Sweet Of You

2K 58 4
                                    

Hola Holaa ~
Selamat Membaca!

***
Rendratama POV

Saat Nina jatuh di sampingku, aku segera memeluknya, menjepit kedua kakinya dengan kuat di antara kakiku. Dengan begini dia tidak akan bisa bergerak.

"Lepasin bodoh!" serunya dan terus berusaha mendorong dadaku. Aku pun semakin mengeratkan pelukanku, membuat tangannya tak bisa bergerak sama sekali, tertekuk diantara dada kami.

"Rendra! Cepat lepasin selagi aku masih berbaik hati!" ancamnya, masih saja berusaha melepaskan diri, yang sudah pasti sia-sia karena aku sudah "mengunci"nya sangat rapat. Sementara Nina berusaha melepaskan diri, aku menutup mata dan berpura-pura tidur. Kita lihat sampai dimana kekuatan seorang Nina. Meskipun kadang pukulannya tak jarang membuatku kesakitan. Apalagi jika dia sudah menendang. Kalau saja fansku tahu aku sering dibully olehnya, entah bagaimana nasib Nina nanti. Dan aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padanya, apalagi itu karena aku. Aku sangat menyayanginya, tidak mau kehilangan dirinya, meskipun dia kadang membuatku kesal.

Tak lama, gerakan Nina mulai melemah, kemudian berhenti sama sekali. Napasnya yang berbau mint berderu cepat di wajahku. Aku rasa dia mulai kelelahan. Pada saat itulah, aku membuka mata. Wajahnya yang manis, sangat dekat denganku, membuatku tanpa sadar, menggerakkan kepalaku mendekati wajahnya hingga ujung hidung kami saling bersentuhan. Dadaku segera saja bergemuruh, berdetak cepat tak beraturan. Membuat seluruh badanku juga ikut berdetak.

"Kenapa wajahmu menjadi sangat manis jika dilihat sedekat ini?" seruku tanpa bermaksud menggombalinya sedikitpun. Karena memang itu kenyataannya. Dia akan semakin imut jika sedang kesal. Rasanya aku mau selalu seperti ini.

"Kenapa baru sadar sekarang? Kamu memang bodoh." Jawabnya super narsis, mencoba menghilangkan kegugupannya. Aku hanya tersenyum geli dan semakin mengeratkan pelukanku, mengecup ujung hidungnya. Nina terlihat sedikit kaget, namun dengan cepat kembali mengontrol ekspresinya. Tidak heran dia kaget. Karena kami jarang bermesraan seperti ini.

"Karena kamu ada di bawah kuasaku, mau tak mau, kamu harus memberikan apa yang akan jadi hadiahku kalo aku sembuh," ujarku setengah berbisik, dan tersenyum.

"Ka-kalau aku nggak mau?" tanyanya dengan ekspresi sinis.

"Kita akan terus begini, sampai kamu menyerah dan memberikan hadiahku," aku tersenyum mencubit pelan pipinya.

"Oke. Begitu aku berikan hadiahmu sekarang, kamu tidak akan mendapatkan apapun waktu kamu sembuh," Seru Nina mengalah akhirnya. Percuma, melawan saat ini karena dia benar-benar tidak berdaya.

"What?"

Belum selesai aku kaget karena kalimat terakhirnya, tiba-tiba saja Nina sudah mengecup cepat bibirku. Kami berdua diam dan hanya saling menatap.  Wajahnya merah, dan mungkin begitupun dengan diriku. Ini pertama kalinya dia menciumku setelah setahun lebih pacaran. Biasanya aku yang selalu berinisiatif terlebih dahulu menciumnya. Itu pun penuh paksaan.

"I-itu hadiah yang akan kamu dapatkan," ujarnya malu-malu dengan wajah yang sangat menggemaskan. Aku mengelus pelan rambutnya yang selalu harum stroberi, dan mengecup lembut beberapa saat bibirnya. 

Aku segera mengakhiri ciuman kami walau sebenarnya tidak ingin.Tapi jika aku melanjutkannya, yang iya-iya akan terjadi. Apalagi atmosfer disekitar kamar ini sangat mendukung untuk terjadinya sesuatu yang aku inginkan, sebagai pria normal. Namun, aku sangat menghormati Nina, dan akan menjaganya hingga kami menikah nanti.

Aku kembali menatap mata bulatnya. Ada bayanganku di manik mata Hazelnya yang selalu membuatku tak bisa mengalihkan pandangan. Aku mendesah pelan dan menarik kepalanya, menyembunyikan jauh dilekuk leherku, membelai lembut rambut hitamnya. Melihat ekspresinya membuatku benar-benar tidak tahan dan bisa membangkitkan 'serigala' dalam diriku.

DiarrheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang