three

13.3K 1.7K 452
                                    

Kini, bukan hal baru bagi Jeon Jungkook menemukan sang kekasih bercumbu dengan wanita. Dulu, memang kekasih berkhianat dibelakang. Namun, semua berubah. Tiada lagi pengkhianatan dibelakang. Karena kini, pemuda yang dianggap kekasih, justru tega bercinta didepan mata cantiknya.



Seperti saat ini, dirinya yang tetap bungkam. Mencoba fokus pada buku yang dibacanya, bahkan ketika sang kekasih bersenggama dengan gadis yang sama dipojok perpustakaan. Bermaksud mengabaikan? Ya, memang benar.



Ia mencoba tak perduli, meski hatinya terasa disayat belati. Cukup diam dan mengikuti jalan permainan. Lihat dan nantikan kedepan, siapa yang akan lebih dulu hancur berantakan. Karena kenyataannya, kebaikan tak akan mampu dikalahkan oleh kejahatan.




Sangat disengaja, desahan menjijikkan si gadis begitu menggema merusakkan telinga. Seolah ingin mengejeknya, bahwa kekasih yang selalu ia banggakan kini tengah bermain dengannya ㅡjalang gilaㅡ.


Sekali lagi, biarkan saja. Ingin menangis? Untuk apa, tak ada guna? Air matanya terlalu berharga, jika dibiarkan keluar sia-sia hanya untuk menangisi orang gila.




Hingga begitu desahan panjang terdengar, ia mendekat dan membuka suara.



"Sudah?"      
Membangkitkan diri dan melangkah, meraih siku sang kekasih.
"Sekarang kau boleh pergi, JENNIE -ah, Taehyung sudah berjanji menemaniku keCafe, aku sangat lapar."


Ucapan yang teramat halus dan tenang, disertai segaris senyuman, nyata tulus tanpa terbersit sebuah kebencian.



Karenanya, Jennie —jalang itu— melangkah pergi dengan raut wajah menahan amarah. Menutup pintu dengan bantingan keras, hingga meninggalkan dentuman menggema dirongga telinga.





Terjawab,

Karena itulah alasan mengapa Jennie pernah mengatakan tidak menyukai Taehyung. Tidak menyukai bukanlah membenci, namun ketidaksukaan pada sifatnya. Yang telak melupakan dan tak menganggap keberadaannya jika Jungkook sudah berada didekatnya.



Sang kekasih mengangguk, menuruti ajakannya. Seulas senyuman tersungging, lalu merengkuh pinggang rampingnya. Membawa kedalam mobil dan melajukan manapun yang ia inginkan.



Selalu seperti itu. Sebrengsek apapun sang kekasih, dirinya tetap prioritas utama. Tetap mencintainya, Memanjakan, Memberikan kebahagiaan.
Ia masih ingat, satu janji yang terucap. Tak ingin melihatnya bersedih. Tak ingin melihatnya menangis. Meski nyatanya, Taehyung sendiri penyebab air matanya terus mengalir.



Dan karenanya, sesakit apapun hatinya, ia tak pernah menangis. Karena dirinya tau benar, Taehyung lemah melihat kesedihannya. Maka biarlah hatinya sendiri yang menyimpan luka. Biar dirinya sendiri yang merasakan kesakitan. Tidak untuk Taehyung, tidak untuk orang tuanya. Karena ia tau, Taehyung bukan orang yang jahat. Ia hanya sedikit berbeda, setelah berpisah satu tahun dengannya. Hatinya meyakini, bahwa Taehyungnya akan kembali seperti sebelumnya.





Terbuat dari apa hatimu itu Jungkook?



.


.


.





Tiga bulan semenjak kembalinya dari Negeri Kincir Angin. Ia menyadari, hubungan yang dijalani dengan sang kekasih semakin rumit. Ibarat sebuah benang yang saling bertautan secara berantakan, lalu kau tarik seuntai secara asal-asalan. Bukan terlepas, namun seluruh benang akan semakin mengikat kuat tak beraturan.




One Last Smile |  Kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang