Menolong Ellen

463 32 0
                                    

Menolong Ellen
created by: archiffaowiqlay

Gelap dan lembab. Sunyi dan tenang seperti di pemakaman. Genangan air berbau anyir menusuk indera penciuman Ellen saat gadis itu membuka kembali matanya.

Entah sudah berapa lama dia berada di ruang bawah tanah rumahnya. Yang dia ingat hanya bayangan saudara tirinya yang berlari menaiki tangga saat suara geraman itu terdengar.

Matanya mengerjap berusaha menyesuaikan, ruang bawah tanah ini sengaja dibuat dengan tumpukan batu besar menyerupai penjara bawah tanah. Ellen membutuhkan beberapa menit agar dia bisa melihat apa saja yang ada di bawah sini.

Walau harus Ellen akui bahwa ini bukan pertama kalinya dia berada disini. Matanya membeliak saat seberkas cahaya memperlihatkan warna genangan yang ada di seputaran hidungnya.

Sosok bergaun tidur dengan renda putih berjalan pelan ke arah Ellen. Ellen hanya dapat mendengar langkah itu, pelan dan sangat hati-hati. Entah kenapa, jantung Ellen mulai berdetak tak stabil. Dia benar-benar takut bahwa sosok yang sedang menghampirinya akan kembali menyiksanya.

Ssstt....

Desisan pelan dan lembut terdengar jelas dari belakang kepala Ellen, sosok bergaun tidur itu mengangkat pelan kepala lalu tangan dan berakhir dengan memapah Ellen di punggungnya.

Mata Ellen masih terpejam, berusaha meredam suara ringisannya yang bisa keluar kapan saja. Sungguh, tidak ada lagi dari bagian tubuhnya yang bisa diselamatkan. Semuanya sudah dipenuhi luka sayatan, goresan bahkan gigitan. Untung saja organ dalamnya masih berhasil ia selamatkan.

"Maafkan aku, Ellen. Aku hanya sudah terlalu lelah kemarin. Bahkan lukaku belum kering..."

"Sudahlah... aku mengerti itu, saudaraku. Bersyukur bahwa ibu tidak melenyapkanku. Omong-omong sudah jam berapa ini?"

Ellen berusaha menegakan tubuhnya, agar saudara tirinya bisa lebih mudah memapah. Dia hanya ingin cepat keluar dari tempat ini.

"Hem, entahlah Ellen, sayang. Saat aku terbangun tadi aku langsung berlari untuk mengeluarkanmu..."

"Oh Tuhan... semoga kita bisa keluar tepat waktu."

Ellen memandang ngeri beberapa anak tangga yang ada di hadapannya. Ia masih harus mendaki tiga buah anak tangga lagi, dan sekarang dia benar benar sudah lelah. Tanpa berpikir, Ellen mengangkat tinggi kaki kanannya.

Perih seperti di sayat cepat benda tajam meliputi selangkangannya. Reflek, jemarinya mencengkeram erat pundak saudara tirinya. Tangannya yang satu mencoba meraba bagian bawah tubuhnya. Basah dan lengket memenuhi bagian samping luar selangkangannya.

Ada ruang yang dalam di seputaran yang basah itu, begitu dalam sehingga Ellen bisa merasakannya.

"Arrrggggghhhhh!!!"

Tbc

Tidakkkkkk apa ini?!

Sepertinya makin gak jelas aja. Tapi serius deh, saya suka banget ama cerita ini. Mulai deh lebay...

Voment pluiiisss!!!

Mommy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang