si Bungsu

1.2K 55 6
                                    

Cahaya matahari yang mulai menyingsing memberikan sedikit cahaya di ruang gelap itu. 

Sasuke terus menatap anak lelaki berkulit gelap di hadapannya yang sejak beberapa jam yang lalu enggan menatapnya.

Sasuke menghela nafas panjang,  menutup matanya,  seakan ingin melepaskan kekesalan yang sejak tadi ia tahan.

Brak...

Meja di gebrak nya,  berdiri beranjak pergi.

"dia.. "

Sasuke menghentikan pergerakannya karna suara bocah Hozuki itu.

"memiliki penawarnya"

Hikari mendongak,  menatap Sasuke yang tak ada respon.

Ia menghela nafas kasar.  Memutar bola matanya,  lalu menatap Sasuke intens.

"ku bilang aku telah memberinya penawar" suaranya sedikit meninggi, berharap Sasuke mengerti dan membebaskannya dari ruangan pengap dan sempit ini.

"aku menaruhnya di dalam botol minuman miliknya sebelum kami bertanding, jadi.. Dia tak akan mati semudah itu"

*
*
*
*

Hinata yang sejak tadi menahan air matanya,  kini merembes keluar saat melihat Sakura yang keluar dari ruang bertuliskan 'ICU'  (maaf,  yoo,,  ngasal).

"Sakura... Bagaimana?"

Bukan hanya Hinata,  tetapi Naruto dan Boruto pun menyerbunya dengan wajah penuh tanya.

Sakura menghela nafas,  manatap Hinata dan Naruto bergantian.  Mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan seluruh hasil pemeriksaan.

"Hima-chan,  tidak terkena racun Naruto..  Dengan kata lain,  sepertinya ia memiliki penawar racun di tubuhnya sebelum ia mendapat racun itu di lengannya" jelas Sakura.

"maksud mu? Bagai-mana bisa?" Tanya Naruto tak percaya.

"bocah Hozuki itu yang membuat Himawari meminumnya" sambungnya Sasuke yang tiba-tiba muncul dan mengambil alih perhatian seluruh orang.

"dia tak pernah berniat untuk melumpuhkan anggota tubuh anak mu atau membunuhnya...  Ia hanya menggertak dan ingin membuatnya tak sadar kan diri dalam beberapa hari" ungkap Sasuke yang menarik kesimpulan dari perkataan Hozuki sebelum si Hozuki di bebas kan Sasuke.

"intinya,  dia tak ingin anak mu kembali ke ujian Chunin" sambung Shikamaru,  mulai mengerti.

"hah,,,  wakatta" ucap Hinata penuh syukur. Naruto  menarik tubuh Hinata yang sedikit melemah kedalaman pelukannya.  Dalam hatinya pun ia terus berucap Syukur. 

"tapi..." atensi semua orang kembali menatap Sakura.

"ini" ucapnya seraya menunjukkan beberapa pil berwarna hitam di telapak tangannya.

"Apa ini Sakura-san?"

"ini adalah pil buatan nona Shizune. Pil yang bisa membuat tubuh kita tidak merasakan sakit dan lelah,  Hinata" atensi Sakura menatap wajah lembab Hinata,  wajahnya penuh tanya.

"Apa kau pernah memberinya untuk Himawari?" Tanya Sakura. Hinata menggeleng.

"Apa maksud mu?" Naruto angkat bicara,  ia tak sabar dengan penjelasan Sakura yang terkesan bertele-tele.

"aku menemukan  zat pil ini di dalam perut anak mu Naruto, sepertinya ia meminum pil ini setiap hari dalam satu bulan terakhir,  bukan hanya satu tapi sekitar dua hingga 4 pil ia minum dalam sehari..  Sehingga..." Sakura kembali menarik nafas dalam.

"sehingga apa?"

"ia mengalami kerusakan hati" lanjut Sakura pelan,  terdengar rasa penyesalan di nada bicaranya.

tentu,  mereka terkejut.  Si Naruto yang terkenal dengan otak bodohnya pun langsung mengerti kali ini.  Ia bahkan dengan sigap menahan tubuh sang istri yang hampir jatuh karna kakinya yang melemas.

"Jadi,  kita tidak bisa membiarkannya berpartisipasi  lagi dalam ujian chunin hingga ia mendapatkan donor hati,  Naruto" ucap Sakura menjawab ekspresi Naruto yang seakan bertanya 'jadi,  aku harus melakukan apa?'.

"dan sesegera mungkin ia harus mendapatkannya"

Hari itu,  hari yang meremukkan hati,  bukan satu hati tapi lebih.  Hari dimana seseorang harus menerima kenyataan pahit,  bukan hanya satu orang,  tapi lebih.

Hari berlalu dengan tangis nyonya Uzumaki dan rasa penyesalan yang teramat dalam dari hati sang nanadaime-sama.

"jangankan berlatih,  ia bahkan tak bisa kelelahan,  karena itu hanya akan memperburuk keadaan hatinya"

"kau harus mempersiapkan diri untuk kejadian terburuk"

Kata-kata Sakura terus terniang di kepalanya.

*
*
*
*

"monster"

"monster"

"monster"

"aaaaghhhhhh" gadis kecil bersurai merah gelap menjambak rambutnya frustrasi. Kata-kata menyakitkan itu terus terdengar di telinganya.

Tok.. Tok..

"Yuki-sama"

"Yuki-sama"

Suara panggilan dari balik pintu terdengar khawatir. 

"ku mohon,  keluar lah Yuki-sama"

"kazekage-sama sangat mengkhawatirkan mu"

"Yuki,  keluar lh..  Nii-san mohon" kini giliran suara pemuda terdengar dari balik pintu.

"niii-san?" Tanya gadis bernama Yuki itu pada akhirnya.

"Hmmm..  Ini Nii-san" ucapnya membenarkan.

Klek...

Knop pintu di putar. 

"Apa yang kau lakukan di dalam?" Tanya Shinki cepat saat pintu mulai terbuka.

Gadis itu tersenyum penuh arti. Lalu menyerbu sang kakak dengan pelukan tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan pemuda berkulit putih itu terlebih dahulu.

"Eehmm...ehmm.. tak ada" jawabnya menggeleng kepala.

"Baik lh.. sekarang apa yang sedang kau teliti?" Tanya Shinki melepaskan pelukan adik kecilnya yang berjarak kurang lebih 3 tahun di bawahnya.

Lagi-lagi Yuki tersenyum penuh arti.

"Penyakit langka yang membuat seluruh tubuh membusuk dan terlepas perlahan-lahan dari tubuh" ucapnya menggoda si kakak bersurai jabrik itu.

Shinki bergidik ngeri. Kening mengkerut karena tak pernah mengerti bagaimana adiknya ini bisa sanggup melihat atau bahkan menyentuh sesuatu yang menjijikan.

"Tau takut.. masih tanya juga" sindir Yuki berjalan mendahului kakaknya mengikuti pelayan yang sudah lebih dahulu meninggalkan mereka.

"Dasar aneh" umpat Shinki pelan.

Yuki langsung berbalik dan menatap tajam si Kakak yang lebih nyata terlihat aneh dengan tato berwarna merah seperti milik paman mereka, kankuro.

"Apa?"

*
*
*
*

"Naruto?"

Naruto hanya menoleh sebentar lalu kembali menerawang lantai berwarna coklat muda.

"Yuki, anak bungsu Gaara. Mungkin bisa membantu Himawari?!"

-------

To be continued...

Happy reading..!

if likes it? click the star

if not? out, do not keep reading.

Terimakasih.

Ini hanya cerita abal-abal yang tak tau malu ku publish. 😅😅😑

HimawariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang