Belum sampai terlelap, suara ketukan di jendela membuatku membuka mata. Perlahan aku memastikan suara itu, tak berapa lama suara ketukan itu menghilang lalu muncul kembali. Suara sedikit nyaring dan berat seperti sebuah kayu yang dibenturkan ke kaca. Sejenak aku berpikir bahwa itu adalah dahan yang membentur permukaan kaca jendela kamar kami. Tapi suara ketukan yang terjeda untuk beberapa kali seolah sedang menunggu membuat rasa penasaran muncul.
Kusibakkan selimut dan merangkak pelan turun dari kasur, berharap tidak ada suara derit yang keluar dari ranjang tua ini. Ada perasaan takut dan gelisah, berharap apapun yang sedang mengetuk jendela kamar kami bukanlah monster jelmaan lain yang mencoba mengambil kami. Masih teringat jelas kejadian beberapa hari lalu saat Ellen yang sudah bosan karena harus berdiam diri di rumah terus mencoba untuk keluar. Saat pintu terbuka, para makhluk itu langsung menatap Ellen ganas. Sadar bahwa dia terancam, dengan sigap Ellen mengunci kembali pintu dan mematikan semua penerangan yang ada.
Kurapatkan tubuh ke dinding, bingkai jendela berada disamping kiri. Dengan langkah pelan kudekatkan wajah ke celah bagian yang tidak tertutup tirai. Gelap. Aku tidak dapat melihat apa-apa. Sedikit kuangkat tirai agar dapat melihat hal apa yang sedari tadi mengetuk. Tanganku bergetar, perasaan takut itu kembali menguasai. Hingga suatu bentuk yang aku yakini adalah paruh burung sedang menempel di kaca jendela. Matanya yang berwarna hitam menatap lurus ke arahku.
‘apapun yang sedang kau pikirkan. Jangan pernah mencoba untuk teriak’
Sebuah suara yang aku yakini sedang bergema didalam kepala membuatku menggumamkan kata ‘kenapa’ kepada lawan bicaraku. Walau sepenuhnya aku setuju tentang ide jangan berteriak itu.
‘aku akan menjelaskannya nanti, biarkan aku masuk’
Sekarang aku yakin bahwa makhluk berbentuk burung gagak ini bisa membaca pikiran. Untuk beberapa saat kami hanya saling bertatap diam. Hingga burung itu mengetuk kembali barulah jemariku bergerak untuk membuka jendela. Hanya sedikit celah, yang menurutku hanya bisa dilalui oleh jari jemari tanpa lengannya bisa masuk. Tapi burung itu melesat tanpa menimbulkan suara, dan berhenti bergerak tepat disamping Ellen yang sedang tertidur.
‘Aku hanya akan bicara sekali, dengarkan dan lakukan dengan baik.’
Gagak hitam itu memintaku ikut berbaring di sebelah Ellen, dia juga ingin tangan kami bertaut satu sama lain. Aku menuruti perkataannya dalam diam. Walau rasa kantuk itu sudah menghilang, tapi kucoba untuk memejamkan mata. Lantunan lembut lagu pengantar tidur membuat rasa kantuk menyerang kembali.
To Be Continue
yuhuuuuu!!! i'm backkkkk!!!
miss you so much readerdeul...
kayaknya makin aneh aja ya ceritanya, tapi serius deh. aku suka banget sama mereka berdua...sok misterius gimana...gitu
hope you like it guys, and voment pleaseeeeee!!! ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy?
HorrorKenyataannya luka luka itu bukanlah datang sendiri. Tapi kare n n a 'dia'...