part 2

24.3K 502 3
                                    

"Sepulang sekolah nanti kita main bareng sama galang dan fian" ucap dinda sambil memakan makanannya.

"Jadi.. Apa saja yang kamu obrolin sama galang?" tanya caca menaikkan alisnya.

"Banyak, dan intinya semua aman dan berjalan lancar. Hanya saja aku tau dia jomblo dan aku berniat mendekatkan dia dengan kamu, dan dia antusias. Itu saja" dinda hanya mengangguk anggukan kepalanya.

"really? Kupikir dia akan cuek dan biasa saja" marsya tersenyum mendengarnya.

"siapa sih yang gamau sama primadona sekolah ca?" dinda memutar bola matanya sebal, mengingat betapa bodoh sahabatnya ini bahwa marsya adalah sosok yang digemari para lelaki disekolah.

Senyuman yang tak pudar terpampang jelas bahwa wanita yang satu ini benar-benar sedang kasmaran, untung saja siswa lain disekitarnya tidak melihat. Karena mereka sibuk dengan tugas dan kegiatan lainnya, karena guru yang mengajar sedang tidak ada dikelas.

Tak lama bel bunyi begitu kencang, pertanda istirahat telah tiba. Kedua gadis cantik itupun dengan antusias menuju kantin, takut kalau-kalau akan mengantri dan tidak mendapat tempat.

"yeay! Mie ayam dan es teh manis, akhirnya kita dipertemukan" ucap marsya dengan makanannya.

"sebegitu laparnya kah? Dasar bodoh hahaha" tawa dinda dan melahap makananya.

"hai, boleh gabung?" tanya fian, ternyata disampingnya ia bersama galang.

"tentu" ucap dinda cepat.

"hai caa" sapa galang.

"hai lang" jawab marsya dengan tersenyum, tiba-tiba saja ia menjadi gugup.

"boleh minta nomor hp kamu?" tanya galang, caca yang sadar akan detak jantungnya yang tidak normal pun mencoba untuk bersikap senormal mungkin, agar tidak kelihatan bahwa sekarang ini ia sedang gugup.

"boleh" jawab marsya.

Dengan cepat galang memberikan ponselnya, dan marsya mengetik nomornya dengan hati yang menggebu-gebu. Seketika mereka saling tatap, memandang dan tersenyum malu-malu.

"ehem, disini kaya berasa gak ada orang lain ya fian" sindir dinda, membuat marsya dan galang sadar akan segala hal yang berada disekelilingnya.

"apasih nda!" ucap marsya.

"hahaha ngomong-ngomong, pulang sekolah mau kemana kita?" tanya dinda.

"gimana kalo kita ke mall? Makan, ngobrol, main timezone? Kayanya seru" ucap fian.

"boleh, kalian gimana?" tanya dinda.

"setuju, kayanya seru" jawab marsya. Kemudian dinda, fian dan marsya melirik galang.

"aku ngikut marsya aja" jawab galang.

"ehem, tiba-tiba tenggorokan kaya rada gatel gitu jadinya" ucap dinda dan fian saling meledek.

Marsya hanya diam, menampakkan pipinya yang terlihat merah. Kalau saja tidak ada galang, pasti ia sudah membungkam mulut nenek lampir itu.

*****

"bu, ijin ke toilet" ucap marsya mengangkat tangannya.

"silahkan" jawab bu rini, guru kimia.

Dengan semangat ia melangkah keluar, tak menghubris pandangan heran dinda. Biasanya ia selalu mengajak dinda untuk sekedar ke toilet bahkan bolos kelas, tetapi ia keluar sendiri?

Gadis cantik itu memang benar melangkahkan kakinya menuju toilet wanita dilantai dasar, pasalnya ia memang ingin buang air kecil. Setelahnya ia berpaling menuju taman belakang, sepi? Tentu saja, karena jam belajar sedang berlangsung.

Marsya memilih duduk disana ketimbang harus ke kelas, pikirannya sedang sedikit kacau. Tentang galang, apa benar ia bisa kembali mencoba menjalin hubungan? Memang ia tidak serius, hanya untuk melatih hatinya agar siap membuka hati kembali.

Tetapi, ia sangat takut jika memikirkan segala hal kelamnya. Ia sungguh trauma dengan sosok lelaki, dan itu hanya dirinya seorang yang tahu tidak dengan siapapun. Maka itu ia selalu mencoba berpacaran, hanya untuk melatih ketakutan yang ada didirinya.

Sebenarnya ia sudah pernah mendapati rasa cinta atau hanya sekedar sayang pada seseorang, tetapi ternyata lelaki itu jahat karena hanya mempermainkannya.
Ia tersenyum kecut, pikirannya kembali terlintas oleh lelaki berengsek itu lagi.

"bolos hm?" ucap seseorang yang berhasil membuatnya kaget karena sedang melamun.

"k-kau?" tanya marsya. Sosok yang sedang ada didalam pikirannya itu tiba-tiba saja muncul dihadapannya.

"kenapa bolos?" tanya rudy, adik kelas 8-4 beda setahun dengan marsya, sekaligus mantan gebetannya.

Lelaki itulah yang membuatnya uring-uringan dan menjomblo selama hampir enam bulan belakangan ini, mengapa? Karena luka yang telah ia tinggalkan dihati marsya begitu membekas, dan berhasil membuatnya takut untuk menjalin hubungan lagi.

Memang tampan, bahkan terbilang kaya raya pula. Karena tempatnya sekolah adalah kalangan orang atas, tetapi rudy ternyata lelaki yang awalnya manis dan terasa pahit pada akhirnya. Ia hanya mempermainkan perasaannya, begitupun dengan korbannya yang lain.

Sangat pandai membuat kaum hawa jatuh cinta padanya, dan pandai pula menghempaskan begitu saja. Walau belum sempat berpacaran dengannya, marsya selalu menghabiskan waktu selama setahun bersama.

"masih memikirkanku hm?" tanyanya percaya diri. Sungguh, marsya begitu muak dengan sifat asli lelaki itu, ia begitu berengsek!

Marsya berdiri dan beranjak pergi, namun dengan cepat rudy mencekal tangannya.

"lepasin!" ucap marsya.

"aku tahu, kejadian sore itu masih berada didalam pikiranmu kan?" jawab rudy.

PLAK!

Masrya menampar pipi rudy, "jangan harap aku masih memikirkan lelaki berengsek sepertimu" ucapnya yang kemudian pergi.

Air matanya lolos begitu saja, ia kembali mulai merasa gejolak aneh didirinya. Kembali memikirkan hal-hal kotor yang telah rudy perbuat. Lelaki itu pernah meremas payudaranya tak kala saat sedang belajar bersama dirumah temannya, rudy lelaki gila.

Gadis cantik itu berjalan dikoridor sekolah yang untungnya memang sedang keadaan sepi, ia memasuki sebuah kelas kosong dan membungkuk didekat tumpukan meja dan bangku yang tidak terpakai.

Ia menangis dengan memeluk tubuhnya, bayang-bayang masa kelamnya saat kecil kembali muncul. Sesuatu yang sudah susah payah ia lupakan, kini terasa sia-sia karena tiba-tiba muncul kembali. Itu semua karena rudy, ia jahat, sama hal nya dengan orang dari masalalu nya yang membuatnya terus trauma dan menjadi wanita aneh menurutnya.

"marsya?" tanya seseorang menepuk bahunya, kemudian ia menoleh untuk melihat siapa asal suara tersebut.

"kenapa nangis? Bilang sama aku siapa yang buat kamu kaya gini" tanya galang khawatir menyentuh kedua pipi marsya.

"ngga, gak ada" jawab marsya menghapus air matanya.

Ia merasa malu seseorang mendapati dirinya sedang terpuruk, tidak pernah, bahkan tidak ada oranglain yang pernah melihat dirinya seperti ini. Tetapi galang melihatnya, calon kekasihnya.

Dengan cepat galang memeluknya, mengusap kepalanya. Membuat marsya kaget seketika, dan merasa bingung dengan jantungnya.

"aku gak suka liat kamu nangis" ucap galang jujur.

"makasih udah khawatir, aku baik-baik aja kok" jawab marsya bohong.

Menurut gadis cantik itu, menjalin hubungan dengan seseorang dan berganti-ganti pasangan hanyalah terapi tersendiri untuknya. Agar ia dapat menumbuhkan rasa cinta dan dapat menjalin hubungan sesungguhnya dengan seseorang. Karena hatinya sudah sangat lama mati karena sesuatu hal yang terjadi dimasa lalunya.

_______

Hay gaiss, aku gak terbiasa buat nulis macam novel begini dan ini iseng ajasih aku buat hehe.
Menurut kalian gimana lanjutin atau ngga? :(

Half Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang