga sekarang.

"Sudah aku bilang-"

Aku ragu. Aku tidak ingin memberitahunya. Tapi harus. Aku menarik napas dalam-dalam.

"Aku hanya merasa bersalah. Taeyong hyung. Sebenarnya dia ramah dan manis. Meski kadang jadi pendiam dan sedikit pemalu. Aku tidak pernah mau meninggalkannya. Karena begitu aku melakukannya akan selalu ada yang menganggunya. Aku terlalu menyayanginya, sebagaimana dia menyayangiku.”

"Ya. Lalu kenapa?"

"Aku meninggalkan Taeyong hyung karena merasa kami tidak bisa bersama. Sudah aku katakan itu… tidak sehat. Sejak kehilangan ibu. Kami tidak punya siapa-siapa lagi. Kami selalu bersama. Terlalu dekat dan bergantung satu sama lain. Itu menghambat interaksi kami dengan orang lain dan dunia luar.”

“Hanya itu?”

Aku memejamkan mata. Jari-jariku terkepal kuat. Aku menggeleng.

"Perasaanku." Aku tersedak, memaksakan diri untuk melanjutkan. "Alasanku yang sebenarnya meninggalkan Taeyong hyung adalah karena perasaanku padanya. Itu tumbuh menjadi menjadi sesuatu yang tidak seharusnya."

Terapisku itu menatapku lama.

Dia mengambil napas dan menuliskan sesuatu di catatannya. "Aku mengerti." Katanya.

Tidak. Dia tidak mengerti apapun.












Aku mulai menyadari perasaanku di suatu malam. Taeyong hyung berteriak ketakutan karena suara petir dan hujan lebat. Aku membiarkannya tidur bersama di kasurku untuk malam itu.

“Terimakasih Jaehyunie.”

Senyumannya saat mengucapkan itu berhasil membuatku tertegun. Wajahku memerah saat mendapat satu ciuman kecil di pipi kiriku. Jantungku berdetak cepat sekali sampai aku tidak bisa tidur. Yang kulakukan sepanjang malam adalah memandangi wajah Taeyong hyung.

Hyungie sangat cantik.

Kalimat itu terus berputar-putar di kepalaku. Meliar pada hal lain. Pada bayangan bagaimana jika ciuman tadi bukan hanya sekedar di pipi tapi… bibirku.

Aku mengenyahkan pikiran itu. Berpikir jika itu bukan apa-apa. Hanya perasaan sayang adik pada hyungnya.

Tapi semakin hari itu semakin buruk.

Sampai suatu hari. Aku mendapati cairan putih lengket di tanganku dengan bayangan Taeyong hyung di kepalaku. Aku merasa jijik akan diriku sendiri. Tidak berani menatap Taeyong hyung setelahnya.

“Kim ahjumma. Aku ingin melanjutkan di sekolah asrama.”

Itu bukanlah pilihan mudah untuk anak berusia lima belas tahun. Aku akan meninggalkan Taeyong hyung dalam waktu yang lama. Tapi tekadku sudah bulat. Aku tidak bisa bersama Taeyong hyung dengan pikiran dan perasaan seperti itu. Itu… tidak sehat.

Aku menggunakan beasiswa yang aku terima dari wali kelas sebagai alasan untuk pergi.

Maaf hyung. Maafkan aku.

Taeyong hyung tidak menangis saat aku pergi. Tapi terlihat sangat sedih hingga membuat dadaku dipenuhi rasa bersalah.

“Aku akan kembali saat liburan.” Janjiku.

Bohong.

Nyatanya aku tidak datang. Bahkan setelah lulus sekolah menengah aku tidak kembali. Aku melanjutkan ke perguruan tinggi dengan beasiswa lain.

Aku masih belum bisa melupakan Taeyong hyung. Merindukannya setengah mati tapi inilah yang terbaik.

Hidup terpisah begini akan lebih baik untuk kami berdua.













Empat tahun sejak perpisahan itu. Taeyong hyung muncul di pintu kamar asramaku dengan senyum lebarnya. Binar kebahagian di matanya meluap begitu melihatku.

"Jaehyunie." Katanya.

Aku menatap kaget. "Taeyong hyung?"

Bagaimana bisa dia menemukanku?

"Aku mencarimu." Katanya. "Aku sangat merindukanmu. Kenapa kau tidak pernah kembali ke panti atau membalas suratku?"

"Aku sibuk," kataku lemah. Membiarkan pintu tetap terbuka. Isyarat untuknya masuk.

Dia menatap kecewa. "Apa- aku menggangu?" Tanyanya ragu.

Aku balas menatap malas.

Aku sangat ingin memeluknya sekarang tapi terlalu keras kepala untuk mengakui itu. Terlalu takut menghancurkan semua usaha melupakannya selama ini. Aku justru memberinya tatapan dingin.

"Sedikit. Aku ada ujian besok." Kataku pendek.

Taeyong hyung yang baru saja duduk langsung berdiri lagi.

"Ma-maaf. Kalau begitu… aku akan pergi.”

Aku membiarkannya menuju pintu.

Kakiku seperti dipaku. Aku begitu bingung. Aku ingin menghentikan Taeyong hyung lalu meminta maaf. Tapi di saat bersamaan aku ingin dia segera pergi.

Taeyong hyung berbalik sebentar untuk memberikan senyumannya. Dia berusaha keras menutupi kekecewaannya. Meski sia-sia. Mata indah sehitam kelerengnya hanya bisa memancarkan kejujuran tanpa cela.

"Aku senang kau baik-baik saja Jaehyunie." Katanya pelan. "Jangan lupa jaga kesehatanmu."















Aku berteriak keras begitu sosoknya menghilang. Tanpa sadar menangis karena kebodohanku yang telah menyakiti orang yang paling aku cintai. Dengan sikapku.

"Taeyong hyung maafkan aku..."











Kami tidak pernah bertemu lagi.

TBC

Belong to You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang