5: attention

36 3 1
                                    

Mingyu's Point of View

Wonwoo hyung terdiam cukup lama di depan pintu. Kelihatannya dia sedang menunggu pasangan tadi. Setelah cukup lama, barulah ia bejalan ke arahku dan menempatkan pantatnya di bagian sofa sebelahku.

Aku tiba-tiba teringat kejadian tadi. Ah sial. "Hyungnim maaf aku tak ber...".

Hyungnim mengangkat sebelah tangannya membuatku menghentikan ucapanku. Dan mengalihkan pandanganku ke televisi.

"Tadi itu tetangga mu, hyungnim?"

"Ya, dulunya. Mereka baru saja pindah."

"Pria gigi kelinci itu... Dia... bisa hamil?"

"Ya, beberapa laki-laki memang spesial, tapi itu memang sangat amat jarang."

"Kau hyung? apa kau juga bisa?".

"Aku tak tau".

Aku memiringkan kepala sambil menyerngit mendengar jawaban hyungim yang tak pasti. "Kenapa?"

"Karena yang melahirkanku adalah seorang lelaki. Jadi belum tentu aku bisa. Tapi kurasa tidak. Karena sampai sekarang aku belum mengandung." Menurutku hyung semakin menarik dengan gaya bicaranya yang datar.

"Ooh, begitu".

Hening.

Kulirik hyungnim menggunakan ekor mataku. Setelah itu darahku berdesir hebat melihat hyungnim yang menatapku tajam.

"H-hyung?" Aku gelagapan, apa lagi salahku Ya Tuhan???

Hyung mengalihkan pandangannya pada toples cheeseball yang sedang aku peluk.

"Itu Cheeseball ku". Ucapnya tegas.

Dasar pelit.

"Eh, maaf hyungnim".

Aku memasang kembali tutup toples itu. Lalu menjilati jari telunjuk dan jempolku yang terkena keju, dan meletakkan kembali Cheeseball yang telah habis seper delapan toples itu ke atas meja, dan kembali berfokus pada televisi.

"Makan saja Cheeseball itu".

Aku memandang hyung heran.

"Kalau kau memang menginginkannya makan saja!"

"Tak usah, hyung", Jawabku sopan. Lagipula moodku untuk memakan cheeseball sudah lenyap.

"Makan saja", Ia mengambil kembali toples itu, membuka tutupnya dan meletakkannya kempali ke pelukanku. "Makan!"

Aku menelan ludahku dengan susah payah. Lalu memakan kembali Cheese ball itu.

Seketika hening menyelimuti, rumah ini memang sangat sepi.

Aku dikejutkan oleh suara hp Hyung yang berdering. Padahal hanya suara hp, tapi dapat membuat jantungku hampir copot saking heningnya.

Aku memperhatikan Hyung yang agak sedikit menjauh untuk mengangkat telefon.

"Ya sayang?". Cih, sepertinya itu suaminya.

"Aku baik-baik saja. Sedang menonton televisi."

"Kau akan pulang nanti malam?" Hyung menunjukkan raut bahagia. Aku sedikit iri. Aku juga ingin membahagiakan hyung.

"Baiklah, aku akan menunggumu sayang, Aku merindukanmu."

CIH!

"Hey, pelajar, sepertinya kau harus pulang."

Aku... masih ingin bersama denganmu, hyung.

"Tapi kepalaku masih sakit, hyungnim Aku bahkan merasakan dunia ini berputar-putar sekarang." yah, sebenarnya aku tidak merasakannya, aku hanya tak ingin berpisah dengan hyungnim secepat ini.

Hyungnim tampak menijit pelipisnya. "Aku sebenarnya ingin mengusirmu, tapi aku kasihan. Baiklah, usahakan kau sudah pulih saat sore. Suamiku akan pulang pada malamnya.

Aku mengangguk.

"Kau ingin apa untuk makan siang?" Tanya hyung ketus. Hyung memang selalu ketus.

"Aku... terserah hyung saja".

"Huh, lagipula mengapa aku bertanya padamu."

"Hyung akan memasak?"

"Tidak, aku akan memesannya." Hyung mengeluarkan ponselnya dari saku-sakunya.

"Hyung, bahan apa saja dikulkas?"

"Hah? Hanya ada sosis, sayuran, dan beberapa bumbu. Memangnya kenapa?"

"Tak usah pesan, hyung. Aku akan memasak." Jawabku yakin.

"Kau bisa?" Hyung tampak meragukanku.

"Tentu saja." Aku berjalan dengan penuh percaya diri ke arah dapur, melewati hyung yang sedang menatapku datar.

Memasang apron hitam yang tergantung di dinding dengan gaya sekeren mungkin. Hyung, aku akan menunjukan pesonaku.

Aku mengintip ke dalam kulkas dan aku langsung tersenyum sumringah ketika melihat beberapa bahan yang cukup untuk membuat tumis sosis sayur.

***

tsok! tsok! tsok!

Mingyu memotong wortel dengan pisau layaknya seorang ahli.

"Hyung".

"Hm?" Wonwoo  yang sedang duduk di kursi makan menoleh.

"Bukankah lelaki yang sedang memasak itu sexy?"

Wonwoo hanya menatap Mingu datar. Tapi diam-diam dia setuju dengan hal itu. Melihat Mingyu dengan apronnya membuat sensasi aneh pada dirinya membuatnya ingin terus-terusan memusatkan pandangannya pada pemuda kurang pencahayaan itu.

"Bukankan hyung, sebagai orang yang tak bisa memasak meninginkan pasangan hidup yang pandai memasak? Aku contohnya." Mingyu menyeringai.

Telinga wonwoo mererah. "Kim Mingyu-ssi hentikan pembicaraan aneh ini sebelum aku mengusirmu keluar!"

Mingyu tertawa kecil lalu melaanjutkan kegiatan memasaknya.

Wonwoo diam-diam melirik ke arah Mingyu dengan pipi bak kepiting rebus. Entah sihir apa yang dimiliki pelajar tan itu sehingga perhatian Wonwoo terpusat padanya.

"Ehm.. hyung. Aku tau aku tampan. Tapi bisakah kita sekarang makan. Aku tak bisa makan kalau kau memandangiku terus seperti itu."

"HAh?" Wonwoo tersadar. Ternyata meja makan sudah tertata tapi, dengan semangkuk nasi dan sumpit lengkap dengan sendok di depannya. "Ehm". Wonwoo berdehem malu. Sementara Mingyu menunjukkan cengiran nakalnya.

"Kau juga harus memakan wortelnya, hyung". Mingyu mengambil sepotong wortel dan meletakkannya di mangkuk Wonwoo karena sedari tadi Wonwoo hanya memakan sosisnya saja.

"Aku tak suka".

"Eiiy, coba saja hyung".

"Aku bukan hyung mu, Mingyu haksaeng (pelajar)."

"Maksudku hyungnim! Coba saja dulu pasti kau menyukainya."

Wonwoo memasukkan wortel itu ke dalam mulutnya. "Tak buruk".

"Itu karena aku yang memasaknya".

Wonwo hanya memutar kedua matanya.

"Hyungnim, kau tau??"

"Apa?" Jawab Wonwoo malas.

"Aku menyukaimu, Hyungnim"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You'll be Mine ◁meanie▷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang