Rasa dingin menerpa permukaan kulit. Bau rerumputan khas musim tumbuh menguar. Perasaan geli dan hangat menjalar saat sesuatu meliliti bagian kakiku. Seperti terbius tubuhku tak dapat bergerak. Begitu pula dengan mataku yang tetap terpejam.
Lewat embusan angin aku mendengar suara teriakan seseorang. Ada nama yang disebutkan dalam teriakan itu. Tapi aku tidak dapat menangkap maksudnya. Terlalu jauh. Aku berjengit kaget saat rasa panas menyentuh bagian jari-jari kaki. Ku coba untuk menggerakan bagian bawah tubuh agar terhindar dari rasa panas itu. Namun tidak ada yang bergerak.
Suara teriakan itu kembali terdengar, ada kata yang dapat kutangkap saat ini. Sebuah kata ‘ci’. Hanya itu. Dan terdengar lengkingan keputusasaan dari suara tersebut. Berulang-ulang, makin lama makin jelas dan kalau saja kelopak mataku terbuka saat ini mungkin aku akan mebelalak kaget. Karena suara itu memanggil namaku.
Saat bibirku bergerak untuk membalas panggilan itu, ada sesuatu yang melilit leherku. Lilitan yang terasa kasar dan berbau seperti tanah itu semakin kuat membuat kepalaku tertarik kebelakang. Tanpa sadar aku meringis karena bagian belakang kepalaku sudah tertekuk sempurna ke belakang. Tubuhku seperti tengah melayang, dengan kaki yang menekuk. Aku bersyukur tidak ada suara seperti tulang patah saat ini.
“Archieeeee!!!”
Ellen. Suara saudara perempuanku menggema keras. Ternyata teriakan itu berasal darinya. Rasa lega menyelimutiku. Tapi apa yang Ellen lakukan, kenapa dia tidak menghampiriku. Apa aku tidak terlihat? Tapi aku mendengar suara itu tepat berapa di belakang tubuhku.
Teriakan-teriakan Ellen berganti dengan tangisan keras. Dia terus menerus menangis sambil memanggil namaku. Tidak bisa. Aku ingin meneriakan namanya, tapi lilitan ini begitu kuat dan menyakitkan. Entah berapa lama lagi aku bisa bertahan dengan posisi ini.
“Kau pergi kemana, Archie? Kau berbohong! Kau berjanji untuk tidak meninggalkanku”
Rasa asin menyentuh permukaan bibirku, saat setetes air menetes. Wangi bunga mawar memenuhi indera penciumanku, bahkan rasa hangat napas seseorang menerpa permukaan wajah. Ellen sedang didekatku, dan dia menangis diatas wajahku.
Tangisannya berubah menjadi raungan panjang. Rasa panas menerpa bagian samping tubuhku. Seolah aku sedang digantung disamping api unggun yang besar. Air mata mulai berlarian keluar. Panas api itu mulai menari-nari di seputaran kulit bagian kiri.
Aku teringat saat Ellen dengan sengaja membakar kulit tanganku dengan nyala api lilin. Dia yang baru bangun tidur itu melihat aku sedang memegang gaun kesayangannya yang rusak karena setrika. Walau hanya sebentar tapi rasa perih dan ngilu membuatku harus merendam tanganku dengan air es. Terlebih sekarang rasa panas itu berkali-kali lipat lebih kuat.
“Aku akan menemukanmu, saudaraku. Bagaimanapun caranya. Sekalipun hanya mayatmu yang aku temukan”
Aku hanya bisa diam mendengar perkataan terakhir Ellen, karena setelah itu sudah tidak ada suara apapun yang ku dengar kecuali suara retakan dan kepalaku terjatuh ke bawah.
“Archie! Bangun!”
Tubuhku berguncang kencang. Perasaan takut dan tidak berdaya masih memenjarakanku, seolah aku benar-benar sudah tidak berdaya lagi. Hingga sesuatu yang menyakitkan mengoyak pergelangan tangan kiriku.
“Arrgghhhh! Apa yang kau lakukan, Ellen?”
Iris matanya menatap tajam. Bibirnya bergerak cepat meneriakan kata makian karena sudah tiga puluh menit lalu Ellen membangunkanku yang sedang bermimpi buruk, pikirnya.
“Apa yang sedang kau lakukan, pemalas? Bisa-bisanya kau membiarkan aku berpeluh keringat karena membangunkanmu!”
Tangannya bergerak cepat ke arah kepalaku, jemarinya yang masih terbalut perban menarik kasar rambutku. Ellen menggoyang-goyangkan tangannya, membuat kepalaku membentur bagian kepala tempat tidur.
Bibirku merapat erat, berusaha menahan teriakan yang siap keluar kapan saja. Ellen masih setia melakukan kegiatan menyakitkan itu sampai suara teguran dari seseorang menghentikan gerakannya.
To Be Continue...
yuhuuuuu!!! i'm backkkkk!!!
miss you so much readerdeul...
kayaknya makin aneh aja ya ceritanya, tapi serius deh. aku suka banget sama mereka berdua...sok misterius gimana...gitu
hope you like it guys, and voment pleaseeeeee!! ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy?
HorrorKenyataannya luka luka itu bukanlah datang sendiri. Tapi kare n n a 'dia'...