4.Pendekatan

77 4 0
                                    

Sempurna! Lo bilang nggak sempurna? Bahkan saat lo nggak sengaja menabrak pejalan kaki yang ternyata pentolan sekolah SMA Gajah Mada, itu tetap sempurna. Buat disya ketidaksempurnaan yang terlihat tetaplah kesempurnaan.

"Awasss!!!!" pekik disya panik saat tiba-tiba dia kehilangan kendali, sepeda yang dinaikinya meluncur tak beraturan menabrak devan yang ada di depannya. GEDEBUKK, otomatis devan tersungkur.
Untung gerakan tangannya lebih sigap menahan berat tubuhnya agar nggak ikutan ambruk di kubangan bekas air hujan kemarin, tapi seketika diganti dengan umpatan.

"SHITTT!" umpat devan mengibaskan kedua tangannya kasar. Mukanya sudah memerah marah, rahangnya mengatup keras berbalik badan siap memberi pelajaran. Dia tatap tajam tepat di kedua manik mata disya. Disya yang tadinya berniat menolong, langsung buru-buru mengurungkan niatnya itu. Dia lebih memilih tetap berdiri di tempatnya harap-harap cemas. Entah apa yang salah, kenapa harus muka devan yang terkenal ganteng di sekolah SMA Gajah Mada yang pertama kali terlihat pagi ini? Dan kenapa juga dengan cara seperti ini? Sejak detik itu juga, disya sadar bahwa neraka sudah siap menyambutnya lagi. Sempurna!

"Ma-ma-ap van, itu-"

"Itu apa hah?!" potong devan membentak menghampiri disya masih dengan tatapan tajamnya, dia amati cewek mungil yang menunduk di depannya itu sudah ketakutan, mukanya sampai pucat pasi. Devan jadi tersenyum geli, amarahnya langsung menguap. Nggak tega juga kalau lihat ada cewek yang ketakutan sampai segitunya. Dan tiba-tiba saja ide gila mencuat di pikirannya.

"Rem sepeda gue rusak, jadi gue nggak sengaja nabrak lo!" jawab disya buru-buru masih menunduk samasekali nggak berani menatap devan yang malah mendekat. Bahkan jarak mereka sekarang hanya sejengkal. devan condongkan mukanya mensejajari disya lalu mencengkram erat bahu disya berbisik, "Kalau sekali lagi lo muncul di hadapan gue, lo jadi milik gue!"

Disya semakin pucat pasi! Neraka benar-benar akan datang!

"Gimana gue gak akan muncul dihadapan lo kita sekelas" balas disya tak kalah membentak.

"Lo pikir sendiri sebelum lo bakal gue jadi in milik gue." jawab devan pergi masuk kedalam pagar.

Sementara disya mengutuk dirinya mengapa malah sial dan juga kenapa pergi kesekolah dengan sepeda. coba aja dia tidak terlambat bangun pasti sudah berangkat dengan ayahnya.

"Nasib gue" rutuk disya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Its LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang