Part 6

29 5 0
                                    

"Bukankah ini adalah hal yang serius?" ucap Tania

Tania mulai khawatir dengan keadaan Vivi yang terlihat lebih parah daripada sebelumnya.

Beberapa jam yang lalu, Tirza menerima penolakan yang sangat besar dari Vivi dan juga sang 'jin' yang sedang merasuki Vivi. Kini, Tirza telah beberapa kali mencoba masuk kedalam alam bawah sadar milik Vivi. Tapi, semua itu berbuah hasil yang sia-sia.

"Jika terus seperti ini, pasien tak bisa diselamatkan lagi," kata Tirza.

Tirza yang telah melakukan lebih dari yang ia bisa, hampir sepenuhnya menyerah pada keadaan saat ini.

"J-jangan berkata seperti itu, tolong, selamatkan anakku...." ibu Vivi saat ini sepenuhnya terisak oleh tangis.

"Walaupun anda berkata demikian tapi ini batasan kami." Tania menyela dengan suara menyesal.

"Tidak, ini bukanlah batasan. Aku merasa jika pasien ini telah sedikit menerima keberadaanku sebelumnya." ucap Tirza menenangkan ibu Vivi

"Lalu bagaimana? Bisakah anakku tersembuhkan?" tanya ibu Vivi

"Sayangnya, tidak ada jaminan untuk sembuh. Tapi, akan kucoba untuk lebih baik lagi." kata Tirza dengan suara tegas.

Keesokan harinya, keadaan Vivi lebih parah dari sebelumnya.

"Hihihi~~ sayangku."

"Tolong sembuhkan anak saya secepatnya..." Ibu Vivi kini masih berada di ruangan Vivi berada.

Keluarga Vivi yang masih berada di ruangan Vivi hanya bisa pasrah menunggu.

"Yah, sepertinya tak ada cara lain lagi. Aku akan melakukan cara terakhir yang tersisa." Tirza mendengus lelah.

Tirza terlihat berpikir dengan keras saat ini. Terpikir satu cara yang pernah ia dengar. Tapi, cara ini belum pernah ia lakukan, dia khawatir kalau cara ini akan berhasil.

"Tania, tolong panggil semua psikiater yang tidak bertugas ke sini." lanjut Tirza

Tania yang berada di samping Tirza bergegas menanggapi.

"Untuk apa? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Tania.

Tania tak mengerti dengan perintah yang diberikan oleh Tirza.

"Lakukan saja permintaanku. Kita tidak memiliki banyak waktu!" dengus Tirza

"O-oke."

Tania mulai bergegas keluar ruangan untuk memanggil semua psikiater yang ada.

Setelah Tania keluar dari ruangan, keadaan ruangan menjadi hening. Hanya ada beberapa rasa gelisah dari anggota keluarga Vivi.

Tirza pun hanya diam dan mulai menggunakan wajah berpikirnya.

"Uuuuwww~~ sayangku." Vivi terus mengucapkan kata yang sama berulang kali sambil memeluk dirinya sendiri.

Saat ini terlihat Vivi tersenyum dan tertawa bahagia sendiri. Namun, sesekali menunjukan wajah cemas dan gelisah.

***

"Hey, ayolah, aku tak akan pergi kemanapun. Aku janji untuk itu."

Vivi kini terus menempel pada Dimas sejak kemarin. Dimas yang terganggu dengan itu mulai mengeluh.

"Tidak, aku hanya akan disampingmu untuk selamanya, sayangku, hehe," ucap Vivi dengan tawa yang garing.

"Setidaknya, buatkan aku sarapan. Kamu tega melihatku kelaparan? Bisa saja ketampananku luntur karena lapar," kata Dimas dengan mencubit pipi Vivi

The SubconsiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang