4: heartbeat

60 2 0
                                    

Wonwoo's Point of View

Aku berlari ke arah kamar, mengunci pintu setelah ku banting dengan keras.

Aku melangkahkan kaki ke kamar mandi. Membasuh wajahku yang merah bak tomat. Lalu berusaha menetralkan nafasku yang sesak.

apa itu tadi?

Apa yang baru saja dilakukan pelajar sialan itu padaku?

Aku menyentuh bibirku. Rasa isapan itu masih ada. Membuat rona merah di pipiku kembali timbul.

Ada apa denganmu Wonwoo??

Aku mencoba menekan-nekan dadaku untuk menghentikan debaran jantungku yang perpacu dua kali lebih cepat.

"Hyungnim!! Maafkan akuuu. Aku tak bermaksud".

Shit suara itu.

Membuat debaran jantungku yang mulai mereda kembali berpacu.

"Hyung? Kenapa kau diam saja?? Aku minta maaf hyung".

Aku masih enggan untuk menjawabnya. Dasar bocah kurang ajar.

"Hyung, keluarlah dari kamar itu, aku bosan sendirian. Aku tak akan mengulanginya lagi. Lagian kau sangat menggoda hyung membuat a--- Hyung maksudku, ah, aku keceplosan. Intinya aku minta maaf".

Aku masih belum menggubrisnya.

Tak ada suara lagi sampai beberapa menit kedepan.





Tak lama aku mendengar suara televisi. Dasar bocah lancang, itu tv ku!

Aku masih terduduk di ujung ranjang. Mengipasi wajahku yang memanas dangan tanganku, sekali-sekali mengusap bibirku demi menghilangkan rasa itu, yang entah mengapa masih saja membekas.

Ding dong~

Itu suara bel.

Gawat. Aku harus segera keluar. Bisa kacau kalau pelajar itu yang membukakan pintu.

Tak peduli dengan apa yang kurasakan sekarang, aku memberanikan diri untuk membuka kunci pintu kamar dan berjalan cepat ke arah pintu utama.

Aku bisa melihat bocah sialan itu, yang juga ingin berjalan ke arah pintu, membulatkan matanya saat melihatku keluar kamar. Ia tampak terkejut.

Aku menatapnya sinis sehingga dia kembali mendudukkan dirinya di sofa.

"Won," Setelah aku membuka pintu, tampaklah seorang lelaki berperawakan imut tengah tersenyum, memperlihatkan gigi kelincinya. Jangan lupa perutnya yang membuncit.

Ia tengah hamil tua.

"Kook, kau pindah hari ini?" Tanyaku sambil membalas senyumannya.
"Iya, terimakasih sudah menjadi tetanggaku. Aku akan merindukanmu." Kami berpelukan. Lalu aku menyalami tangan lelaki yang berdiri di sebelahnya. Itu Suaminya, Kim Taehyung.

"Oh, siapa pemuda tampan itu?" Ia mengalihkan pandangannya pada Mingyu yang entah mengapa sudah ada beberapa meter di belakangku.

"Ituu, diaa adalah... Ponakanku. Ya kan ponakan?" Aku bertanya sambil memandangnya sinis.

"Heheh, iya paman." Jawab Mingyu canggung.

"Kau mengajak ponakanmu tinggal disini? Itu sangat bagus won. Kau pasti sangat kesepian di apartemen sendirian. Won, jika kau dan Junhui tak bisa memiliki keturunan, sebaiknya kalian adopsi saja seorang anak dari panti asuhan. Itu saranku sih"

Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"Baiklah, Won, kami harus pergi. Dah, sampai jumpa". Jungkook melambaikan tangannya yang juga ku balas dengan lambaian.

Ia berjalan ke arah lift dibantu oleh suaminya. Aku menunggu mereka hingga hilang dibalik tembok.

Sekarang saatnya mengurus bocah sialan itu.

ADUH GIMANA GUYS? SEMPATIN KASIH TANGGPAN YAA

TEKAN BINTANGNYA DONG 👉👈

You'll be Mine ◁meanie▷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang