Part 1

65 12 3
                                    


Sinar mentari mulai menyebar, disambut dengan suara kicauan burung yang merdu. Membangunkan seorang wanita muda yang baru saja menikah, yang saat ini tengah berada di ranjang bersama pasangan hidupnya.

"Dimas, bangun! Kita kan harus ke bandara," ucap seorang wanita bernama Vivi sambil menggoyang-goyangkan tubuh suaminya yang masih terlelap. Dia cukup terkejut ketika melihat jam di layar ponselnya.

"Oh, iyaa!" Dimas bangun seketika dan langsung melihat jam di ponselnya. "Tenang, tenang, kita masih punya waktu satu jam."

"Ayo kita siap-siap, Mas!"

Vivi dan Dimas segera bersiap-siap agar tidak tertinggal pesawat. Hari ini mereka berencana untuk memulai bulan madu.

Mereka berencana pergi ke sebuah pulau di kawasan Nusa Tenggara. Di mana hutan dan pantai bersatu dengan indahnya. Mereka sudah mengimpikan bulan madu ini saat mereka masih berstatus pacaran.

Dua puluh menit kemudian, Dimas dan Vivi yang sudah rapi segera memesan taksi khusus ke bandara. Beruntung, taksi mereka sampai dalam waktu lima menit. Setelah memasukkan koper ke dalam bagasi, mereka pun masuk ke dalam taksi, dan taksi pun berangkat.

"Tidak ada yang tertinggal, 'kan, Mas?" ucap Vivi.

"Tiket, paspor, dompet, ponsel, kamera ... sepertinya sudah semua," balas Dimas sambil mengingat barang-barang yang ia sudah bawa.

"Huh ... syukurlah. Bisa batal rencana ini jika kita tidak bangun tadi."

"Iya. Kita terlalu lama menonton drama Korea, itulah sebabnya kita bangun terlambat. Untung saja, kita masih bisa mengejar waktu, hahaha."

Jarak antara rumah mereka dan bandara tidak begitu jauh, sehingga dalam waktu 15 menit, mereka telah sampai.

Waktu yang begitu sedikit membuat mereka melangkah cepat sampai di pesawat. Menarik napas lega begitu sudah duduk di kursi yang mereka pesan.

"Aku masih mengantuk, bangunkan aku jika kita sudah sampai, ya!" kata Dimas.

"Ih, Dimas! Aku juga mengantuk!"

"Ya sudah, sekarang kita tidur. Nanti juga akan terasa begitu sampai. Tenang saja, Sayang." Dimas mengusap kepala Istrinya itu dengan mesra, membuat kedua pipi Vivi memerah. Akhirnya, mereka pun terlelap. Melewatkan pemandangan indah yang hanya bisa dinikmati dari jendela pesawat, seperti sekumpulan awan lembut dan putih, kota-kota besar, dan hamparan laut biru yang luas.

"Vi, Vivi! Kita sudah mendarat," kata Dimas sambil menggoyangkan tubuh istrinya itu.

"Sudah sampai? Cepatnya .... " Vivi mengusap kedua matanya guna menghilangkan rasa kantuknya.

Para penumpang turun dari pesawat dengan tertib. Dimas memeriksa barang kembali untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal.

"Aku sudah menghubungi pemilik dan juga pengurus penginapan kita selama di sini. Kalau tidak salah, nama pengurusnya bernama Pak Aji," ucap Dimas sambil terus berjalan disebelah Vivi.

"Lokasinya jauh tidak, Mas?" tanya Vivi.

"Cukup jauh. Nanti kita naik perahu untuk sampai di pulau itu."

"Wah, aku ingin segera beristirahat. Lalu, Pak Aji menunggu kita di mana?"

"Aku sudah memintanya untuk menjemput kita di bandara. Tapi, sedari tadi aku belum melihatnya."

"Kamu ada fotonya? Biar aku bantu mencari." Dimas menunjukkan foto pak Aji. Kedua mata mereka mencari orang bernama pak Aji itu di kerumunan yang juga menunggu seseorang yang keluar dari bandara.

The SubconsiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang