Sudah sebulan ini Mei mengikuti Privat bersama Zevan. Sebulan terakhir ini pula Mei merasa mumet dan berniat untuk tidak menghadiri privat yang telah di schedule.
"Ben, nanti gue balik bareng lo ya," kata Mei sambil memasukkan tempat pensil ke dalam tasnya.
"Hah? Bukannya hari ini lo privat?" tanya Ben.
Mei menggelengkan kepala, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Ben.
"mau cabut" bisiknya.
Ben mematung sesaat.
"Heh malah bengong!" Pekik Mei membuyarkan pandangan kosong Ben.
"Kesambet kali dia," kata Ano cekikikan.
"Kesambet apaan," kata Ben sambil beranjak dari tempat duduknya sambil berusaha untuk kembali fokus.
"Yaudah ayo, mumpung gue mau ke rumah Ka Elis nih," kata Ben lagi. Ka Elis adalah kakak Ben yang pertama dan sudah berkeluarga. Rumah kakaknya dan Mei hanya berbeda beberapa blok.
"Ano..." panggil Brenda. Si Pemilik nama bergumam.
"Gue nebeng boleh ga..." Brenda memasang puppy face nya.
Ano memutar matanya. "Lo kan emang selalu nebeng gue, gausah sok minta nebeng deh," kata Ano. Brenda cekikikan.
"Dasar sepupu ngeselin," lanjut Ano.
Brenda menarik tangan Ano, "Udah ayo, mama minta ditemenin ke supermarket soalnya," kata Brenda. "dah guys!"
"Ampun deh itu sepupuan aneh banget, yang satu petakilan, yang satu diem banget," kata Mei sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yuk," kata Mei sambil menarik tangan Ben.
Mereka berjalan keluar kelas. Langkah mereka terhenti ketika melihat sosok Zefan yang hanya berjarak satu meter dari mereka.
"Lo galupa kan, kalo hari ini lo ada privat?" tanya Zefan.
Mei menggeleng. "Nggak, lo tunggu aja di kelas. Gue mau ambil barang dulu di mobil Ben."
"Gimana caranya gue percaya sama lo kalo lo bakalan balik lagi atau engga?" tanya Zefan.
Mei memutar bola matanya. "Yaelah udah tunggu aja sih dikelas, gue pasti balik," gerutu Mei.
"Kenapa gak dia aja yang ngambilin? Lagian ngapain juga lo bawa tas padahal cuma mau ngambil barang." kata Zefan.
"Lo tuh ya," Mei mulai geram. "Ngeselin nya ga ilang-ilang!" Zefan terlihat santai dan tidak terlalu memikirkan ucapan Mei yang sejatinya berteriak di telinganya beberapa detik yang lalu.
"Simpel sih, kalo lo gamau privat, gue tinggal laporan ke Bu Martha kalo hari ini lo ga dateng."
"ERRRGGGGHHH" Mei ingin rasanya meninju laki-laki menyebalkan yang ada di depannya, namun Ben menahannya.
"Jadi gimana? Mau privat apa engga? Gue banyak urusan nih ga cuma ladenin lo doang," kata Zefan sambil melirik arlojinya.
"Udah, privat aja dulu. Lo gue tungguin," kata Ben.
"Tapi Ben, kan satu setengah jam, lo ngapain nunggu, mending pulang gih," kata Mei.
Ben memperhatikan Zefan yang sedang membetulkan letak kacamatanya.
"Tetep gue tunggu, gue ke lapangan voli, disana Rehan lagi ekskul. Gue kesini sejam lagi ya," kata Ben sambil menepuk pelan pundak Mei.
Akhirnya Mei meng-iyakan. Dengan berat hati ia harus mengikuti privat dengan laki-laki yang menurutnya super nyebelin.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEI
Ficção AdolescenteKisah seorang remaja bernama Mei. Klasik; sekolah dan juga percintaan. tapi, gacuma disitu serunya. Find out here! Copyright © 2016 maryzsa