two

15K 1.7K 212
                                    

Siang telah berlalu, benderangnya mentari tenggelam tergantikan remang-remang cahaya bulan. Cuaca dingin ditengah turunnya salju diluarsana, nyatanya tak mempengaruhi dua anak manusia yang bergerumul tanpa busana. Saling menikmati rasa, berbaur dalam cinta. Yang lebih muda pasrah menerima, yang lebih tua terus bergerak liar diatasnya. Memadu bibir dalam pagutan mesra. Saling merapalkan nama kala keduanya sampai pada puncaknya.



Yang lebih tua merubah posisinya. Berbaring disisi kanan dan melingkarkan tangan erat dipinggang ramping kekasihnya. Tak ada yang berbicara, keduanya tenggelam masing-masing dengan fikirannya. Hingga terdengar hembusan nafas panjang dari yang lebih muda.


"Tae, kau ada masalah dengan Jennie?"


Pertanyaan yang gamblang. Telak membuat tubuh yang memeluknya sedikit menegang. Taehyung semakin mengeratkan pelukan. Seolah tak ingin memberi kesempatan pada manisnya untuk melanjutkan pertanyaan.


"Ssstㅡ tidur sayang. Aku lelah, kau lelah. Besok sekolah kan."


Jungkook memilih bungkam. Diam dengan tumpukan kerisauan. Berharap sang kekasih akan menjawab secara gamblang. Namun yang didapat kebalikan. Teramat jauh dari harapan, begitu yang keluar bukanlah jawaban yang diinginkan. Melainkan sebuah ucapan yang justru semakin menambah daftar pertanyaan.



Fikirannya semakin berkecamuk. Hatinya mulai meragu.
Namun, sesaat masih mencoba menepis keliaran fikiran. Baginya, apalah arti sebuah hubungan jika tak ada landasan kepercayaan.



Biarlah semua berjalan seperti seharusnya, tak ingin gegabah dan salah mengambil keputusan. Takut-takut salah langkah, maka hubungan lah yang menjadi korban.
Hubungan yang sudah terjalin menginjak tahun ketiga sejak pertemuan. Hingga keduanya disatukan dalam sebuah ikatan.



Masih teringat jelas dibenaknya. Tiga tahun lalu, kala dirinya menerima pernyataan cinta yang diungkapkan ditengah lapangan bendera. Dimana
Seluruh siswa siswi  Sekolah Menengah Pertama menjadi saksinya.



Tak ada pilihan lain, selain membalas pelukan kekasih menyusul kealam mimpi. Berharap mendapat mimpi indah tak berujung, serta kebahagiaan abadi menghampiri ketika dirinya terbangun nanti.


Semoga saja.




Namun sekali lagi, kenyataan tak melulu sesuai dengan keinginan. Bayangan ketika bangun tidur mendapatkan sambutan, nyatanya sirna tinggalah harapan.
Pemuda yang semalam berbarimg memeluknya, kini telah tiada. Begitu tubuhnya berbalik ingin memeluknya, ternyata hanya tinggal udara. Sedang si penghuni ranjang sudah menghilang entah kemana.



Dadanya terasa nyeri bagai terhantam batu karang. Ribuan pertanyaan saling bersahutan. Tak pula bayangan-bayangan kotor tentang sang kekasih seolah berlomba-lomba meracuni fikiran.




Tidak. Dia, Jeon Jungkook bukan pemuda lemah. Dia pemuda pintar yang tak akan mudah terpengaruh fikiran buruk yang belum ada buktinya.



Bangkit berdiri, menuju kamar mandi. Mencoba mendinginkan fikiran dibawah guyuran shower yang nyatanya tak mampu menhurangi kekhawatiran.




.

.

.



Terhitung semenjak menjalin hubungan dengan pemuda Kim. Ini kali pertama bagi Jeon Jungkook berangkat sekolah seorang diri. Nafasnya berhembus panjang, memberi sugesti dirinya sendiri. Segalanya akan baik-baik saja. Jeon Jungkook pasti bisa. Meski hatinya sedikit tersiksa, kekasihnya menghilang tanpa berita.



One Last Smile |  Kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang