Seperti biasa. Gavin selalu menghabiskan waktu istirahat dengan nongkrong di kantin bersama temannya.
"Kinem melahirkan lucu banget." Celoteh Galang. Cowok itu baru selesai menghabiskan makanannya.
" Lucu apa nya?" sahut Riko.
"Kinem, ngeden kayak gini." Ucap Galang memperaktekan wajahnya yang dibuat sejelek mungkin.
"Kasian gue njir. Tau-tau anaknya lima." Heboh Galang.
Mendadak selera makan Bayu hilang. "Lo liat prosesnya Lang?" Bayu yang merasa jijik.
"Iya. Menderita banget kinem, sampe gue urut perutnya." Jawab Galang. Dia tidak tahu saja kalau Bayu sangat tidak suka mendengarnya.
"Bapak nya siapa Lang?" suara Gavin yang baru menghabiskan makanannya.
"Galang lah." Celetuk Riko.
Bayu dan Gavin hampir terkekeh. Tapi Galang sudah memberi pelototan kepada mereka.
"Kucing tetangga njir. Gak bertangung jawab banget, hamilin anak orang lah dianya ditabrak mobil." Jelas Galang berdramatisir.
"Innalillahi. Kasian si kinem, udah janda aja dia." Ujar Riko. Gavin jadi tersenyum samar.
"Gak masalah, gue akan bertanggung jawab untuk kehidupan anak-anaknya." Sombong Galang. Semuanya jadi terkekeh geli, Galang mengatakan seolah-olah dia akan menjadi ayah dari anak-anak Kinem.
Pembicaraan mereka terus berlanjut. Sampai Gavin tidak sengaja melihat sosok cewek yang sangat menganggu hari-harinya dari kemarin. Melva, Gavin sangat tidak suka melihat cewek itu. Apalagi Melva berjalan ke arah meja mereka sekarang. Melihat Melva yang terus mendekat. Gavin buru-buru meninggalkan semua temannya tanpa berpamitan. Ketiga temannya sampai kebingungan.
Melva yang melihat itu, langsung mengejar Gavin.
Gavin menyusuri koridor sekolah. Cowok itu semakin mempercepat langkahnya ketika mendengar Melva memanggil namanya. Tapi lama kelamaan kesabaran Gavin habis, dia berbalik. Menatap Melva dengan tajam. Jarak keduanya sangat dekat.
"Lo kenapa sih! Menghindar dari gue?" seru Melva masih menyesuaikan napasnya.
"Jauh-jauh dari gue. Lo penganggu." Ketus Gavin.
Melva tersenyum samar. Dia sangat mengerti maksud perkataan Gavin.
"Kenapa? kita pacaran kan?"
"Otak lo gak ada!" ketus Gavin.
"Biar gue jelasin sama lo! Gue nembak lo karena kalah taruhan." Sorot mata Gavin begitu tajam. Tidak ada rasa bersalah di sorot matanya.
Melva jadi terdiam. Dia sedikit terkejut, Lalu mencoba tersenyum.
"Gue tau."
Jawaban Melva sukses membuat Gavin bingung. Cowok itu sampai memicingkan matanya, menatap Melva dengan intens.
"Kalo lo tau kenapa lo kegatelan?!" kesal Gavin
"Karena lo gak pernah bilang kita putus. Berarti gue ini masih pacar lo." Jelas Melva.
Gavin tersenyum miring. "Gila." Tuturnya.
Melva tersenyum samar, lalu menatap lekat ke arah Gavin.
"Gue gak suka sama lo. Tapi gak lama lagi, gue pasti suka sama lo."
"Sinting." Sela Gavin.
Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran cewek di depannya itu. Jelas-jelas dia sudah mengatakan semuanya itu karena taruhan. Bukan karena dia suka dengan Melva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destin
JugendliteraturSemua bermula ketika Gavin yang baru kembali ke sekolah tanpa tahu siapa itu gadis bernama Melva terpaksa menembaknya di depan seluruh anak Galaksi. Semuanya terjadi begitu saja. Dia yang berharap Melva akan menolaknya malah menerimanya. Hidup tenan...