Dua

61 37 48
                                    


     Bel istirahat berbunyi. Mifta mempercepat pekerjaannya di dalam wc.

"Kalau gue gak ke lapangan, entar dibilang cemen lagi," celoteh Mifta. Kemudian setelah ia menyelesaikan pekerjaannya, ia menghadap ke pak Muly untuk melaporkan bahwa dirinya telah selesai menjalani hukuman. Dan dengan segera mungkin ia berlari ke lapangan futsal. "Emang dia mau ngapain coba nyuruh gue ke lapangan? Lawan gue? Gak mungkin, gue kan cewek," Mifta bicara sambil berjalan.

Setibanya di lapangan, ia tidak menemukan siapapun yang sedang menunggunya. Hanya para siswa yang berlalu lalang. "Bodo amat ah, mending gue balik ke kelas," ucapnya sambil berbalik.

'Bruk'

"Tuh kan, emang elo yang kalau jalan gak hati-hati."

"Eh mm..ngg.. nama lo siapa sih? Gue kalau mau marah susah kalau gak tahu nama. Jadi gue manggil lo kutu aja. Oke?" Mifta berbicara panjang lebar membuat Yusuf menaikkan satu alisnya. "Eh kutu, elo yang tiba-tiba ada di belakang gue. Jadi bukan gue yang gak hati-hati. Lagian ngapain sih lo suruh gue kesini?"

Yusuf tertawa terbahak mendengar celotehan Mifta. "Nama gue Yusuf Praditya, gue kapten futsal di sekolah ini. Karena lo udah nantangin gue main futsal, gue bakal tunjukin kalau gue gak bisa diremehkan sama cewek yang sok tahu kayak lo."

"Tunggu-tunggu, gue gak salah dengar apa? Lo kali yang nantangin gue, orang lo yang suruh gue kesini."

Yusuf mulai berkacak pinggang dan menghela nafas. "Lo udah ngeremehin gue. So, sama aja kalau lo yang nantang gue."

"Oke, bicaranya gak usah diperpanjang. Mendingan sekarang lo tunjukin ke gue kemampuan elo."

"Okay." Yusuf mengambil beberapa bola di dalam keranjang yang ada di samping gawang. Kemudian ia menaruh bola itu berjejer mengikuti garis tengah lapangan futsal.

"1-2-3-4, oke empat bola. Kalau lo berhasil memasukkan minimal tiga bola ke gawang, gue bakal akui lo hebat," sahut Mifta dari pinggir lapangan dengan sedikit berteriak.

Yusuf mulai bersiap-siap untuk menendang bola satu per satu dimulai dari bola yang paling kiri. Mifta memperhatikan Yusuf sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Kaki Yusuf mulai menendang bola yang pertama dengan kaki kanan. Gol. Bola pertama berhasil masuk ke gawang. Kemudian Yusuf mendekati bola kedua dan gol lagi. Ia kemudian mencoba menendang bola ketiga dengan kaki kiri. Tidak berhasil. Yusuf kembali menggunakan kaki kanan untuk menendang bola keempat, tetapi tidak berhasil juga. Ia memegang kepalanya dengan kedua tangan seperti orang yang frustasi.

Terdengar suara tepuk tangan dari Mifta yang berjalan dari pinggir lapangan sambil geleng-geleng kepala.

"Not bad, not bad untuk seorang anak yang baru belajar main bola," Mifta tertawa terbahak.

Wajah Yusuf mulai memerah. "Eh, Mifta Adelia. Sekarang lo harus tunjukin ke gue kalau lo bisa main bola. Berani-beraninya ngeledekin gue."

"Wow, lo kok tau nama lengkap gue sih? Lo kepoin medsos gue ya?" Mifta tertawa lagi. "Oke, gue tunjukin."

Mifta menaruh empat bola di tengah lapangan seperti yang dilakukan Yusuf sebelumnya.

"Hati-hati entar lo jatuh," teriak Yusuf kemudian ia tertawa sambil memegang perut.

Mifta tidak mengindahkan perkataan Yusuf. Ia tetap fokus dengan bola yang ada di depannya. Kemudian ia menarik rok nya sedikit ke atas dan mulai menendang bola. Gol. Mifta tersenyum senang. Tetapi senyumnya menghilang saat menyadari banyak siswa yang menertawainya, termasuk Yusuf. Aneh rasanya saat seseorang mencetak gol lalu ditertawakan.

Tak berselang lama, Yusuf sedikit berlari mendekati Mifta. "Hey," ia berbicara sambil menutup mulut karena menahan tawa. "Untung lo pakai legging, belahan rok lu makin panjang tuh, alias robek," tawa Yusuf semakin meledak.

Mifta sontak kaget dan melihat keadaan rok nya. Dan benar saja, belahan roknya semakin panjang karena ia menendang bola terlalu keras. Mifta berlari sekencang mungkin menuju wc. Kakinya memang tidak kelihatan karena ditutupi legging. Tapi rasa malu yang ia tanggung sangat besar, sehingga menimbulkan rasa tidak suka yang teramat sangat kepada Yusuf.

Yusuf yang melihat Mifta berlari seperti itu, menghentikan tawanya. Disamping perasaan bangga karena telah mempermalukan seseorang yang meremehkannya, ia juga merasa tidak enak karena orang itu adalah perempuan. Seharusnya ia tidak memperlakukannya seperti itu.

Kaki Yusuf seakan ingin mengejar Mifta. Pelan-pelan ia menjauh dari para siswa yang mendekat ke lapangan karena kejadian tadi. Ia kemudian mengikuti Mifta menuju wc.

'Tok..tok..tok' Yusuf mengetuk pintu wc. "Mif! Buka pintunya! Keluar dari wc sekarang Mif!"

Pintu wc kemudian terbuka setengah. Dari balik pintu, kepala Mifta sedikit keluar untuk mengintip.

"Apaan sih? Masih pengen bikin gue malu?" tanya Mifta sedikit berbisik.

"Lo nggak nangis?" Yusuf bertanya balik.

Pintu wc semakin dibuka lebar oleh Mifta. "Nangis?" Mifta tertawa. "Masa sih seorang Mifta gitu aja nangis, nggak mungkin lah."

"Oh bagus deh kalau gitu," jawab Yusuf santai lalu berjalan untuk beranjak pergi dari sana.

Dari dalam wc Mifta menarik ujung seragam Yusuf. "Eh..eh main pergi aja. Tanggung jawab dulu dong."

"Caranya?"

"Lo mesti cari celana olahraga buat gue. Tapi pinjamnya jangan di cowok yah. Awas lo!"

Yusuf menarik ujung seragamnya yang dipegang Mifta dan menepuk-nepuknya seakan ada kotoran di atasnya. "Iya..iya bawel."

Setelah 10 menit Yusuf pergi, ia tak kunjung kembali juga.

"Duh Yusuf mana sih, lama amat. Mampus deh gue, mana udah bel lagi," kata Mifta di dalam wc. Ia sesekali membuka pintu dan mengintip keluar. "Atau gue WA Sandra aja deh, dia kan sering naruh hp di dalam laci kalau lagi belajar. Kenapa gak kepikiran dari tadi sih."

Tidak lama kemudian, Sandra datang dan mengetuk pintu wc.

"Thanks ya, Ra. Kalau bukan karena lo, gue gak akan bisa ikut belajar bahasa Indonesia," ucap Mifta ketika ia selesai memakai celana olahraga yang dipinjamkan oleh Sandra.

"Untung gue selalu bawa celana buat persiapan latihan cheers sepulang sekolah. Emang lo habis ngapain sih, sampai rok lo robek kayak gitu? Tadi nih ya, pas gue minta izin di pak Adam, dia sampe gak percaya gitu kalau rok elo robek."

"Nanti gue ceritain. Sekarang kita ke kelas dulu sebelum kena hukuman dari pak Adam."

Mereka berdua pun tertawa sambil berjalan menuju kelas.

-.-.-.-.-.

Vomment jangan lupa <3

July 2017-NurfidheaDd

The AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang