Chapter 3: Amaryllis

87 15 0
                                    

"Ayo, naiklah" kata hanabi yang sudah masuk dalam "amaryllis". Berry pun masuk dalam "amaryllis" yang sebenarnya adalah mobil BMW 640.

"Kok nama nya amaryllis sih, nggak ada nama lain?"tanya berry penasaran. "Aku suka bunga amaryllis, ya jadi aku jadikan nama untuk mobil ini" kata hanabi lalu melajukan mobilnya menuju jalan. "Oh" kata berry yang sudah kenal dengan sifat hanabi yang menyukai bunga. "Apa sih makna bunga amaryllis?"tanya berry yang mulai kepo. "Makna nya adalah kebanggan, pemalu, dan kecantikan yang memuaskan" jawab hanabi yang masih menatap jalanan. "Hmm, perasaanku hana chan tidak pemalu deh" kata berry.

"Aku sebelumnya adalah orang yang sangat pemalu" kata hanabi agak malu karena menceritakan masa lalu nya. "Kalau begitu kenapa kamu tidak menamakan mobil ini dengan nama bunga yang melambangkan keberanian?"tanya berry. "Hmm, kalau aku menamakan nya dengan makna bunga yang berani maka bagiku aku seperti melupakan pribadi diriku yang dulu dan juga aku untuk mengingatkan bahwa aku tidak akan ke masa itu lagi" kata hanabi seraya melihat raut wajah terkesan dari berry.

"Wow, hana chan keren ya" kata berry dengan wajah berbinar binar. "Hehehe, aku tidak sekeren itu" kata hanabi seraya tertawa melihat raut wajah berry yang seperti anak kecil. Sekarang siapa yang mirip anak kecil sih kata hanabi yang rasanya ingin mencubit pipi berry gemas.

"Ngomong-ngomong, kenapa hana chan ingin berubah?"tanya berry. "Maaf, tapi aku tidak bisa memberitahumu sekarang" kata hanabi yang tiba tiba raut wajah nya berubah dan tidak bisa dibaca oleh berry. "Tapi kita kan sahabat, aku tidak akan menjaga rahasia mu kok" ucap berry dengan nada sedih. "Kau memang sahabatku kok, tapi aku hanya belum siap memberitahukannya" kata hanabi yang merasa bersalah karena membuat berry sedih. "Kalau kau sudah siap, kau harus ceritakan padaku ya!"kata berry yang terdengar memaksa. "Iya, aku pasti akan menceritakannya" kata hanabi seraya mengacak rambut berry. "Dasar hana chan, rambutku berantakan kan jadinya" kata berry sambil merapikan rambut nya. "Hehehe, maaf" kata hanabi yang kembali memfokuskan memperhatikan jalan.

Miyu Hanabi POV
Pasti aku akan ceritakan padamu, tapi aku tidak tahu kapan. Aku takut sewaktu aku ingin menceritakan nya sudah terlambat bagiku pikirannya dalam hati.

SKIP TIME
"Berry! Kita sudah sampai" katanya yang sudah memberhentikan mobilnya di depan rumah berry. "Arigatou hana chan, jaa ne" kata berry seraya keluar dari mobil hanabi. "Sama sama, jaa ne" kataku sambil tersenyum dan melambaikan tangan dari dalam mobil. "Iterassai" kata berry sembari melambaikan tangan nya menatap kepergian mobil hanabi.

Semoga aku tidak terlambat dan tindakan ku padanya kali ini benar serta tidak terulang kejadian yang sudah kuselali selama ini pikir nya.
Miyu Hanabi POV END

Scenty Geranium Berry POV
"Tadaima!"seru berry yang sedang melepaskan sepatu nya. "Okaerinassai" kata ibu nya yang sudah berada di dekat berry. "Onee chan belum pulang?"tanya berry karena tidak melihat batang hidung kakak nya sekalipun bahkan suaranya. "Sebentar lagi Onee chan pulang dengan ayah" kata ibu yang masih setia memperhatikan gerakan berry. "Oh" kata berry seraya meletakkan sepatu nya di rak sepatu. "Kamu tidak lupa kan nanti kita akan bertemu teman kerja papa?"tanya ibu nya memastikan apakah anaknya masih ingat. "Iya aku ingat" jawab berry lalu berjalan menuju kulkas untuk mengambil air dingin untuk menghilangkan dahaga.

Setelah itu ia pergi ke kamarnya untuk berbaring sebentar melepaskan penat dan lalu mandi karena merasa gerah. Lalu ia pun melihat isi lemari pakaian nya untuk memilih baju apa yang akan dipilihnya. Tapi 15 menit berlalu baju belum dipilih padahal biasanya dia asal memakai pakaian tapi entah kenapa bahwa malam ini ia harus memakai baju terbaik.
Scenty Geranium Berry POV END

"Tadaima!"seru elantine dan ayah nya yang akhirnya sudah pulang juga. "Okaerinassai" kata ibu nya yang sudah menyambut mereka berdua. "Elantine, sebaiknya kamu pergi ke kamar berry" kata ibu yang terdengar seperti perintah. "Kenapa memangnya?"tanya elantine yang sudah berada di samping ibunya. "Sepertinya berry sedang kesusahan jawab ibu. "Berry kesusahan apa?"tanya elantine lagi. "Sudah jangan banyak tanya, cepat ke atas saja lebih tepatnya kamar berry" usir ibunya halus karena pusing dengan beribu pertanyaan yang dilontarkan oleh anaknya. "Baiklah okaa san" kata elantine langsung menuju kamar berry. "Apa kah papa yakin ini yang terbaik untuk anak kita?"tanya ibu nya. "Aku juga tidak tahu, tapi semoga ini yang terbaik untuk mereka" jawab ayah nya.

Tok, Tok, Tok! "Berry boleh aku masuk" kata elantine seraya mengetuk pintu kamar berry. "Kebetulan sekali nee chan, aku sedang kesusahan memilih pakaian tolong bantu aku" kata berry seraya membuka pintu nya. "Tumben kau susah memilih pakaian, biasanya kan asal pilih" kata elantine langsung masuk dan duduk di kamar tidur nya. "Kata siapa aku sering asal pilih" kata berry cemberut lalu menutup pintunya kembali. "Tapi itu kan kenyataannya" kata elantine seraya membaringkan dirinya di tempat tidur berry. "Kan tidak setiap hari" bela berry sewot walaupun dia sebenarnya tahu bahwa sifatnya memangnya begitu. "Iya deh" kata elantine menyerah beradu argumen dengan berry. "Sekarang kita pilih ya, onee chan harus serius!" kata berry seraya melihat kembali isi lemari pakaian. "Iya sayang ku" kata elantine yang agak cemburu karena tidak biasanya berry kesusahan mencari pakaian padahal ini kan hanya makan malam biasa baginya.

Setelah 10 menit berlalu akhirnya bajunya terpilih juga. "Apakah ini benar benar cocok onee chan" kata berry seraya memutar tubuh nya di depan cermin. "Sangat cocok, kau terlihat cantik" kata elantine sambil memandang berry yang memakai baju gaun berenda biru. "Hontou ni?" kata berry seraya menatap kakak nya meminta kepastian. "Sudah ku bilang kan, kamu sangat cantik" kata elantine tiba tiba di dekat telinga berry yang membuat jarak diantara mereka terhapus. "Onee chan baka" kata berry yang langsung memundurkan tubuhnya karena perbuatan tiba tiba kakak nya.

"Kenapa kamu sekarang kesusahan memilih pakaian" kata elantine lalu mendekati berry. "Ini kan acara penting, jadi aku ingin memakai baju yang bagus" kata berry. "Sesusah itu kah kau memilih baju untuk acara ini?"tanya kakaknya. "Kalau aku mengajak mu kencan, apakah kamu akan kesusahan begini?"tanya elantine lagi seraya mengangkat dagu berry untuk menatapnya. "Aku tidak tahu" kata berry lirih yang masih menatap elantine mencari jawaban di wajah kakaknya karena tidak biasanya ia berbuat demikian. "Oh, ya sudah kalau begitu aku ke kamar dulu" kata elantine seraya berjalan keluar dari kamar berry.

Sebenarnya berry ingin menahan kakaknya untuk tetap berada di kamarnya. Onee chan baka, tentu saja aku akan kesusahan memilih pakaian juga gumam berry. Karena Onee chan adalah orang yang sangat berharga di hidupku gumam berry lirih.

Tbc

A Beatiful Lie [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang