pergi

4K 412 8
                                    

Ada cerita baru lagi nih..
Ngetiknya cepat-cepat, jadi seperti biasa mohon toleransi untuk typonya 🙏
Terimakasih..
Semoga kalian suka ya.!🥰

💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘

"dasar bajingan tengik.!"
Wajah Andy Terano memerah, matanya nyaris melompat dari rongganya, tanganya melayang menyentuh wajah putra tunggalnya, Farden Terano yang tampan membuat bibir pemuda itu pecah mengeluarkan darah segar berwarna merah terang.

"Kau.. aku bilang padamu sekali lagi. Jika kau masih tetap pada pendirianmu ini, sebaiknya kau pergi saja.
Aku tidak peduli kau anak tunggalku.
Aku tidak peduli jika aku kehilangan anak satu-satunya.!
Aku tidak akan membiarkan mu mempermalukan Keluar kita.
Prilakumu kali ini tidak bisa ditolerir dan dimaafkan lagi."

"Tentu saja. Yang kau pedulikan hanya bisnismu."
Farden mengusap darah di bibirnya.
"Yang kau pedulikan hanya nama baikmu.
Dari dulumu aku tau tidak lebih mencintaiku dibanding perkebunan dan sapi sapimu itu.!
Kau lebih percaya apa yang dikatakan orang lain dibanding apa yang dikatakan putramu sendiri."

Tangan Andy Terano kembali melayang, sekali lagi mendarat di wajah putranya.
"Kau.. kau memang tidak berguna. Aku sibuk aku bekerja keras demimu dan ibumu.
Aku berbau keringat, tanganku kapalan dan kulitku kering dengan keriput di wajah tapi bagi kalian itu masih kurang.
Saat semuanya kalian dapatkan, kalian tidak bilang terimakasih tapi kalian bilang aku tidak peduli hanya sibuj dengan uang dan nama baikku yang terus kupertahankan karena kalian berulang kali hampir merusaknya.!"

Farden tertawa, menekan sudut bibirnya yang terbuka dan berdarah.
"Sungguh papa dan suami yang hebat."

"Aku tidak bilang aku hebat tapi aku berjuang.
Aku berusaha memberimu yang terbaik.
Tapi nampaknya kau kebablasan.
Kau mempermalukanku dengan sikapmu ini.
Kalau ibumu masih hidup, dia pasti sangat kecewa dengan semua yang sudah kau lakukan."
Andy Terano meremas dadanya.
"Kali ini aku tidak bisa memaafkanmu.
Aku tidak bisa membantumu.
Kau harus bertanggungjawab dengan apa yang sudah kau lakukan.!"

"Aku tidak pernah melakukan apa yang mereka tuduhkan.
Aku tidak tertarik pada Madhu.
Kenapa aku harus memperkosanya jika dia dengan senang hati naik ke atas tempat tidurku jika aku minta."
Farden berteriak sampai urat lehernya membengkak untuk meyakinkan sang papa tapi yang ada malah  tamparan sang papa kembali mendarat di wajahnya yang sudah lebam mendapatkan pukulan sedari tadi.

"Bajingan.!" Geram Andi Terano.
"Senakal apapun kau, aku tetap akan bangga padamu tapi kau menjadi pengecut, mengindari tanggungjawab yang harus kau terima akibat perbuatanmu."

"Bagaimana caranya agar kau percaya aku tidak memperkosa Madhu.?"
Suara Farden mulai parau.
Dia tidak suka merasa ditolak seperti ini.

"Aku tidak perlu bukti. Yang aku inginkan kau bertanggungjawab atas apa yang kau lakukan.!"
Andi menarik krah putranya.
"Lakukan atau kau keluar dari rumah. Jangan pernah kembali bahkan dihari penguburanku."

"Baiklah jika itu yang kau minta." Farden mengusap darah yang terasa merayap di sudut bibirnya.
"Aku akan pergi.
Percuma saja aku menjelaskan padamu.
Yang jelas bagiku Aku tidak akan pernah mengakui apa yang tidak kulakukan."
Farden mengangguk.
"Aku akan pergi. Aku tidak akan datang dihari penguburanmu.
Kau tidak perlu datang jika aku yang mati lebih dulu.
Mulai detik ini hubungan kita ayah dan anak sudah putus."

Mata Andi Terano membelalak kaget.
Putra yang dia besarkan dengan titik peluh dan airmata kita dengan entengnya memutuskan hubungan dengannya.
"Kurang ajar.!" Geramnya.
"Kau pikir kau akan hidup di luar sana layaknya pangeran seperti yang diberikan kota ini padamu.
Kau hidup seperti ini karena nama Terano.
Tidak akan ada yang bisa kau lakukan tanpa nama itu."

Kisah Kita Belum BerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang