Chapter 6: Senyuman

81 14 18
                                    

Sesampainya di rumah, ayah dan ibunya lalu keluar mobil. Kamu bisa membangunkan kakakmu?tanya ibunya melihat kakaknya masih tertidur di atas paha berry. Bisa kok okaa san, jangan khawatir jawab berry halus. Baiklah, okaa san pergi ke dalam duluan ya kata ibunya lalu berlalu pergi. Onee chan, bangun kata berry dengan suara lembut. Sebentar lagi kata kakaknya masih memejamkan mata. Jangan begitu dong nee chan, lagipula mau berapa lama lagi kita di mobil kata berry. Kalau begitu cium pipiku dulu goda kakaknya yang menunjuk pipinya sendiri. Onee chan jangan manja dong kata berry dengan muka yang memerah karena membayangkan dia mencium pipi kakaknya. Tapi kamu mau mencium pipiku kan, lagipula itu sangat terlihat di wajahmu yang sudah memerah kata kakaknya yang sudah membuka tersenyum sembari tersenyum jahil. Onee chan baka kata berry lalu menggelitik kakaknya karena kesal kakaknya sangat bisa membaca raut wajahnya. Be-berry he-hentikan, geli tau mohon kakaknya karena dia paling lemah dalam hal ini. Tapi semakin kakaknya memohon berry semakin memberinya "pelajaran". Hahaha, be-berry hentikan mohon kakaknya lagi dengan mata yang sudah berair karena dari tadi tidak sanggup menahan geli. Akhirnya berry pun menghentikan gelitikan nya dari kakaknya dan sekarang dia yang gantian tertawa. Hahaha, nee chan tadi mukamu lucu sekali tawa berry mengingat raut muka kakaknya yang tadi tidak karuan. Jangan tertawa dong, aku malu tahu kata kakaknya sembari membalikan wajahnya karena tidak mau berry melihat wajahnya yang sudah memerah. Berry pun masih tertawa tapi hanya tertawa kecil karena dia terlalu capek tertawa dari tadi. Ya sudah, aku masuk dulu ke rumah kata kakaknya kesal sembari membuka pintu mobil lalu keluar dari mobil. Berry pun yang menyadari bahwa kakaknya sudah keluar mobil karena "ngambek" dengan cepat mengejar kakaknya.

Onee chan, tunggu aku teriak berry yang masih diluar sedangkan kakaknya sudah berada di dalam rumah. Tanpa mengindahkan teriakan dari berry, elantine tetap berjalan menuju kamarnya tetapi dihentikan oleh ibunya. Mau kemana elantine?tanya ibunya menghadangnya di depan tangga sehingga dia tidak bisa ke kamar. Aku mau ke kamar okaa san kata kakaknya. Tetapi mengapa berry memanggil namamu dari tadi?tanya ibunya penuh selidik. Berry membuatku kesal kata kakaknya ketus. Memangnya karena apa?tanya ibunya untuk ketiga kalinya. Berry tadi menggiliti dan menertawai karena ekspresi lucu dari wajahku kata elantine cemberut. Hahaha, hanya karena masalah itu kata ibunya ikut menertawakan nya. Okaa san kok malah ikutan tertawa sih kata elantine makin kesal karena dua orang sudah menertawakan nya. Kamu ini harus lebih dewasa tine chan, lagipula kan kamu sudah dewasa kata ibunya yang sudah menghentikan tawanya. Tapi kaa san. Tidak ada kata tapi tapi an, lagipula dari tadi berry terus menjagamu supaya kamu dapat tertidur dengan nyenyak karena dia juga tahu bahwa kamu sudah menjalani hari yang sangat melelahkan kata ibunya panjang lebar. Elantine pun merasa bersalah karena telah kesal pada berry padahal itu hanyalah masalah sepele walaupun dia merasa "deja vu" dengan kata "tidak ada tapi tapi an".dari ibunya.

Akhirnya aku berhasil mengejarmu kata berry dengan napas terengah seraya memegang tangan kakaknya. Maaf kan aku nee chan kata berry dengan raut wajah penuh bersalah. Aku mau memaafkanmu, tapi ada satu syarat kata kakaknya seraya melirik sedikit ibunya yang sudah menatap tajam padanya. Apa itu?tanya berry bingung. Kamu hari ini tidur denganku kata kakaknya. Kakak bercanda kan kata berry menatap wajah kakaknya tidak percaya. Kau kira aku bercanda kata kakaknya dengan penuh keyakinan. Berry pun hanya dapat menyerah menerima "hukuman" dari kakaknya.
Ayo, kita ke kamarku sekarang kata kakaknya seraya menarik tangan berry. Tapi kan aku mau mandi dulu kata berry yang masih belum siap menerima hukuman. Di kamarku kan ada kamar mandi lagipula ada baju tidurmu di lemari baju kata kakaknya yang membuat berry tidak bisa mengelak lagi.

Berry dan kakaknya sudah sampai di kamar. Aku mandi duluan ya kata kakaknya yang langsung nyelonong ke kamar mandi. Jangan lama lama onee chan, aku juga mau mandi kata berry yang sudah duduk di kasur kakaknya. Kalau begitu lebih baik kita mandi bersama kata kakaknya polos yang masih berada di depan pintu kamar mandi. Ti-tidak akan pernah kata berry. Eh, tapi kan waktu kecil kita selalu mandi bersama kata kakaknya mengingat masa lalu. Aku kan sudah dewasa onee chan kata berry malu. Padahal waktu dulu kamu selalu memintaku menemanimu saat mandi kata kakaknya. Sudah hentikan kata berry sangat malu dan dengan muka yang saya sudah sangat memerah. Elantine pun berhenti berbicara dengan berry lalu menutup pintu kamar mandi. Suara air menandakan kakaknya baru saja memulai kegiatan mandinya.

Tadi di mobil rasanya hp ku bergetar gumam berry seraya mengecek hp ku dan ternyata duga berry karena ada notifikasi whats app dari acacia.

Chat Whats App:
"Berry sudah sampai di rumah?"isi pesan acacia.
"Sudah, kalau acacia sendiri?"balas berry.
"Sama, aku juga sudah sampai rumah"
"Baguslah, kamu sudah mandi belum?"
"Barusan mau mandi, tapi nggak jadi karena ada pesan, hehehe"
"Jadi salahku ni"
"Tidak kok berry, lagipula kamu sendiri sudah mandi?"
"Belum, lagi nunggu kakakku selesai mandi"
"Oh gitu ya, tapi kok kamu nungguin kakaknya selesai mandi?"
"Aku dihukum kakakku :-( "
"Memangnya kamu buat salah apa?"
"Rahasia"
"Ih, kok main rahasia sih"
"Anak kecil nggak boleh tahu"
"Aku bukan anak kecil, lagipula umur kita sama"
"Hehehe, tapi kamu seperti anak kecil ;-) "
"Aku ngambek nih"
"Gomen"
"Nggak apa apa sih, hehehe"
"O iya, besok kita ketemuan di sekolah yuk!"
"Boleh, tapi dimana?"
"Di perpustakaan"
"Oh, tapi kok di perpustakaan?"
"Biasanya aku berada di perpustakaan"
"Memangnya kamu suka baca buku ya"
"Iya, apalagi novel romance"
"Hebat! Aku biasanya baca novel saja hanya puluhan halaman"
"Hehehe, tapi kan lebih baik daripada tidak pernah memegang sama sekali"
"Iya juga sih, tapi kamu sama dengan kakakku"
"Sama dalam hal apa?"
"Membaca buku, lagipula buku buku yang ku baca biasanya saran dari kakaku"
"Oh, kakakmu suka membaca dari kapan?"
"Hmm, aku lupa"
"Dasar berry chan, kamu masa lupa dengan hobi kakakmu sendiri"
"Mau gimana lagi aku memang pelupa, ngomong ngomong kamu mempunyai saudara"
"Aku punya adik"
"Berapa umurnya?"
"18 tahun"
"Oh, hanya beda setahun ya"
"Iya"

Berry aku sudah selesai mandi, sekarang kamu mandilah kata kakaknya menghampiri berry yang masih asik dengan hp nya. Eh, apa kak?tanya berry yang tidak mendengar perkataan kakaknya karena terlalu berkutat pada hp. Aku bilang kamu sekarang mandi kata kakaknya di dekat telinga berry. Ih kakak, aku bisa dengar juga kali...jangan di dekat telingaku kata berry kesal. Gomenasai, lagipula kamu kok dari tadi senyum sendiri ngeliat hp?tanya kakaknya curiga karena tidak biasanya ia melihat berry seperti tadi. Aku tadi lagi chating dengan acacia kata berry. Oh gitu ya kata kakaknya berusaha bersikap normal walaupun ada rasa tidak terima dari hatinya. Ya sudah aku mandi dulu ya kak kata berry lalu ke kamar mandi.

Ingat elantine jangan terlalu overprotective dengan berry. Lagipula acacia hanyalah teman biasa. Tapi senyuman tadi bukanlah senyuman kebohongan. Itu senyuman tulus yang jarang dia tunjukkan pikir kakaknya.

To Be Continue
Maaf karena setiap chapter nya pada pendek. Aku sebenarnya mau panjang setiap chapter nya, tapi karena aku mengetik nya di hp jadi tanganku pegal. Harap maklum ya, lagipula aku takut kalau panjang cerita ku hancur karena aku hanyalah penulis baru. Tapi ceritaku memang sudah hancur sih...hehehehe. Akhir kata, sampai jumpa di chapter berikutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Beatiful Lie [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang