Mingyu's Point of view
Aku keluar dari kamar bernuansa simple itu. Lalu menjelajahi apartemen yang yang sangat asing bagiku.
Pandanganku terhenti pada sebuah bingkai foto dengan ukurannya lumayan besar tergantung di dinding. Cih, inikah foto pernikahannya?
"Itu suamiku. Moon Junhui." Ucapnya tanpa diminta. Aku menanggapi perkataannya dengan anggukan. Menatap lagi foto pria yang tengah tersenyum tipis itu dengan Wonwoo hyungnim disebelahnya yang ber ekspresi datar.
Aku sedikit iri padanya. Ia suami Wonwoo hyungnim, berarti dia pernah merasakan Wonwoo hyung bukan? Haruskah aku merebut posisinya?
Aku mengeluarkan smirk ku.
"Hei, pelajar. Sarapannya sudah siap. Aku hanya bisa memanggang roti". Membuatku mengalihkan pandanganku dari foto itu. Aku menyusulnya ke dapur.
Kalau hyungnim nikah sama aku, setiap hari aku akan masak buat hyung -m
"Hyungnim, bolekah aku bertanya?"
"Hm?"
"Dimana suamimu?" Ia menatapku dengan pandangan emo.
"Junhui sangat sibuk. Ia hanya pulang setiap akhir pekan." Jawabnya sebelum menggigit roti coklatnya membuat coklat itu belepotan di bibirnya. Sepertinya ia memberi coklat terlalu banyak.
"Apa yang dia lakukan? Maksudku apa perkejaannya?" Tanyaku lagi.
"Dia berkerja di sebuah pabrik. Tapi, pelajar, apakah kau perlu tahu sebanyak itu? Kau sangat cerewet." Ia tampak kesal.
Aku tahu kalau bertanya tentang kehidupan pribadi pada orang yang baru saja kita kenal itu bukanlah hal yang sopan. Tetapi aku ingin tahu lebih banyak tentang hyung-nim, sungguh ingin tahu.
Tetapi melihat wajah kesal hyung-nim membuatku mengurungkan niatku.
"Hyung-nim, ada coklat di bibirmu."
Dia mencoba membersihkan noda coklat itu dengan jarinya. Tapi bibirnya malah semakin belepotan karena jarinya juga terkena coklat.
"Hyung-nim, belepotan mu malah semakin parah". Ujarku membuat nya menghentikan kegiatannya.
Sebenarnya aku ingin membantunya menghapus coklat itu. Tapi jariku juga sudah terkena coklat.
'Hey, tapi bukankan ini kesempatanmu untuk mencicipi belahan pink yang terkena coklat itu?' Iblis kecil berbisik pada telinga kiriku.
'Jangan, sebaiknya kau biarkan saja dia. Walaupun jujur, dia sangat menggoda.' Bisik malaikat kecil pada telinga bagian kanan.
'Ya! Malaikat bodoh, bukannya kita harus saling membantu? Hyung-nim sudah membantu kita, kita harus membantunya dengan membersihkan noda coklat itu' berang iblis kecil.
'Ya tapi... Tapi... Ituuu' malaikat kecil terdiam.
Aku menunjukkan seringaian ku. Berjalan cepat mendekati Hyung-nim sebelum dia melangkah ke wastafel.
Ini kesempatanku. Karena percaya saja. Aku sangat tertarik dengannya yang selalu menggodaku tanpa sengaja di setiap gerak-geriknya. Kurasa aku jatuh cinta pada pendangan pertama.
Aku
Ingin
Memilikinya.
"Hyung". Dia menoleh ke arahku yang sekarang berada dia hadapannya. Sedikit mendongakkan kepalanya karena perbedaan tinggi kami. Betapa bagusnya kesempatan ini.
Aku menundukkan tubuhku. Tidak peduli apa yang akan terjadi kedepannya.
Mempertemukan bibirku dengan bibir pink berlumuran coklat miliknya. Mataku terpejam.
Iblis kecil tadi menari dengan riang gembira.
Bibirku gencar menghisap manis coklat yang terasa semakin manis.
Menjilat coklat itu dengan lidahku. Dia hanya terdiam mematung. Mataku terbuka melihat ekspresinya. Dia membulatkan matanya yang seperti hampir keluar.
Ketahuilah coklat tadi sudah bersih sejak tadi.
Tiba-tiba entah mengapa aku menyadari kalau perbuatanku adalah perbuatan yang sangat gila. Aku segera menghentikan pagutanku.
"H-hyung, m-maaf a-aku", tubuhku refleks berpose siap ditampar. Tapi ia tidak kunjung menamparku.
Wonwoo Hyung-nim hanya menatapku dengan tatapan kosong (serta pipi dan telinga yang memerah) dan berlari ke kamarnya. Membanting pintu kamarnya.
Meninggalkanku sendirian.
...
Sudah menit ke 30, tapi Hyungmin belum keluar juga dari kamarnya. Aku mendudukkan diriku pada sofa di depan televisi. Tanganku meraih remote tv. Daripada bosan lebih baik aku menonton.
Aku masih mengingat dengan jelas ekspresinya. Pipi dan ujung telinga yang memerah. Membuatku tersenyum seperti orang gila setiap aku membayangkannya.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
Ah! Aku harus sekolah!
Ah, aku bolos saja, lagian kepalaku masih bengkak.
Aku kembali menikmati acara tv.
Apakah aku harus kabur? Aku mulai takut. Apakah ia akan keluar dari kamarnya dan membunuhku? Aku menatap pintu kamar itu horror.
Ah, tidak. Rumahku jauh dari tempat ini, aku ke sana pakai apa? Dompetku tertinggal di kamar itu, kamar yang ia tempati. Lagipula menurutku akan lebih baik jika aku meminta maaf pada Wonwoo Hyung daripada kabur begitu saja.
Aku memutuskan untuk melanjutkan acara menontonku, sambil menunggu hyung-nim keluar.
Ding dong~
Pikiranku buyar oleh suara bel pintu.
***
GIMANA TULISAN AKU SEJAUH INI. SEMPATIN KASIH PENDAPATNYA YAAA
JANGAN LUPA VOTE
KAMU SEDANG MEMBACA
You'll be Mine ◁meanie▷
FanfictionCerita ini tentang Mingyu yang menginginkan Wonwoo, suami sah dari Junhui, untuk menjadi miliknya. Genre: Yaoi, Romance, ff sinetron ⚠️ Mature content ⚠️ Bahasa baku ⚠️ Kayak sinetron