BRAK!
"T-tuan!"
"Ada apa? Aku sedang tidak mood membahas berkas-berkas itu" Gerutu Minato sembari memijit pelipisnya
"B-bukan masalah itu, Tuan. N-nona Yamanaka telah menghubungi katanya nona Hinata telah mengatur jadwal pertemuan kalian"
Minato melebarkan matanya tak percaya, dia tidak salah dengar, kan? Hinata berniat menemuinya.
"Kau tidak berbohong, kan?" Tanya Minato dengan gemetar
"Tidak Tuan, jadwalnya lusa siang, nona Hinata telah menyiapkan tempat di cafe yang terletak didepan kantor anda"
"Apakah ada kepastian jam?"
"Nanti akan saya cari tahu lagi, Tuan"
Minato menghela nafas lega, dia menyandarkan tubuhnya keatas kursi hitam miliknya. Akhirnya, dia bisa membujuk Hinata untuk kembali.
"Ah! Nona Hinata juga meminta untuk membawa Nyonya dan Tuan muda bersama anda"
"Baik, kau boleh pergi sekarang"
"Ah Tuan, aku juga mendapat sebuah kabar tentang nona Hinata"
***
Hinata menatap pantulan dirinya didepan cermin setinggi pinggangnya yang diukur dari kepala. Perutnya belum tampak membesar, dia bisa menyembunyikannya.
"Apa kau yakin, kak?" Tanya Shisui
"Kupikir ini adalah cara satu-satunya untuk pergi, Shisui. Aku tidak bisa meninggalkan bayangannya yang terus berlari kearahku tanpa membuat penjelasan. Setelah ini aku akan membuatnya berhenti mencariku" Lirih Hinata
Hinata mengelus perutnya. Bahkan saat anak didalam kandungannya belum lahir, Hinata sudah mencemaskan hal-hal dimasa depan.
"Apakah nanti anak ini akan menderita karena tidak memiliki sosok ayah?"
"Jangan memikirkan hal yang masih sangat jauh, kak. Selama aku disini aku akan selalu menjaganya dan berusaha menggantikan posisi 'ayah' untuknya" Ujar Shisui dengan senyum lebar
Hinata tersenyum tipis, dia sangat beruntung memiliki Shisui disisinya. Umurnya memang masih muda tapi tingkahnya lebih dewasa daripada Hinata.
"Apa Shisui merindukan ibu dan adik?" Tanya Hinata lembut
Shisui diam sejenak kemudian menggeleng dengan seulas senyuman hangat.
"Aku bersyukur memiliki kakak, aku sayang sekali dengan kakak" Lirih Shisui dan berlari memeluk Hinata
Hinata tersenyum tipis, Shisui jelas merindukan keluarganya tapi walaupun begitu Hinata akan tetap berusaha menepis rasa rindu itu.
"Kita harus saling menyemangati, ya" Bisik Hinata lembut
Shisui mengangguk dalam pelukan Hinata. Menyembunyikan bulir air mata didalam rengkuhan hangat Hinata.
"Jangan pernah meninggalkanku sendirian ya, kak"
"Hei, maafkan aku karena bertindak bodoh kemarin, tapi kali ini aku tidak akan meninggalkan kalian berdua" Bisik Hinata sembari mengelus kepala Shisui
Hinata menyesali niatnya untuk mengakhiri hidupnya. Dia benar-benar menyesal dan tak tahu harus memohon bagaimana pada Tuhan, dia menangis setiap malam dalam doanya memohon ampun pada Tuhan. Menangis saat membayangi betapa kecewa kedua orang tuanya pada Hinata saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Heart
FanfictionAku dan Hinata adalah teman masa kecil. kebersamaan kami sejak dulu tak dapat diremehkan, kami selalu bersama dan bersama tanpa terpisahkan. Hingga suatu saat gadis itu menyatakan cintanya padaku, berusaha menggapaiku lebih dari seorang sahabat. mem...