Aku mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Tiga minggu kemudian.
"Halo?"
"Jaehyun? Ini aku Johnny."
Jantungku melonjak seketika. Aku menjilat bibirku, tiba-tiba sulit berbicara.
Kenapa dia menghubungiku? Apa maunya?
"Ada apa?"
"Taeyong sudah keluar dari rumah sakit. Gipsnya akan dilepas besok. Aku mengajaknya makan malam di luar untuk merayakannya. Aku ingin kau datang sebagai kejutan. Taeyong pasti senang."
"Tidak." Kataku. Otomatis. "Aku tidak bisa."
Sebuah helaan napas dari seberang terdengar.
"Jaehyun. Kau satu-satunya keluarga yang Taeyong miliki. Dia berkata sudah lama punya nomormu di ponselnya. Dia juga tahu dimana tempat tinggalmu. Tapi selalu menahan diri untuk tak menghubungi atau menemuimu. Dia takut kau akan menolaknya. Dia takut akan mengganggumu. Meski dia selalu bilang tidak apa-apa. Aku tahu Taeyong sangat merindukanmu, Jaehyun. Aku bahkan mendengarnya terus mengigaukan namamu beberapa hari ini."
Taeyong hyung kenapa?
Bukankah kau seharusnya membenciku?
"Aku tidak tahu alasanmu begitu ingin menjauh darinya selama ini. Aku tidak akan bertanya. Tapi asal kau tahu, dia tidak pernah membencimu. Sekalipun tidak pernah. Taeyong selalu menyayangimu. Menyebalkan untukku mengatakan ini. Tapi kaulah orang terpenting dalam hidupnya."
Aku menggigit bibirku, tidak yakin.
"Kalian bisa memulai semuanya dari awal. Kau bisa menebus rasa bersalahmu itu dengan datang dan membuatnya tersenyum. Ayolah. Berhenti menjadi pengecut."
Pengecut?
Itulah diriku selama ini.
Aku menghembuskan napas kalah.
"Baiklah. Aku akan datang."
"Bagus. Besok. Jam tujuh. Aku akan kirimkan alamat tempatnya padamu setelah ini. Sampai jumpa nanti."
Aku menutup telepon. Menghembuskan napas berat.
Aku akan bertemu dengan Taeyong hyung lagi dan sama sekali tidak siap.
Aku menatap jendela begitu sampai di tempat tujuan. Sesuai dengan alamat yang dikirimkan Johnny. Ini mengejutkan karena restoran ini adalah salah satu restoran mewah yang hanya bisa didatangi oleh orang-orang kalangan atas.
Dari tempatku berdiri aku bisa melihat ke dalam sana. Taeyong hyung terlihat mencolok dengan rambut merah mudanya. Dia duduk bersama Johnny. Mengobrol sambil tersenyum lebar yang diselingi tawa kecilnya yang manis. Dia sangat riang.
Dulu hal sekecil apapun bisa membawa senyum manis di wajah Taeyong hyung. Sekarang masih sama. Ternyata benar dia sama sekali tidak berubah.
Ini mungkin terdengar sedikit aneh. Tapi aku pun cukup terkejut saat berpikir jika aku suka melihat mereka bersama seperti itu.
Taeyong hyung dan Johnny... terlihat bahagia.
Tatapan mereka menunjukkan jika mereka sedang saling jatuh cinta. Meski tak bisa dipungkiri ada bagian hatiku juga ikut merasa sakit dan sesak.
Taeyong hyung berbahagia. Tapi bukan denganku. Bukan aku yang membawa senyum dan tawa itu. Melainkan orang lain. Johnny.
Haruskah aku masuk? Atau pergi sekali lagi seperti pengecut?
