Part 5

29 5 0
                                    

Keesokan harinya, sesuatu terjadi pada Vivi. Matahari baru saja akan terbit, tetapi Vivi membuat kebisingan di ruangannya.

"AAAAAARRRGGGHHHHHH ... KEMBALIKAAANNNN ... KEMBALIKAN DIAAA!!!!!" Vivi berteriak selama beberapa saat.

Tirza dan Tania mengambil beberapa obat guna menenangkan pasien mereka itu. Mereka berlari secepatnya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Sesampainya di ruangan Vivi, mereka masuk. Vivi terlihat diam seperti biasa. Kedua psikiater itu perlahan mendekatinya. Lalu, Vivi kembali membuat keanehan.

"Hihihihi ..." Vivi tertawa ngeri.

"Tenang, tenangkan dirimu," ucap Tania.

Tiba-tiba, Vivi menatap Tirza dengan tajam. "KAAAUUU ... WANITA TUA JAHAATTT!!!" Vivi menyerang Tirza dengan ganas, seolah akan mencekiknya. "HAAHAHAHA ... RASAKAN INI !!"

Sekuat tenaga Tirza menghindar. Namun, tenaga Vivi yang mendadak menjadi sangat besar membuatnya ingin menyerah. Dan akhirnya, kedua tangan Vivi berhasil melekat di leher psikiater itu.

Tania secepat mungkin menyiapkan obat bius untuk disuntikkan pada Vivi. Karena rasa paniknya, Tania tidak mengukur dosis yang ia gunakan.

Tania menyuntikkan obat bius itu tepat di leher Vivi sebelum wajah Tirza membiru. Membuat Vivi tidak sadarkan diri dan terjatuh. Tirza berhasil diselamatkan.

"Hampir saja ... huh ..." ucap Tania.

"Kupikir aku akan mati," kata Tirza, "Apa kita harus mengikatnya?"

"Aku akan meminta persetujuan orangtuanya terlebih dahulu."

"Baiklah. Ceritakan semua yang terjadi tadi."

Mereka berdua mengangkat tubuh Vivi dan meletakkannya di atas ranjang pasien. Tania segera menghubungi orangtua Vivi.

Tirza merasakan sesuatu yang aneh yang menimbulkan pertanyaan. Bagaimana bisa seorang wanita yang tengah sakit, yang bahkan tidak makan seharian, memiliki kekuatan sebesar itu? Tirza merasa curiga kalau iblis itu mulai mengambil alih tubuh Vivi.

***

Pagi berganti siang, keluarga Vivi telah berada di ruangan Vivi. Beberapa penjelasan dilontarkan oleh Tania mengenai keadaan Vivi.

"Tak apa, yang terpenting Vivi bisa kembali seperti sediakala." kata ibu Vivi.

'Sebaiknya, aku bermain lebih cepat.' pikir Tirza. Ia menatap dalam-dalam tubuh Vivi yang terikat, lalu menghmbuskan napas beratnya.

***

"Arghhh!" Tirza melihat sekujur tubuhnya yang terasa kaku. Apa-apaan ini?

Tirza merasa sangat sulit bergerak dan ia mulai berpikir tentang cara yang akan ia gunakan untuk membuat Vivi sadar.

'Jika aku sulit untuk berbicara, bagaimana jika aku menulisnya ?' pikir Tirza

Tak berlama-lama, Tirza mulai berjalan dengan pelan ke arah Villa yang ditinggali oleh Vivi.

***

Vivi kini sedang merenung.

'Kenapa dunia sekejam itu untuk merenggut sisa-sisa kebahagiaanku?' pikir Vivi

Ia juga berpikir tentang hantu yang selama ini telah meneror dirinya. Sesuatu yang mengganggu pikirannya adalah kenapa semua kejadian ini terarah hanya kepada dirinya?  Apakah ada dunia di sana yang bisa membuat Vivi bahagia?

Merasa tak berguna untuk berdiam diri, Vivi mulai berdiri dan akan memulai untuk mencari sang suami lagi. Vivi berjalan keluar ruangan dengan perasaan was-was. Berjalan dengan hati gelisah ke luar villa sendirian dan sewaktu-waktu akan muncul sosok yang tak diharapkan adalah keadaan Vivi saat ini.

The SubconsiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang