Aku tidak yakin kenapa aku bisa ada di apartemen mereka beberapa hari kemudian. Duduk meringkuk di sofa bersama Taeyong dan kekasihnya, Johnny. Menonton film animasi kesukaan Taeyong. Dengan kepala hyungku itu ada di bahuku.
Taeyong hyung memang sangat menyukai skinship. Dia terus memeluk atau merangkul tanganku setiap saat. Kadang menidurkan kepalanya dipangkuanku seakan memintaku mengelus kepalanya saat Johnny sibuk menyiapkan makan malam.
Johnny terlihat tidak keberatan karena dia sudah mengenal bagaimana sikap Taeyong. Apalagi jika sudah bermanja-manja seperti anak anjing.
Itu tidak lama sampai aku menyadari jika aku mulai menghabiskan lebih banyak waktu di apartemen mereka daripada tempat tinggalku sendiri.
Aku juga sering mengunjungi Taeyong di kafe. Menghabiskan waktu bersamanya. Menemaninya di saat Johnny harus bekerja di akhir pekan karena pertemuan penting.
Aku merasa senang bisa sering menghabiskan waktu bersama Taeyong hyung. Tentu dengan Johnny juga.
Saat kami bertiga bersama. Kami akan mengobrolkan apapun sambil tertawa, membuat makan malam bersama, atau sekedar bermain untuk menghabiskan waktu luang; kartu uno, monopoli, bahkan mencari pokemon di sekitar taman dan apartemen. Jangan tanya siapa yang mengusulkan itu karena tentu saja siapa lagi kalau bukan Taeyong hyung.
Di akhir pekan. Setelah lelah seharian bermain di taman bemain. Taeyong hyung berkata akan merencanakan liburan ke Jepang untuk kami bertiga.
“Aku ingin ke Disney Land, melihat pohon sakura, datang ke festival kembang api dan pasar malam, berendam di pemandian air panas, lalu melihat ninja sungguhan bersama Youngho dan Jaehyunie!” Katanya semangat.
Aku dan Johnny hanya bisa tertawa mendengarnya.
Hidupku yang monoton dan membosankan benar-benar telah berubah. Menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
Ketika aku kembali ke rumah di malam hari. Aku memejamkan mata dan mulai berpikir jika hidup seperti ini sudah cukup untuk membuatku bahagia.
Tapi tidak ada kebahagian yang berlangsung selamanya. Ada waktu tertentu di mana kebahagiaan ini akan berakhir. Aku takut begitu memikirkan kapan itu akan datang.
"Taeyong hyung. Aku bawakan cake kesukaanmu-"
Aku datang ke apartemen mereka menggunakan kunci duplikat yang aku miliki. Johnny memang sengaja memberikanku kunci duplikat agar memudahkanku tiap kali ingin datang.
Aku merasa senang sekaligus merutuk kesal karena tak jarang mendapati mereka sedang bermesraan sambil making out di sofa atau meja dapur.
Seperti sekarang.
“Maaf-” Kataku sambil mengalihkan pandang. Wajahku memerah.
Taeyong hyung langsung berdiri dari pangkuan Johnny. Pakaian dan rambutnya berantakan. Wajahnya memerah malu dengan bibir bengkak.
“Ti-tidak apa-apa Jaehyunie.” Katanya gugup. “Duduk saja. Aku buatkan minum dulu.”
Taeyong hyung pergi ke dapur tergesa. Johnny mengikutinya, memeluknya dari belakang sambil mengecupi belakang telinganya.
“Youngho hentikan! Jaehyun bisa lihat!”
Johnny tidak peduli jika Taeyong hyung memukul dan mendorongnya menjauh. Mereka akan tertawa bersama setelahnya.
Di saat seperti itu. Aku akan merasa sangat iri pada Johnny. Karena aku bukan siapa-siapa di sini. Aku hanyalah seseorang yang dianggap adik oleh Taeyong hyung. Itu tidak akan berubah.