2. Miper

125 15 3
                                    

"Sumpahya Nya lo itu harus move on dari si Revan Nya, move on!"

Fanya terkekeh mendengar ucapan Annaya, sahabat sejatinya yang sehati, sejiwa, se pemikiran, dan se-semuanya.

Annaya Zahira Irawan, manusia satu spesies dengan Fanya.

Annaya yang kemana-mana pasti dengan Fanya dan sebaliknya, Fanya yang kemana-mana pasti dengan Annaya.

Mereka, dua orang yang bersahabat baik dari jaman duduk di bangku Sekolah Dasar sampai saat ini duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Banyak orang yang terang terangan iri dengan persahabatan mereka, persahabatan yang sudah jarang ada di zaman modern seperti sekarang.

Namun tidak bagi Annaya dan Fanya menurutnya mereka berdua bukan dua orang yang mempunyai hubungan persahabatan, namun mereka berdua ialah saudara bukan sahabat.

Sikap Annaya yang dewasalah yang membuat Fanya betah dengan Annaya. Bagi Fanya, Annaya adalah sala satu harta paling berharga baginya. Karena Annaya bagaikan sala satu sebuah permata dalam hidup Fanya.

Sikap Annaya dan Fanya bagaikan pinang di belah dua, sama sama pecicilan, sama sama pengagum rahasia sosok yang mereka suka dan kemana mana pasti sama sama.

Namun bedanya Fanya dan Annaya adalah, Annaya si manusia dengan sikap dewasa sedangkan Fanya si manusia dengan sikap egois yang tinggi.

"Yaudah si Nay, gue yang suka kenapa lo yang kebakaran jenggot?" Annaya menatap tajam Fanya yang masih setia dengan tawanya. "Heh Nya, gue udah bilang berapa kali si? Revan itu sok kegantengan, sok merasa paling pinter, sombong, so dingin ya intinya ga cocok sama lo!"

Fanya menatap Annaya dengan tatapan geli melihat sahabatnya itu. "Kayanya harus ada yang ngeralat omongan nih,"

Annaya memutar bola matanya malas. "Iya iya Revan engga sok pinter, tapi dia emang pinter," jawabnya dengan tampang malas. "Tapi walaupun dia emang pinter gue tetep ga suka ya Nya!" Tungkasnya cepat.

Fanya memegang kedua bahu Annaya sembari tersenyum. "Iya Annaya, sejak kapan si lo pernah liat Revan dari sisi positifnya?" Ujarnya yang masih dengan kekehan di wajahnya. "Lagian gue juga udah punya niat dan tekat mulai sekarang gue mau move on dari Revan." Lanjutnya.

Jika di luar sana banyak yang menganggap jika seorang sahabat terlalu mengurusi kisah asmara mereka adalah sebuah kesalahan yang patut mereka curigai. Tapi tidak bagi kisah Fanya dan Annaya bagi keduanya itu adalah hal yang patut mereka syukuri bukan untuk dicurigai, karna bagi mereka berdua itu adalah sala satu bentuk kasih sayang seorang sahabat.

Fanya sangat bersyukur mempunyai sahabat yang selalu mengingatkannya jika yang dipilihnya salah. Seperti saat ini, Annaya sedang mencoba membuka mata hati Fanya dengan memberi tahu bahwa Fanya harus move on dari Revan.

Annaya membalas senyuman Fanya. "Nah gitu dong itu baru sahabat gue,"

"Yaudah deh dari pada kita galau-galauan mending kita kekantin"

-I Mean Nothing-

"Lo yang pesen ya Nay?"

Annaya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya. "Gue?"

"Iya." ujar Fanya tanpa beban.

"Are you kidding me Fanya? Sekarang kan giliran lo, kemaren kan gue yang antri masa sekarang gue lagi si?"

"Engga gue serius, cepet sana lo antri!, gue nitip bakso minumnya pen jus ... jus apa ya?" Annaya mendengus sembari melemparkan sendok yang ada di mejanya ke arah Fanya. "Ngomong jus apel aja lama lo!"

I Mean NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang