My Mom Reject me

1.2K 93 21
                                    

Kreeekkk. Suara pintu mau dibuka. Jantung Mark mulai berdegup kencang, dia benar-benar ketakutan sekarang. Dengan gusar terus diguncang-guncangkannya tubuh Jia Er.
Perlahan-lahan Jia Er membuka matanya, dia sedikit terusik karena Mark terus saja mengguncang-guncangkan tubuhnya. Jia Er berhasil membuka matanya, dia melihat wajah Mark yang seperti orang ketakutan.
“ Wae ?” tanyanya pelan.
Kreeekkk. Jia Er mendengar suara pintu. Dia terkejut dan langsung bangun. Sekarang dia mengerti kenapa Mark berusaha membangunkannya dan melihat ekspresi ketakutan pada wajah Mark. Jia Er bangkit dari tempat tidur, dengan cepat dia berlari ke belakang pintu sebelum pintu benar-benar terbuka. Jia Er bersembunyi di balik pintu.
Ka Yee muncul sambil mengembangkan senyumnya ketika melihat Mark yang sedang duduk di atas tempat tidur. Mark berusaha mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan. Dia sedikit lega karena Jia Er berhasil sembunyi dan tidak ketahuan oleh Ka Yee.
“Mark-ei, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.” Ujar Ka Yee masih berdiri di dekat pintu.
Mark mengerjap-ngerjapkan matanya tidak mengerti. Ini masih terlalu pagi untuk keluar rumah. Memangnya Ka Yee ingin mengajaknya kemana? Mark. “ Eodie ?” Tanya Mark pelan. Ia dapat melihat wajah Jia Er yang seperti orang marah di balik pintu.
“Kau akan tahu nanti. Bersiap-siaplah, aku tunggu di bawah.” Ucap Ka Yee lalu berlalu sambil menutup pintu.
Mark menghela napasnya lalu melihat Jia Er yang masih berdiri di tempatnya. Jia Er juga menatapnya. Tatapannya tidak mengisyaratkan kemarahan, hanya menatapnya, tidak memberi Mark keluhan. Mark turun dari tempat tidur lalu berjalan menghampiri Jia Er. Ditelusurinya seluruh wajah Jia Er dengan pandanganya. Tetap tidak menemukan suatu kemarahan di wajah Jia Er. Mark jadi bingung sendiri. Biasanya Jia Er akan marah besar padanya kalau ada namja yang mendekatinya, apalagi Ka Yee.
“Aku tidak melarangmu.” Kata Jia Er lalu berpaling dari tatapan Mark. Sebenarnya dia merasakan sakit di hatinya. Tapi dia tidak ingin menyakiti Mark lagi karena bayi yang ada di dalam kandungan Mark.
Mark tercengang mendengar ucapan Jia Er. Padahal dia ingin sekali Jia Er melarangnya untuk pergi. Jia Er, kenapa kau jadi seperti ini?
“Baiklah..” balas Mark akhirnya.
Jia Er menghela napasnya lalu melangkah mendekati pintu kamar Mark, dipegangnya knop pintu lalu memutarnya sedikit. Jia Er membuka pintu lalu keluar. Kemudian Jia Er berjalan menuju kamarnya.
Jia Er masuk ke kamarnya, duduk di atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tadi itu cukup menegangkan. Berusaha lari dan menyembunyikan sebuah rahasia yang pasti akan terbongkar. Hhh.. Jia Er, kapan ini akan berakhir? Tanyanya pada dirinya sendiri.
Jia Er sadar, dia merasakan sakit yang amat sakit saat Ka Yee mengajak Mark pergi. Tapi dia berusaha menahan perasaannya agar tidak meledak dan bertindak bodoh. Dia dapat merasakan kalau Ka Yee menyukai Mark. Ka Yee mianhae , Mark adalah milikku, kau tidak berhak sama sekali atas dirinya.
Jia Er tidak ingin menyakiti Mark lebih jauh lagi. Mark sedang mengandung, bagaimana kalau nanti keguguran karena perlakuannya? Tidak, itu tidak boleh terjadi. Meskipun hatinya sakit, dia membiarkan Mark untuk pergi bersama Ka Yee.
Pikirannya melayang-layang, apa yang akan terjadi nanti antara Ka Yee dan Mark. Ka Yee memang tidak jahat, tapi dia tetap laki-laki yang punya hasrat. Bagaimana kalau nanti bocah itu melakukan sesuatu pada Mark? Jia Er tidak bisa membiarkan itu. Dia harus mengikuti mereka.
**
Mark menemui Ka Yee di ruang tengah. Dia melihat Ka Yee sedang melilitkan syal ke lehernya. Walaupun sebenarnya Mark sedang tak ingin kemana-mana, Dia tetap akan pergi bersama Ka Yee, karena dia akan merasa tidak enak pada Ka Yee. Lagi pula Jia Er malah menyuruhnya pergi.
“Ah, kau sudah siap..” ujar Ka Yee ketika melihat Mark berdiri di sampingnya. Dilihatnya Mark mengangguk. Ka Yee langsung menarik lengan Mark agar mengikutinya.
**
Ka Yee dan Mark sampai di sebuah taman. Taman yang tidak dikenali Mark. Maklum, sudah dua bulan Mark tidak pernah keluar rumah dan jalan-jalan, jadinya dia begitu takjub melihat ke sekelilingnya. Mark memutar-mutar tubuhnya sambil menghirup udara pagi hari. Dia dapat mencium bau embun pagi di hidungnya. Sudah lama dia tidak merasa senyaman ini.
Mark memperhatikan sekelilingnya, sungguh pemandangan yang menyegarkan mata. Dia berlari menuju sebuah ayunan besi yang ada di taman itu lalu menaikinya. Dia mulai mendorong ayunan itu dengan tangannya dan merasakan angin yang timbul dari ayunannya. Sejak tadi senyum mengembang di bibir Mark, membuktikan dia sangat senang.
Ka Yee bahagia melihat senyuman Mark, karena baru kali ini dia melihat Mark tersenyum bahagia. Ada rasa kelegaan di hatinya, Markus jadi sangat menyukai senyuman Mark.
“Kau terlihat senang sekali..” Kata Ka Yee yang sudah berdiri di sebelah Mark yang sedang mengayunkan ayunan.
Mark melihat Ka Yee dan kembali senyuman mengembang di bibirnya. Mark mengangguk pelan mengiyakan ucapan Ka Yee. Dia memandang langit yang terbentang luas di hadapannya. Awan-awan masih belum berkumpul dan matahari belum naik sepenuhnya, sudah lama Mark tidak melihat pemandangan indah yang dilihatnya sekarang ini. Mark menghela napas lega lalu tersenyum kembali.
“Mau ku ajak ke tempat indah lainnya?” Tanya Ka Yee.
Mark mengalihkan pandangannya dan melihat Ka Yee. “Masih ada lagi?” balik bertanya.
Ka Yee mengangguk lalu menunjukkan nice smile nya. Mark turun dari ayunan lalu mulai berjalan beriringan dengan Ka Yee.
Tiba-tiba sebuah telapak tangan membekap mulut Mark dan menahan tubuhnya. Mark terkejut dan mencoba meronta-ronta, tapi sepertinya usahanya sia-sia. Ka Yee sepertinya tidak menyadari kalau dia tidak lagi mengikutinya, karena Ka Yee terus berjalan. Tubuh Mark ditarik ke belekang sehingga dia berjalan mundur dengan terpaksa. Mark mulai ketakutan. Siapa lagi orang yang ingin menyakitinya, pikirnya.
Mark terus mencoba melepaskan dirinya tapi tetap tak bisa. Orang yang mebekap mulutnya terus menariknya mundur. Dia terus memperhatikan punggung Ka Yee yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang dari pandanganya. Mark sangat ketakutan, dia tak mau disakiti lagi. Tapi dia tak kuasa melawan kekuatan orang yang sepertinya ingin menculiknya.
Orang itu berhenti, begitu juga dengan Mark. Langsung saja dia melepaskan tangan yang membekap mulutnya sedari tadi. Saat Mark berhasil melepaskan tangan itu, tubuhnya memutar sehingga berhadapan dengan orang yang ingin menculiknya. Tanpa sengaja Mark melihat wajah orang tersebut. Alangkah terkejutnya Mark begitu melihat wajahnya, matanya membesar tak percaya.
“Jia Er..” seru Mark mendapati Jia Er berada di hadapannya.
Jia Er hanya menatap Mark datar.
“Kau ingin membunuhku..!!” Jerit Mark. Wajahnya memerah karena menahan kesal.
“Aku tidak tahan melihatmu berlama-lama dengannya..” balas Jia Er menunjukkan rasa cemburunya.
“Lalu kenapa kau menyuruhku pergi bersamanya?” Rajuk Mark.
Jia Er tidak menjawabnya. Dia mengalihkan pandangannya lalu menghela napas berat. “Sudahlah. Aku tidak ingin membahasnya.” Ucap Jia Er ketus.
Keduanya pun terdiam. Sama-sama menundukkan kepala dan berkutat pada pikiran masing-masing. Dalam hati Mark senang, karena Jia Er cemburu padanya. Dengan begitu Mark dapat merasakan kalau Jia Er menyukainya tidak hanya menginginkan tubuhnya saja.
“Kau ingin bermain?” Tanya Jia Er tiba-tiba.
Mark melihat Jia Er dengan tatapan tak percaya. Bermain? Jia Er akan mengajaknya bermain? Bermain apa? Pikir Mark. Tapi, dia senang Jia Er mulai bersikap lunak padanya, biarpun tadi sempat membuatnya jantungan. Mark tersenyum simpul pada Jia Er lalu menganggukkan kepalanya.
Ka Yee yang melihat senyuman itu juga tersenyum. Diraihnya jari-jemari Mark lalu menggengamnya. Jia Er mangajak Mark meninggalkan taman itu.
**
Mereka sampai di taman bermain ketika matahari sudah menunjukkan sinar teriknya, menjelang siang. Banyak sekali pengunjung yang datang, sehingga taman bermain itu ramai sekali. Tapi hal tersebut tak mengurungkan niat Jia Er mengajak Mark bermain hari ini.
Sungguh senang sekali, Mark tak bisa tidak tersenyum dan tertawa menikmati semua permainan yang dia mainkan bersama Jia Er. Dia tidak menyangka ternyata Jia Er orang yang sangat menyenangkan. Jia Er terus mengajaknya bermain dan Mark pun tak lelah menemaninya bermain. Jujur ini pengalaman pertama Mark bermain di taman bermain. Karena sejak dulu dia tak pernah menginjakkan kakinya di taman bermain. Rasanya sungguh menyenangkan.
Jia Er mengajak Mark bermain komedi putar. Setahunya itu permainan anak-anak, tapi entah mengapa Jia Er mengajaknya memainkan permainan itu. Mark pun duduk di atas salah satu kuda dan Jia Er duduk di kuda yang berada di samping Mark. Komedi putar ini mulai bergerak dan berputar. Mark melihat Jia Er tersenyum di sepanjang permainan komedi putar ini. Dia sangat senang melihatnya. Jia Er tersenyum tulus, tidak ditahan. Itu senyuman murninya.
Selesai naik komedi putar Mark mulai merasa lelah dan sepertinya Jia Er menyadarinya. Jia Er menawarinya ice cream , tentu saja Mark tidak menolaknya karena dia juga haus. Tak lama Mark menunggu kemudian Jia Er datang membawa dua ice cream di tangannya, Jia Er memberikan salah satunya pada Mark. Mark membuka bungkusnya dan melahap ice cream kepunyaannya. Hhhahhh.. rasanya tenggorokannya segar kembali. Mark melihat Jia Er yang sedang melahap ice cream nya, aahh~ dia sungguh terlihat sangat tampan.
Sepertinya Jia Er sadar kalau Mark memperhatikannya karena dia langsung melihat Mark. Mark hanya cengar-cengir karena tertangkap basah olehnya. Kemudian Jia Er mendekatkan wajahnya pada wajah Mark. Aigoo .. apa yang ingin dilakukannya? Apa dia ingin menciumku d itempat ramai seperti ini? Kyu, jangan..
Lalu Mark merasakan lidah Jia Er menyentuh pinggir bibirnya. Hanya sesaat, setelah itu Jia Er menjauhkan wajahnya dari wajah Mark dan tersenyum yang mengisyaratkan sesuatu, tapi Mark tidak mengerti.
“Makan ice cream saja tidak becus.” Ledek Kyuhyun.
Ehh.. tidak becus? Apa maksudnya? Apa tadi ada ice cream yang menempel di bibirnya? Lalu Jia Er membersihkannya dengan lidahnya? Omona .. babo nya kau  Mark Tuan. Mark yakin wajahnya pasti sudah memerah seperti kepiting rebus kali ini. Dia malu. Segera saja dipalingkannya wajahnya, tidak ingin Jia Er melihat wajahnya.
Hari ini Mark senang sekali. Dia dan Jia Er seperti sedang berkencan. Mark tak bosan mencuri pandang agar dapat melihat wajah Jia Er walaupun sering tertangkap basah oleh si pemilik muka. Tanpa terasa hari sudah sore, Mereka pun beranjak pergi dari taman bermain.
Perjalanan pulang Jia Er dan Mark bergandengan tangan. Seharian ini Jia Er terus menggenggam tangan Mark. Erat, sangat erat. Seakan tak ingin melepaskannya. Mark juga mempererat genggaman tangannya pada tangan Jia Er.
**
Jia Er melepaskan genggaman tangannya ketika mereka sudah berada di depan pintu rumah. Jia Er membuka pintu secara perlahan lalu masuk ke dalam rumah diikuti oleh Mark di belakangnya. Mark yang menutup pintu.
“Mark-ie..!!.” Teriak Ka Yee begitu melihat Mark masuk ke dalam rumah. “Kau darimana saja??!.” Pekik Ka Yee lagi seraya menghampiri Mark.
Ka Yee mulai memperhatikan Mark dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia sangat khawatir. Saat dirinya tak menemukan Mark berada di belakangnya, Ka Yee sangat terkejut dan khawatir, takut terjadi hal buruk pada Mark. Bahkan tadi dia menyusuri seluruh taman dan sekitarnya untuk mencari Mark. Ketika dirinya tak menemukan Mark, Ka Yee mulai panik setengah hati. dia terus mencari Mark. Tapi, karena hasilnya nihil, akhirnya Ka Yee pulang dan memilih menunggu sampai Mark pulang.
“Kau kemana saja, hah?” Tanya Ka Yee agak kesal dan rasa khawatir masih menyelimutinya.
Mark diam. Dia lupa dengan Ka Yee yang tadi mengajaknya ke taman. Dia malah bersenang-senang dengan Jia Er. Mark menundukkan kepalanya merasa bersalah pada Ka Yee. “ Mian , aku.. aku..” ucap Mark sembari berpikir untuk mencari alasan mengapa dia menghilang tadi.
“Aku menemukannya di sekitar halte bus tadi.” Kata Jia Er dingin.
“Halte bus?” balas Ka Yee tidak percaya mendengar penuturan Jia Er. “Kenapa kau bisa sampai di halte bus?” Ka Yee menggertakkan giginya.
“ Mian , tadi aku jalan-jalan sampai lupa aku harusnya bersamamu.. dan tanpa sadar aku sudah berada di halte bus.” Jawab Mark berbohong.
Ka Yee mengehela napas berat. Dia sungguh khawatir terhadap Mark, untunglah Mark baik-baik saja. Ka Yee mencoba menghilangkan rasa khawatirnya lalu tersenyum pada Mark. “ Mianhae , aku sangat khawatir padamu.” Kata Ka Yee lembut. “ Mian kalau kata-kataku kasar.” Lanjutnya.
Mark mengangguk. “ Ne .. aku ke kamarku.” Pamit Mark lalu melangkah menuju kamarnya sambil menundukkan kepalanya.
Jia Er menghela napasnya, melirik Ka Yee sebentar lalu berjalan meinggalkan ruang tengah.
**
Malam ini Mark bosan sekali. Ahra ada pekerjaan jadi dia tidak mau mengganggunya. Ka Yee, tidak mungkin dia mengajaknya bicara. Jia Er? Hhh.. dia berada di kamarnya, tapi Mark tidak berani masuk ke kamarnya. Mark lihat perutnya yang mulai agak membuncit lalu mengelusnya. Mark terbayang bagaimana dia akan melahirkan nanti, pasti rasanya sakit sekali. Apa tidak ada cara supaya melahirkan itu tidak sakit?
Mark menoleh ke arah jendela, entah kenapa kakinya melangkah sendiri mendekati jendela kamar. Dia melihat pemandangan malam hari dari jendela. Banyak bintang muncul dan menghiasi langit malam seperti lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip. Sungguh indah. Saat ditundukkannya kepalanya, Mark melihat seseorang di halaman samping, dia tidak tahu siapa itu dan sedang apa. Mark menyipitkan matanya agar dapat melihat dengan jelas. Dari rambutnya, kulitnya yang putih susu mendekati pucat dan dari tubuhnya, dia tahu itu Jia Er. Sedang apa dia malam-malam begini di halaman samping? Kemudian Mark lihat Jia Er menggerak-gerakkan badannya. Apa dia sedang berolahraga? Kenapa malam-malam?
Mark pun seperti mendapat tontonan yang mengasikkan, ditopangnya dagunya dengan kedua tangannya dan memandangi Jia Er yang sedang menggerak-gerakkan badannya. Walaupun dari atas, Mark dapat melihat wajah Jia Er yang mulai berkeringat. Dia sangat suka melihat Jia Er diam-diam begini. Jia Er terlihat begitu tenang. Jia Er sepertinya menyadari sesuatu lalu melihat keatas, segera saja Mark berjongkok di bawah jendela yang adalah dinding, jadi Jia Er tak bisa melihatnya. Beberapa saat kemudian, Mark mengangkat lagi tubuhnya dan melihat ke bawah. Aneh, Jia Er sudah tidak ada. Kemana dia? Apa dia sudah selesai? Aahh, Mark ‘kan belum puas melihatnya. Tanpa sadar Mark memanyunkan mulutnya karena kesal.
Krreekkk. Mark mendengar suara pintu, segera dibalikkannya badannya. Dilihatnya Jia Er berdiri di ambang pintu dengan posisi bersandar pada frame door sambil melipat kedua tangannya di dadanya. Dia menatap Mark.
“Kau bisa jatuh kalau kau terus melihat ke bawah.” Kata Jia Er terus menatap Mark.
Jadi tadi Jia Er melihatnya? Lagi-lagi Mark tertangkap basah memperhatikan namja itu. Jia Er beranjak dari tempatnya berdiri menuju tempat tidur lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur Mark. Apa dia ingin tidur di kamarku lagi? Bagaimana kalau kejadian tadi pagi terulang kembali dan kami ketahuan tidur bersama? Jia Er, perbuatanmu membuatku takut.
“Kemarilah..” kata Jia Er sambil memandangi Mark lagi.
Mark melangkahkan kakinya menghampiri Jia Er. Dia naik ke atas kasur lalu duduk di samping Jia Er. Jia Er mengangkat kepalanya dan menyandarkan kepalanya di perut Mark. Apa yang dia lakukan? Jangan berbuat yang tidak-tidak Jia Er, ingat bayimu ada di dalam perutku, bentak Mark dalam hati.
“Kenapa tidak terdengar apapun?” Tanya Jia Er.
Mark tidak mengerti apa maksudnya. Memangnya Jia Er ingin dirinya bersuara? Mark merasakan Jia Er makin merapatkan kepalanya ke perutnya. Dia mau apa sih?
“Berapa usia kandunganmu?” Tanya Jia Er lagi.
“Empat bulan.” Jawab Mark singkat.
“Pantas saja” Jia Er menjauhkan kepalanya dari perut Mark lalu menyandarkan kepalanya di pangkuan Mark. “Kenapa lama sekali?” Jia Er melihat Mark.
“Apanya?” Mark tidak mengerti.
“Anakku lahir.” Kata Jia Er.
Jawaban Jia Er membuat Mark terkejut. Apa dia benar-benar ingin anaknya lahir? Apa dia benar-benar ingin melihat bayinya? Dengan refleks tangan Mark menyentuh perutnya lagi. Dia juga ingin anaknya cepat lahir.
“Kau ingin melihatnya?” Tanya Mark pada Jia Er yang melihatnya mengelusi perutnya sendiri.
“Menurutmu?” Jia Er balik bertanya.
Jia Er, jangan membuatku gila dengan pertanyaanmu itu. Mark hanya bisa tersenyum menanggapi pertanyaan Jia Er. Apa begini rasanya ketika menunggu kelahiran buah hati, buah cinta dengan orang yang dicintai?
Cinta? Mark baru saja memikirkan kata itu. Apa dia mencintai Jia Er? Apa Jia Er juga mencintainya? Ka Yee menunjukkan rasa cemburunya pada Mark, apa itu karena Jia Er mencintainya? Mark suka sekali melihat wajah Jia Er, apa itu berarti dia mencintainya? Mark pusing sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya untuk dirinya sendiri.
Dilihatnya Jia Er lagi, namja itu sudah menutup matanya. Apa dia sudah tidur? Disentuhnya wajah Jia Er dengan telunjuknya, memastikan apa Jia Er sudah tidur atau hanya memejamkan matanya. Tiba-tiba Mark rasakan tubuhnya ditarik ke bawah dan seketika itu juga Jia Er membuka matanya. Mark terkejut. Jia Er mengangkat sedikit kepalanya lalu menempelkan bibirnya di bibir Mark.
**
“Mark-ie.”
Mark mendengar suara Suzy memanggilnya. Dia yang sedang berada di ruang tengah langsung mencari Suzy yang berada di dapur, karena Mark tahu Suzy sedang membuat makan siang. Mark segera menghampirinya yang berada di dekat meja makan sedang membungkus sesuatu.
“ Ne , eonni ..” Kata Mark membalas panggilan Suzy tadi.
Suzy memandang Mark. “Aku ingin minta tolong.” Katanya. “Maukah kau mengantarkan bekal makan siang ini pada Jia Er?” Suzy menunjuk bungkusan tebal yang berada di atas meja.
“Pada Jia Er?” Tanya Mark memastikan.
Mark tahu Jia Er sekarang sedang bekerja di perusahaan keluarga milik keluarga Wang, karena tadi pagi Jia Er pamitan padanya. Tapi, dia ‘kan tidak tahu dimana perusahaannya. Bagaimana dia bisa sampai di perusahaan keluarga Wang?
“ Ne ..” sahut Suzy. “Tenang. Aku sudah memanggilkan taksi untuk mengantarmu.” Beritahu Suzy yang sepertinya mengerti kebingungan Mark.
“Ye, eonni .” Balas Mark seraya menganggukkan kepalanya.
**
Mark sudah berada di dalam perusahaan keluarga Wang. Perusahaan ini besar sekali, gedungnya sangat tinggi. Mungkin sampai lantai 15. Dia terus berjalan menelusuri lobby. Mark ingat, dia tidak tahu di ruang mana Jia Er bekerja, jadinya Mark menghampiri seorang yang duduk di belakang meja resepsionis.
“ Silyehamnida [permisi], aku ingin bertanya, Wang Jia Er
samusil eodiesseo ?[kantor Wang Jia Er berada dimana].” Tanya Mark setelah membungkukkan badannya.
“Ah, Wang sajangnim . Ruangannya ada di lantai 7.” Jawab yeoja yang bekerja di bagian resepsionis ini.
“ Gomawo .” Kata Mark lagi sambil membungkukkan sedikit badannya.
“ Cheonma ..” balasnya sambil tersenyum.
Mark beranjak dari resepsionis menuju lift yang berada di sudut ruangan. Dia memencet tombol lift itu, dan kemudian pintu lift terbuka. Mark masuk kedalam lift dan memencet tombol angka 7. pintu lift tertutup dan dirasakannya kakinya sedikit mengambang karena liftnya bergerak keatas. Tak lama kemudian, liftnya berhenti dan pintu lift terbuka. Segera Mark melangkahkan kakinya keluar dari lift.
Banyak sekali orang yang bekerja di lantai 7. mereka semua tampak serius dengan pekerjaan mereka. Mark pun mulai melangkahkan kakinya melewati blok-blok para karyawan itu sambil memandangi wajah mereka satu persatu. Tapi, dia tidak melihat Kyuhyun. Apa dia sedang tidak ada? Ah ya.. dia ingat, resepsionis tadi memanggil Jia Er dengan sebutan sajangnim [direktur] jadi pastinya Jia Er punya ruangan sendiri. Mark terus berjalan, dia dapat merasakan para karyawan itu melihatnya dan mulai berbisik-bisik. Tentu saja, inikan pertama kali dia kesini, mereka belum tahu siapa Mark.
Mark melihat sebuah ruangan yang berdinding kaca berwarna hitam keabu-abuan. Dia pun dapat melihat bayangan orang di dalam ruangan itu. Mungkin Jia Er, karena aku tidak dapat melihat wajahnya begitu jelas. Mark berjalan menuju ruangan itu. Diketuknya pintunya beberapa kali lalu membuka perlahan pintu ruangan tersebut. Saat pintunya terbuka, Mark melihat Jia Er sedang berdiri lalu seorang
yeoja tepat berada di samping Jia Er. Jia Er mendekatkan wajahnya dengan kepada si yeoja . Omona, Mark sangat terkejut, matanya membesar dan jantungnya berdegup makin kencang. Apa yang sedang dilakukan Jia Er? Apa dia mencium yeoja itu? Mencium?
Badannya melemas, bekal makanan yang dipegang Mark pun terlepas dari tangannya.
PRAANNGGG !!. Bunyinya sangat kuat sehingga mengangetkan semua karyawan yang ada di lantai tujuh ini. Mark melihat Jia Er dan yeoja itu juga terkejut. Mereka melihat Mark yang berdiri di ambang pintu. Mark tidak sanggup menahan air matanya, hatinya sakit. Semalam Jia Er memberinya harapan akan bayi yang dikandungnya, sekarang dilihatnya Jia Er mencium yeoja lain. Apa dia tidak berharga baginya? Apa Mark hanya mainannya? Air mata Mark mengalir dengan deras.
Mark tidak sanggup melihat pemandangan ini. Segera dibalikkannya badannya dan langsung berlari meninggalkan ruangan dimana Jia Er berada bersama dengan seorang yeoja . Jia Er, kenapa kau selalu menyakitiku? Tidak hanya tubuhku, sekarang hatiku, perasaanku.
“Mark!!.”
Mark dapat mendengar Jia Er meneriaki namanya. Baru kali ini dia mendengar Jia Er menyebutkan namanya, tapi dalam keadaan seperti ini dia tidak senang mendengarnya. Mark tidak perduli berapa kali Jia Er berteriak memanggil namanya. Hatinya benar-benar sakit. Mungkin saat ini Jia Er mengejarnya. Mark benar-benar tidak perduli. Dia terus berlari meninggalkan gedung mewah ini.
**
“ Mark Tuan~!!.”
Lagi-lagi Jia Er meneriaki namanya. Entah sudah berapa kali Kyuhyun meneriaki nama Mark, tapi si pemilik nama tidak perduli. Sekarang ini Mark berlari di pinggir jalan. Dia tidak tahu ini dimana, hanya terus berlari menghindari Jia Er, dia tidak mau bertemu dengan Jia Er. Dia–Jia Er masih terus mengejar Mark. Apa dia tidak memikirkan perusahaannya itu dan yeoja yang bersamanya tadi? Harusnya dia tidak perlu mengejar Mark seperti ini, harusnya dia tidak perduli pada Mark, harusnya Jia Er membiarkan Mark lari. Kenapa dia melakukan ini?
Di sela-sela pelupuk matanya, Mark melihat seseorang yang berada di seberang jalan. Mungkin ingin menyeberang. Mark membersihkan air matanya sembari berlari. Dia begitu terkejut melihatnya. Dia.. orang yang Mark rindukan selama ini. orang yang amat sangat dia sayangi. Mark melihatnya sedang menyeberang sekarang. Dia pun berhenti berlari. Dipandanginya sosoknya yang sangat Mark rindukan. Tubuhnya sedikit kurus di pertemuan mereka yang terakhir.
Dia berhenti di tengah jalan saat menyeberang. Dia melihat Mark. Dari wajahnya Mark tahu dia terkejut melihatnya. Dia mungkin tak menyangka akan melihat Mark, sama halnya dengan Mark. Lama mereka saling memandang, Mark merasakan air matanya kembali menderas. Mark benar-benar merindukannya.
Ttttiiiiinnnn ~. Suara klakson. Mark mengalihkan pandangannya dan melihat sebuah mobil besar melaju sangat cepat. Dilihatnya lagi lampu lalu lintas yang menunjukan lampu hijau yang tandanya kendaraan untuk maju dan seseorang itu masih berdiri di tengah jalan. Mark memberinya isyarat untuk segera pergi dari sana, tapi dia tidak bergeming sama sekali.
Cciittttttttt…..
Suara decitan ban mobil yang ditahan, pengemudi mobil itu mengerem mobilnya, tapi…..
Brraaaakkkk !. Mobil tersebut menabrak tubuh kecilnya dan dia terlempar agak jauh dari tempatnya berdiri. Mark melihat dia tidak bergerak sama sekali. Air matanya pun lagi-lagi menghujani wajahnya yang sudah basah.
“ Eommmaaaa !!!.” Teriak Mark sekencang-kencangnya diiringi air matanya yang terus mengalir.
Mark beranjak dari tempatnya berdiri, namun ada yang menahannya. Memegang bahunya dengan kuat. Dia berusaha melepaskannya tapi tidak bisa. Orang-orang mulai berdatangan dan mengerumuni orang yang ditabrak tadi. Eomma… hati Mark bertambah sakit melihat darah yang entah sejak kapan menghiasi wajahnya.
“ Eommaa ~~!.” Teriaknya lagi sangat kuat. Mark ingin menghampirinya, melihat keadaannya.
**
Mark berdiri di depan ruangan eomma nya yang sedang dirawat di Rumah Sakit. Dia berada di Rumah Sakit sekarang, mengikuti orang-orang yang mengantarkan Ibunya ke Rumah Sakit. Sesekali dia mengintip ke dalam melalui jendela kecil pada pintu kamar. Dia melihat euisa dan para ganhosa [suster/perawat] sedang memeriksa Ibunya. Eomma, mianhae .. seharusnya tadi aku berlari dan menyelamatkanmu, bukannya mematung di tempatku berdiri. Mark sungguh khawatir dengan keadaan eomma nya.
“Tenanglah..” kata Jia Er yang juga berada bersama Mark sekarang. Dia tadi yang menahan Mark.
Mark melihat Jia Er dengan matanya yang memerah karena sejak tadi dia belum berhenti menangis. Hari ini benar-benar kacau. Dia masih belum memaafkan Jia Er karena kejadian tadi dan dia tidak mau memikirkannya saat ini. lebih penting keadaan Ibunya.
Euisa keluar dari kamar Ibu Mark dirawat diikuti beberapa ganhosa yang tadi membantunya.
“ Seonsaengnim , nae eomma eotteokeyo ?[dokter, bagaimana keadaan Ibuku].” Tanya Mark langsung.
Euisa melihat Mark. “ Jilnaenayo [baik-baik saja]. Hanya gegar otak ringan karena kepalanya yang terbentur aspal.” Jawab euisa tenang.
Mark menghembuskan napas lega. Untunglah Ibunya tidak apa-apa. Dia menghapus air matanya dan mencoba tersenyum pada euisa biarpun semua perasaan sakit, khawatir, gelisah, bimbang, dan marah masih berkecamuk dalam hatinya.
“ Gomawo , bolehkah aku melihatnya?” Tanya Mark lagi.
Euisa mengangguk memperbolehkan Mark melihat Ibunya. Mark pun segera masuk ke dalam kamar Ibunya dirawat diikuti oleh Jia Er. Dilihatnya Ibunya sedang memijit-mijit kepalanya yang mungkin terasa sakit. Mark menghampirinya dan berdiri di sampingnya. Air matanya jatuh lagi melihat Ibunya diperban begitu.
“ Eomma ..” desah Mark lirih. Dia menangis di hadapan Ibunya.
Ibu Mark melihatnya. Tersirat kebencian ditatapannya. Mark terima itu, mungkin Ibunya masih marah padanya. Tapi, apakah tidak bisa memaafkannya? Sudah lama dia tidak berjumpa dengan Ibunya. Mark sangat merindukannya. Eomma, rasakanlah perasaan sayangku padamu.
“ Neo yogi wae?[kenapa kau ada disini].” Tanya Ibunya dengan nada kebencian.
“ Eomma .. tar-ie ieyo [aku ini anakmu]. Na yogi anniyo wae ?[Kenapa aku tidak boleh berada disini]. Aku ingin melihatmu..” jawab Mark seadanya.
“Cih. Aku tidak pernah punya anak sepertimu.” Tukasnya kesal. “Pergi dari sini.” Katanya lagi lalu membuang mukanya.
Eomma.. hajimalgo [jangan perlakukan aku seperti ini].
Sarang-irang [aku sangat menyayangimu]. Aku tidak ingin kau terus-terusan marah padaku. Eomma, mianhae .. aku memang bersalah, tapi aku sudah meminta maaf padamu, bahkan bersujud di kakimu. Apa itu kurang? Aku akan melakukan apapun agar kau memaafkan ku. Air mata Mark tak mau berhenti mengalir.
“ Mianhae ..” hanya kata ini yang mampu Mark ucapkan.
“Pergi..!!.” Bentaknya.
Hati Mark benar-benar sakit mendengarnya. Apakah semudah itu Ibunya menganggapnya bukan anaknya lagi? Eomma.. mianhae .
Jia Er menarik Mark dan membawanya keluar dari ruang rawat. Mark tidak bisa menahan dirinya, dia hanya menurut saat Jia Er membawanya keluar. Saat di luar kamar, air matanya tumpah sebanyak-banyaknya. Jia Er memeluknya, Mark menangis sejadi-jadinya dipelukan Jia Er. Dia tidak perduli apa yang terjadi. Ibunya tetaplah Ibunya.
To Be Continued

(END) You Are Mine ( Markson Remake )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang