Part II - Masa Lalu

32 0 0
                                    

Karma is like 69: You get, what you what give.

Author

Mentari pagi mulai memancarkan cahaya sinarnya yang menusuk sela-sela dedaunan, yang membuat indahnya panorama di pagi hari, udara sangat terasa dingin sekali rasanya tak ingin untuk beranjak dari tempat tidur , suara ayam yang begitu nyaring membangunkanku dari tidur yang sangat lelap tadi malam.

Tanganku mengarahkan ke jam wakerku dan ku lihat jam menujukan pukul 6.30. Tidak terasa aku begitu nyenyak sekali tadi malam hingga aku lupa bawah hari ini aku harus bersekolah. Tergesah-gesahlah aku menuju kamar mandi, hampir saja aku terpeleset dikamar mandi karena terburu-buru.

"Gawaaat. Telat deh gue pelajaran pak Bahar mana itu guru killer melebih bu supri." Ucapku dalam hati.

Selesai mandi, aku ambil seragam sekolahku dilemari ku lalu ku pakai seragamku selesai memakai seragam dan dasi. Bergegaslah aku menuju dapur untuk pamitan dengan ibu.

"Pril, kamu ga sarapan dulu?"Ucap ibu yang sedang menyiapkan sarapan untuk bapak.

"Nanti aja bu disekolah, aku udh telat. Assalamualaikum."ucapku.

"Walaikusalam. Hati-hati kamu dijalan."

"Iya bu."

Untuknya tidak butuk waktu yang lama dan keadaan dijalan tidak begitu macet sehingga aku sampai disekolah tepat sekali bel berbunyi.

Aku memasuki pintu gerbang, lalu ku lalui koridor kelas yang begitu ramai dengan murid-murid yang sedang terburu-buru mengerjakan tugas dari pak Bahar didepan kelas. Aku baru ingat bahwa aku lupa mengerjakan PR dari pak Bahar. Belum aku mengeluarkan buku dari tas pak Bahar sudah memasuki koridor kelas, dengan sigap teman-teman ku cepat masuk kelas sialnya aku orang terakhir yang dilihat oleh pak Bahar.

"Hayooo.. kamu ngapain diluar?"ucap pak bahar sambil memegang penggaris panjang dan buku geografi.

"mmm.. gak ngapain-ngapain ko." Ucapku dengan gugup.

"Cepat sana masuk sana." Ucap pak bahar

"Iya pak." Ucap ku dengan muka yang cemberut karena tidak sempat mengerjakan PR.

Susana menjadi tegang setelah pak bahar memasuki kelas, tidak ada murid yang berani untuk ngobrol dan bercanda pada saat pelajaran pak bahar.

"Keluarkan PR yang saya suruh minggu kemarin"

"Baik paaaak." Ucap murid-murid satu kelas.

Pak bahar mulai melihat PR murid-murid satu persatu, tepat dimeja ku pak bahar berhenti senjenak. Jantung berdetak kencang saat pak bahar melihat buku ku kosong. Tanpa bicara aku inistiatif untuk maju kedepan kelas. Selesai mengecek PR semua murid, pak bahar kembali ke mejanya.

"April lagi april lagii yang tidak mengerjakan pr saya !!!" Ucap keras suara pak bahar.

Semua teman-temanku sudah tidak kaget lagi melihat kelakuanku bila sudah tidak mengerjakan PR yang diberikan oleh guru-guru.

Aku hanya bisa menyengir saja saat pak bahar sudah bicara dengan suara keras.

"Kamu saya mau kasih point 50 plus lari ke lapang 15x di siang hari ?"

"Jaaangan pak!!" ucapku dengan spontan.

"Gak ada kata jangan-jangan buat kamu, lakukan sekarang atau kamu saya suruh kamu panggil orangtua kamu!" ucap bahar dengan marah.

Sial pake panggil orangtua segala lagi, udah tau gue palimg males berurusan dengan orangtua. Bisa-bisa uang jajan gue bisa dikurangin 3bulan plus no k-drama selama 3bulan – Ucapku dalam hati.

KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang