five

14.2K 1.7K 272
                                    

"Taehyung!"


Langkahnya turut terhenti begitu sang ibu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Tatapan mata mengikuti kemana arah pandangan sang ibu.
Selamat. Karena kedua matanya beserta sang ibu menangkap pemandangan sepasang siswa dan siswi tengah berciuman disudut koridor.


"Kim Taehyung!"      Sekali lagi, ibunya berteriak garang. Keduanya melepaskan tautan bibir dengan keterkejutan.


"E-eoma."



Pemuda tampan bercicit pelan. Menatap wanita paruh baya yang sudah menganggap dirinya seperti anak kandungnya sendiri. Menundukkan kepala, serasa tak sanggup menatap wajah kecewa ibu dari kekasihnya.


"Apa yg kalian lakukan."


Sanh ibu mendesis pelan penuh kekecewaan. Airmata kembali lolos menuruni pipi, menatap kedua insan penuh dosa dengan tatapan terluka. Jungkook tersadar, ibunya memang belum mengetahui kelakuan busuk kekasih dan sahabatnya.


"Eoma, tunggu Kookie dimobil saja ya."


Jungkook tersenyum sembari mengelus lembut punggung tangan sang ibu. Berniat menolak, tetapi mengangguk pada akhirnya. Sang ibu melangkahkan kaki melewati kedua entitas yang mengkhianati anak kesayangannya. Menatap penuh luka kearah siswa yang menunduk dihadapannya. Sementara Jennie, gadis jalang itu sudah lebih dulu berlari menjauh semenjak ibunya memanggil namanya.



Matanya tak lepas dari punggung sang ibu yang kian menjauh. Sepintas menghilang diujung tikungan koridor. Lantas membawa kakinya sendiri melangkah lebih dekat kearah sang kekasih. Memposisikan dirinya tepat didepan tubuh tegap lelakinya.
Kedua tangan terulur meraih tangan sang kekasih, digenggaamnyA dengan erat. Seolah tak akan rela jika harus terlepas. Tatapan mata mengunci jauh kedalam mata elang sang kekasih.



"Taehyungie, aku tidak pernah tau kesalahan apa yang pernah kulakukan padamu. Hingga membuatmu membenciku sebesar ini. Tetapi, aku ingin meminta maaf untuk semua kesalahan itu."    Bibirnya mengulas senyuman hangat,

"Dan terima kasih karena kau pernah mencintaiku lebih dari apapun, pernah menjadikanku seorang yang berharga dalam hidupmu."


Ucapannya sejenak terhenti, sekedar untuk mendengar reaksi dari sang kekasih. Namun tak ada jawaban pasti, Taehyung hanya diam dan menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Kemudian menarik satu tangan Taehyung untuk dibawa mengelus permukaan perutnya, seraya melanjutkan ucapannya.

"Kau tau, aku bercita-cita ingin menjadi istri dan ibu yang baik untukmu dan anak kita. Lalu aku mengira Tuhan tidak adil karena tidak berpihak padaku. Tuhan memang tidak menyatukan kita kan."    Setetes liquid bening meluncur dipipi mulusnya.

"Tapi Taehyung, ternyata dugaanku salah. Tuhan memang tidak mengabulkan keinginanku untuk bersama denganmu, tetapi Dia mengabulkan keinginanku menjadi ibu dari anakmu. Terima kasih telah menitipkannya padaku, aku berjanji akan menjaganya dengan baik."



Genggaman tangan dilepas, lantas terulur mengelus rahang tegas sang kekasih. Kemudian tersenyum bangga tatapan mata tertuju pada wajah yang selalu terlihat tampan itu. Sementara Taehyung hanya diam. Tenggelam dalam lamunan.


"Mungkin setelah ini, kita tak akan bertemu lagi. Seperti yang kau inginkan bukan? Jaga dirimu baik-baik ya. Tak apa, aku yakin kau bisa hidup dengan baik tanpaku. Aku mencintaimu, Taehyungie."


Satu senyuman terakhir terukir sebelum kakinya benar-benar melangkah meninggalkan si pria tampan. Membawa kaki kecilnya menuju mobil; dimana sang ibu sudah duduk didalam menunggunya. Mendudukkan dirinya dikursi kosong sisi kemudi. Membiarkan sang ibu yang mengemudikannya dengan tenang.



Mobil mewah itu melaju pelan; membelah padatnya jalanan kota Seoul.
Melirik sekilas wajah kacau sang ibu, sesaat setelah dirinya menceritakan semua kesakitan yang dialami.


Sang ibu yang terus mengemudi, sorot mata tak beralih dari badan jalan. Namun, tampak lihat; air mata terus mengalir tanpa henti. Seorang ibu mana yang tidak akan hancur, jika mengetahui soorang yang paling dipercaya untuk menjaga anaknya, justru menjadi orang pertama yang menghancurkan hingga kedalam-dalamnya. Hancur lebur tak tersisa. Dan Jungkook tau, bahwa ibunyapun sama hancurnya dengan dirinya.



Kepanikan mulai merasukinya, tatkala manik matanya menatap lampu lalu lintas telah berubah warna menjadi merah. Namun sang ibu tak juga memperlambat laju mobilnya.




"EOMMAㅡ"



Sang ibu yang semula tenggelam dalam lamunan, mulai tersadar seiring teriakannya yang lantang. Namun mobil mewahnya sudah terlanjur menerobos lalu lintas. Keduanya sama dirundung panik, begitu nyaringnya suara klakson memasuki rungu. Matanyapin kian membulat sempurna ketika sebuah tronton melaju kencang kearahnya, telak menghantam mobilnya, hingga terpental beberapa meter dari lokasi semula.

















Mata bulat itu mengerjap pelan. Membiasakan bias cahaya memasuki retinanya. Dahi mengerut heran begitu mendapati dirinya terbaring diranjang pesakitanㅡ lagi.

"O-ommaㅡ


ㅡA-appa."






.


.


.




To Be Continued

Nih yang minta fast up....gua turutin, double up malah, wkwkwk

Kurang baek apa gue — Cihh nyombong :v

~~~enjoy reading~~~

One Last Smile |  Kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang