You know how sometimes you tell yourself that you have a choice, but really you don't have a choice? Just because there are alternatives doesn't mean they apply to you. – Rick Yancey, The 5th Wave
...
Seisi kelas sedang kebingungan melihat teman mereka yang biasanya hanya diam, kini berani bertingkah di depan ketua kelas yang mereka segani itu.
"Apa dia kena Amnesia ... ?" celetuk seseorang.
"Mungkin dia mencoba mencari perhatian? Jika benar, maka ... Kevin, caramu itu sudah kuno ... " kata seorang gadis bernama Eli yang merupakan teman dekat Hanna.
"Aha! Jangan-jangan ... Ia tidak mengalami Amnesia, melainkan ... REINKARNASI!!" teriak seorang lelaki dengan girang selagi kedua tangannya memegang sebuah buku fantasi.
"Idiot ... Novel yang kau baca telah mencuci otakmu! Bagaimana mungkin hal absurd seperti itu terjadi? Kau pikir kita ini ada di dalam dunia Science-Fiction apa?" (@DewaLoka : padahal kalian ini hanya karakter fiksi ... )
Beberapa siswa tertawa geli mendengar perkataan lelaki tersebut.
Seisi kelas salah mengira bahwa apa yang dilakukan oleh Kevin hanya sebuah cara untuk menarik perhatian primadona mereka, Hanna.
Di sisi lain, Hanna yang sejak tadi menahan emosi telah mencapai batasnya. Dengan mata yang terbuka lebar, ia mengehntakan kakinya dalam kemarahan.
"Kevin!! Benarkah, semua ini hanyalah trik bodohmu untuk menarik perhatianku? ... Aku hanya ingin katakan bahwa kau itu dungu!" teriak Hanna.
" ... "
Dengan mulut menganga, Kevin tak tahu harus berkata apa. Sejak tadi, ia hanya ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia mencoba untuk mendengarkan apa yang dikatakan teman-temannya. Tapi, tak ada satupun dari perkataan yang mereka lontarkan masuk ke telinganya. Nyatanya, saat ini ia tengah merasa bahwa ribuan petir telah menyambar ke arah kepalanya. Membuat pikirannya berada pada keadaan yang benar-benar kacau.
Menyesal ... itulah yang dirasakan Kevin. Perasaan yang begitu dalam dan tak bisa diungkapkan melalui kata-kata, perlahan mulai menyelimuti dirinya ... perasaan yang begitu menyiksanya.
(Di- Diskusi kelas ... ? Yang mana?)
(Ja- Jangan ... jangan ... ?! Diskusi tentang pembayaran uang kas itu?)
( ... lalu, bukankah aku seharusnya telah mati? Lalu kenapa ... ? Apa yang sebenarnya terjadi?)
( ... apakah ... ini mimpi? Tidak ... mungkin, semacam dihidupkan kembali? Tidak, itu juga tidak mungkin ... Lalu? Mungkinkah semacam reinkarnasi atau pergeseran waktu?)
(Rasanya hanya itu penjelasan yang paling tepat, tak pernah kubayangkan aku bisa memulai segalanya dari awal lagi! Apalagi ini adalah waktu dimana semuanya belum terja-)
Seketika, Kevin mengernyitkan dahinya ...
(Tu- Tunggu dulu ... Belum terjadi? ... ka- kalau kelas sedang mengadakan diskusi tentang uang kas berarti ... )
Kevin yang sedang ketakutan, segera mengambil sebuah smartphone dari saku celananya dan melihat Date Display yang terpampang di layar ...
[15:23 | Senin, 14 Mei 2018]
(Ti- Tidak mungkin ... )
Tak dapat percaya dengan apa yang telah ia lihat. Kevin begitu marah dan kecewa mengetahui ia tak dapat berbuat apa-apa.
(Sialan! Tinggal tujuh menit lagi ... sebelum Phase 1, itu berarti tak akan aada cukup waktu untuk pergi ke tempat perlindungan.)
Rasa pahit akan kehilangan serta kesedihan yang begitu mendalam, membuatnya tak sadar bahwa air mata telah mengalir dari kedua matanya. Dan hal ini ... tak lepas dari penglihatan Hanna.

KAMU SEDANG MEMBACA
God Abandoned Us!
Science FictionRasionalitas sudah tidak berguna! Dunia telah terpuruk dalam kegelapan, semua orang melakukan hal apapun hanya untuk bertahan hidup! Inilah dunia dimana monster merajalela dan manusia yang menjadi lawannya! ***** #98 on SCIENCE-FICTION (20 Juli 2017...