Chapter 2: Genggaman Tangan

175 14 2
                                    

Berry pun berjalan menuju kelas. Sepanjang perjalanan banyak yang melirik nya dan membisikkan nya.

Itu kan scenty geranium berry kan. Iya betul, dia cantik sekali aku jadi iri. Lihat iris mata nya berwarna biru, apakah ia memang blasteran. Iya, mata yang indah. Itulah bisikan bisikan siswi lain kepada berry.

Merasa risih dengan bisikan yang dari tadi terdengar sangat jelas di telinga nya ia ia pun mempercepat langkah kaki nya agar bebas dari suara berisik. Berry masih mempercepat jalan nya dan tiba tiba muncul siswi tiba tiba dari balik pintu kelas dan akhirnya tabrakan pun tak terhindarkan.

"Auw, sakit" rintih siswi itu yang masih setia memejamkan mata nya untuk mencoba menahan sakit sementara. Siswi itu pun membuka mata dan alangkah terkejutnya karena berry yang menabrak nya itu terlihat tangan nya di samping kepala nya serta kaki sebelah kanan tepat di antara celah 2 kaki nya. Muka siswi itu sekarang sangat memerah. "Apakah kau bisa berdiri" tawar berry yang sudah berdiri dari posisi "akward" sembari mengulurkan tangan nya pada siswi itu. "Te-Terima kasih" kata siswi itu menyambut uluran tangan berry. "Aku minta maaf" kata berry tulus. "Aku juga minta maaf karena keluar dari kelas tiba tiba tanpa melihat keadaan" kata siswi itu yang masih gugup. "Jadi sampai kapan kau mau memegang tangan ku" goda berry. "Ma-Maaf!" kata siswi itu terbata-bata dan langsung melepaskan tangan nya dari berry. "Kalau begitu aku pergi ke kelas dulu" kata berry sembari tersenyum lalu meninggalkan siswi itu yang tak bergerak karena senyuman maut dari berry. Cantiknya gumam siswi itu yang masih mengingat wajah berry.

"HOI, JANGAN MELAMUN!!!"teriak teman siswi itu tepat di telinga siswi itu. "Apa sih?!"kata siswi itu kesal karena diteriaki. "Bentar lagi masuk lo, ayo cepatan!" kata teman siswi itu tidak mengindahkan kekesalan siswi itu. "Oh". Siswi itu pun masuk ke dalam bersamaan dengan teman nya dan tak lama setelah nya sensei masuk ke dalam kelas.

SKIP TIME
Setelah melewati beberapa mata pelajaran kuliah akhirnya waktu pulang tiba. "Hmm, aku pulang dengan siapa ya?"tanya berry dalam hati karena biasanya kakak nya dan dia pulang bersama tapi sekarang kakak nya tidak ada. "Loh, berry chan belum pulang?"tanya sahabat nya karena berry masih duduk dibangku walau kelas sudah sepi. "Eh hana chan, aku nggak tau mau pulang sama siapa nih" kata berry seraya menggaruk tengkuk leher nya. "Kalau begitu denganku saja" tawar hanabi. "Apa kah tidak merepotkan" kata berry khawatir merepotkan nya. "Tidak kok, lagipula kita kan sudah terbiasa pulang bersama kan" kata hanabi santai. "Baiklah" kata berry seraya berdiri. "Ayo" ajak hanabi seraya meraih tangan berry.

Kalau dilihat lihat mereka mungkin lebih sekedar dari sahabat tapi jika ditanya kedekatan kedua insan ini mereka  hanya menjawab sahabat. Apa mungkin mereka hanya bersahabat atau ada rasa diantara mereka berdua.

"Kita naik si amaryllis ya" kata hanabi yang berjalan di koridor dan disamping nya ada berry. "Ok" balas berry. "Bentar lagi kan ada tes, bantuin aku belajar ya" kata hanabi dengan nada manja. "Tidak, kamu harus belajar sendiri" kata berry seolah olah tegas. "Bantuin dong berry-sama" kata hanabi dengan nada memelas. "Iya iya, dasar hana chan" kata berry. "Hore! Belajar dengan berry, berry!" kata hanabi dengan nada senang seolah olah anak yang diberikan es krim.  Tawa berry pun keluar karena melihat tingkah hanabi.

"Kenapa tertawa berry chan?"tanya hana dengan wajah innocent. "Hana chan kawaii" kata berry seraya mencubit gemas pipi tembem hanabi. "Dasar berry chan, jangan memperlakukan ku seperti anak kecil" dong kata hanabi ngambek. "Iya, gomenasai" kata berry tapi masih tertawa kecil setelahnya. "Berry, aku marah ni!" kata hanabi menggembungkan sebelah pipi nya. "Gomen gomen" kata berry yang sudah bisa mengontrol tawa nya.

Kalau di kelas dia terlihat sangat anggun tapi denganku dia seperti orang yang berbeda. Aku berharap dia terus menjadi sahabatku. Tapi apa aku bisa mempercayainya. Aku takut kejadian yang sama terulang lagi. lagi kata berry dalam hati dan raut wajah nya tiba tiba suram.

Menyadari perubahan raut muka berry hanabi pun khawatir dengan keadaan nya. "Apa kau sedang dalam masalah?"tanya hanabi yang tiba tiba di depan berry. "Aku baik baik saja" jawab berry dengan nada lemah. "Tapi kau tidak terlihat baik" kata hanabi yang tidak yakin dengan jawaban berry. "Aku baik baik saja hanabi" kata berry berusaha tersenyum untuk menghilangkan kekhawatiran hanabi. "Baiklah kalau kau tidak mau cerita, tapi ingat aku akan selalu mendengar keluh kesah mu, aku akan tetap selalu disamping mu di saat senang maupun sedih, aku tidak akan pergi jauh dari mu" kata hanabi tersenyum lembut seraya mengelus pipi berry dengan hati hati seolah olah ia sedang mengelus benda rapuh yang bisa hancur kapan saja. "Terimakasih hana chan kau sangat baik pada ku" kata berry menggenggam tangan hanabi yang tadi mengelus pipi nya. "Tentu saja, karena kita adalah sahabat" kata hanabi lalu membawa tubuh berry di dalam dekapan nya seraya mengelus punggung berry.

"Arigatou, karena telah menjadi sahabatku" kata berry dengan lembut tepat di telinga hanabi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arigatou, karena telah menjadi sahabatku" kata berry dengan lembut tepat di telinga hanabi. "Sama sama" berry chan kata hanabi pelan.

Setelahnya berry pun melepaskan pelukan hangat dari hanabi. Ia merasa sedikit tenang sekarang. Ia berharap bahwa hanabi akan terus bersama nya. Walaupun bila kejadian itu terulang kembali, ia tetap ingin menikmati momen ini dalam hidupnya.

"Ayo kita segera pulang, sebentar lagi malam" kata hanabi menggenggam erat tangan berry seolah olah tangan itu akan terus menggenggam tangannya apapun yang terjadi.

Tbc
Maafkan saya jika ada typo dan kata kata yang kurang jelas, karena saya author baru. Jangan Lupa tulis comment dan vote ceritanya ya.

A Beatiful Lie [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang