Lima

17 4 6
                                    

     Pukul 15.45, Gor Pusat sudah dipenuhi lautan manusia. Pertandingan futsal babak final antara SMA Tunas Nusa Selatan dan SMA Mangga Dua Timur akan segera di mulai. Dua kubu supporter menyanyikan yel-yelnya untuk mendukung tim kebanggaannya. Di bangku penonton sebelah barat, terlihat Mifta dan Sandra duduk berdampingan.

Saat pertandingan sudah berlangsung, raut wajah Mifta lebih bersemangat daripada Sandra. Padahal yang awalnya tidak sabaran untuk menonton futsal adalah Sandra.

"Mif, kapan gol-nya sih?" tanya Sandra.

Mifta tidak mengindahkan pertanyaan Sandra. Ia sangat fokus memperhatikan permainan dari dua tim yang sedang menunjukkan aksinya di lapangan.

Namun, Sandra mengganggu konsentrasi Mifta. Ia memegang dagu Mifta lalu dihentakkannya ke kanan dan ke kiri. Akhirnya, Mifta menoleh ke arah Sandra.

"Lo ngapain sih, bentar lagi gol tuh," ketus Mifta. Sandra hanya menopang dagunya sedangkan Mifta menggoyangkan kepalan tangannya ke depan dan ke belakang sambil berkata "Shot! Shot!".

Setelah itu, Mifta menghentikan gerakannya sambil berkata "Aduh" saat melihat Yusuf gagal mencetak gol. Tetapi, bola berhasil direbut kembali oleh Hilmy. Dengan skill individunya ia menunjukkan kebolehannya di depan gawang lawan.

"Yes, gol!" ucap Mifta tidak terlalu keras.

"Goooolllllll!" teriak Sandra sembari berdiri dan mengangkat kedua tangannya.

Mifta melihat tingkah Sandra sambil mengernyitkan dahi. "Tadinya lemas banget, kayak anak kecil yang gelisah pengen pulang, giliran ada yang cetak gol girangnya minta ampun," ucapnya.

"Kan Hilmy yang cetak gol. Harus semangat. Yeeyy," sahut Sandra masih mengangkat kedua tangannya.

Pertandingan masih berlanjut. Tiki taka kedua tim membuat Mifta terkagum-kagum. Ia mengakui performa Yusuf sangat bagus. Tapi, ia masih lebih mengagumi skill Hilmy dan Rama pemain dari tim sekolahnya. Ada beberapa aksi pemain dari tim lawan yang juga menarik perhatiannya. Mifta bersyukur bisa menyaksikan pertandingan hari ini.

"Lu fokus banget sih nontonnya," kata Sandra yang membuat Mifta berhenti melihat ke arah lapangan futsal.

"Pertandingannya seru," jawab Mifta singkat lalu kembali memperhatikan permainan. "Gol!" sahut Mifta tiba-tiba.

"Siapa yang cetak? Gue gak lihat," ucap Sandra sambil celingak-celinguk memandangi selebrasi tim pencetak gol.

"Nomor punggung 6,"

"Oh, si Rama itu mah,"

Skor 2-0 bertahan hingga wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Itu artinya, SMA Tunas Nusa Selatan meraih gelar juara Jakarta Regional Cup. Gelar pemain terbaik diraih oleh Rama, sedangkan gelar Top Score diraih oleh Luthfi-pemain dari SMA Mangga Dua Timur. Sesi foto bersama pelatih timnas sepak bola Indonesia pun berlangsung.

"Ra, pulang yuk," ajak Mifta.

"Tapi kan..." Tangan Sandra langsung ditarik oleh Mifta untuk pergi dari kursi penonton. "Mif, kita belum kenalan sama Hilmy. Janji Yusuf kan kayak gitu," rengek Sandra.

Mifta masih menarik lengan Sandra untuk keluar dari gedung olahraga itu. "Kita harus pulang sekarang. Lo nggak ingat ada PR matematika yang harus dikerjakan dan dikumpul besok?"

"Kerja PRnya nanti aja, kenalan sama Hilmy cuma bentar doang kok."

Langkah Mifta berhenti, tapi tangannya masih memegang lengan Sandra. "Lo minta diajarin materi limit kan? Gue batal ajarin lo kalau kita gak balik sekarang."

"Yaudah kita pulang, now! Mengancamnya gitu amat," bibir Sandra sudah manyun hampir 3 cm.

Pukul 19.30, di ruang tamu sebuah rumah yang bernuansa biru, Mifta dan Sandra belajar dan mengerjakan PR bersama.

'Tok..tok..tok'

Suara ketukan yang berasal dari pintu utama rumah Mifta. Sontak Mifta meninggalkan buku tugas dan pulpennya di atas meja lalu pergi menuju pintu. Tangannya meraih gagang pintu. Kemudian, ia membukanya dengan hati-hati.

Terdapat sosok pria dewasa di balik pintu itu. Sandra mengintip dari sofa ruang tamu. Nampaknya ia juga ingin tahu siapa yang datang. Setelah ia menangkap sosok laki-laki itu, ia langsung berdiri dan bergegas melangkah menuju pintu rumah.

Mifta meraih tangan kanan ayahnya, lalu menyalaminya. Sandra melakukan hal yang sama.

"Kalian berdua gak ikut acara penutupan yah? Padahal kan tim sekolah kalian yang menang, acaranya juga selesai sebelum waktu maghrib kok," ucap Indra seraya masuk ke dalam rumah.

"Iya nih, om. Mifta-nya maksa pulang cepet-cepet," keluh Sandra pada Indra.

"Banyak tugas sekolah yang harus dikerja ayah, jadi Mifta gak mau lama-lama disana," jawab Mifta tidak mau kalah. Mereka bertiga duduk di sofa yang sama. Mifta duduk di bagian tengah. "Jadi yah, siapa aja yang dipanggil untuk ikut seleksi?"

"Ayah sudah mencatat lima orang beserta kelebihan mereka masing-masing. Besok ayah mau bicara sama asisten pelatih untuk memilih tiga orang di antaranya yang akan dipanggil," jelas Indra. Mifta dan Sandra kompak berdehem. "Ya sudahlah, ayah mau ke atas dulu."

Sandra mendekati telinga Mifta. "Gue yakin, Hilmy bakal lolos," bisiknya. "Dan gue juga yakin, lo pasti berharap Yusuf bisa lolos."

"Enak aja!" Mifta menjauhkan telinganya dari Sandra. "Emang Yusuf siapanya gue?"

"Suatu saat lo klepek-klepek sama dia, kualat lo!" Suara tawa Sandra meledak.

"No!" teriak Mifta.

Sandra menghentikan tawanya lalu mengambil handphone di saku celananya. "Bokap gue udah mau jemput nih," ucapnya saat melihat pesan singkat dari layar hp. "PR gue tinggal satu nomor lagi, gue contek punya lo aja deh. Udah capek mikir sendiri."

"Orang gue juga belum selesai."

"Yaudah cepet. Trus gue copy paste. Kalau PR gue gak selesai malam ini, rahasia tentang bokap lo seorang pelatih timnas bakal gue bongkar loh."

"Jangan coba-coba. Entar banyak yang naksir gue lagi."

"Idih."

Mereka berdua merapikan buku dan alattulis lainnya setelah selesai mengerjakan PR. Kemudian, Sandra pulang setelahorang tuanya menjemputnya di rumah Mifta. 

-.-.-.-.-.

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-72

<3

17 Agustus 2017-NurfidheaDd

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang