The pretty ones are usually unhappy. They expect everyone to be enamored of their beauty. How can a person be content when their happiness lies in someone else's hands, ready to be crushed at any moment? Ordinary-looking people are far superior, because they are forced to actually work har to achieve their goals, instead of expecting people to fall all over themselves to help them. – J. Cornell Michel
…
15:29:13 … 15:29:14 … 15 … 16 …
Detik demi detik …
… dan tak ada seorangpun yang merasa khawatir.
…
Bagi Kevin, ia hanya membutuhkan beberapa detik saja untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi Apocalypse. Meski begitu, melihat teman-temannya yang tak menghiraukan apa yang ia katakan … sungguh membuatnya cemas.
(Hah … sekarang bagaimana?) pikir Kevin dengan gelisah.
Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk memberikan perigatan terakhir bagi mereka.
“Baiklah, sekarang cepatlah tutup telinga kalian. Karena … dalam 7 detik, akan terdengar bunyi petir yang akan memekakkan telinga kalian!”
… 7 …
“Haaa?! Berhentilah bicara omong kosong, Vin! Kau mau ku hajar?” gertak seorang lelaki tinggi dengan tubuh yang proporsional.
Kevin tak memperdulikan celotehnya dan berkata.
… 6 …
“Oh, waktu terus berjalan! Lima … Empat … Tiga … Dua … Satu … “
“Hahaha … lihat? Tak akan ada yang terja- “ bantah lelaki tadi, namun sebelum ia menyelesaikan perkataanya, sebuah bunyi petir yang menggelegar dapat terdengar dengan keras!
Duarrrrrrrr!
Bunyi yang dihasilkan sangatlah keras … bagaikan dentuman sebuah bom yang dijatuhkan dari langit! Bahkan, bunyinya sampai memecahkan beberapa kaca jendela yang ada!
“Ahhhhhh!!”
Seorang perempuan berteriak ketakutan selagi ia terburu-buru menutup kedua telinganya, sementara yang lainnya memegang kepala mereka dengan erat. Wajah mereka pucat pasi, bahkan ada beberapa anak yang mengeluarkan darah dari telinga mereka!
“Y- Ya Tuhan … ! Te- Terjadi! Benar-benar terjadi! Petir benar-benar menyambar … “
“Mu- Mustahil … “
Seisi kelas hanya bisa membuka mulut mereka lebar-lebar … apa yang telah dikatakan oleh Kevin benar-benar terjadi!
Mendapati hal itu, seisi kelas segera menoleh ke arah Kevin, mereka mendapati dirinya tengah menutup kedua matanya …. dan … ia tak menutup telinganya selagi petir menyambar!
‘Bagaimana caranya dia menebak hal itu?!’ itulah yang terlintas di benak mereka.
Apa mungkin hal seperti ini terjadi secara kebetulan?
Petir di hari yang cerah sangatlah jarang terjadi. Belum lagi, Kevin berhasil menebak waktu terjadinya dalam hitungan detik!
Tentunya hal ini membuat seisi kelas keheranan mengetahuinya.
*****
…
…
15:29:26 … 15:29:27 … 28 … 29 …
…
…
(Masih 30 detik lagi … ?) pikir Kevin setelah melihat Timer yang ada pada ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
God Abandoned Us!
Fiksi IlmiahRasionalitas sudah tidak berguna! Dunia telah terpuruk dalam kegelapan, semua orang melakukan hal apapun hanya untuk bertahan hidup! Inilah dunia dimana monster merajalela dan manusia yang menjadi lawannya! ***** #98 on SCIENCE-FICTION (20 Juli 2017...