[1] Rizki Syahputra

229 10 5
                                    

Pagi itu di hari Selasa, Rizki yang notabene nya seorang siswa kelas 10 dari SMA Garuda baru sampai di halte. Dia menepuk pelan bajunya yang terkena debu, lalu dirapikannya rambut cepaknya itu dengan jarinya sendiri. Perlahan dia meneliti sekelilingnya dan dia baru sadar ternyata ada tiga orang cewek dengan seragam yang berbeda berada pada jarak satu meter di sebelah kirinya.

Ketiga cewek itu memperhatikannya dengan tatapan haus akan pesona.

Rizki menggelengkan kepalanya, tak habis fikir, apa yang mereka lihat dari dirinya? Bukan percaya diri, masalahnya, di halte ini hanya dia sendiri yang berkelamin laki-laki. Jadi wajar kan kalau dia beranggapan seperti itu?

"Anjir, tu cowok satu sekolah sama gue!"

"Lo tau namanya gak?"

"Duh lupa gue!"

"Pe'a lo mah"

"Ya gue cuma tau dia ganteng doang"

Rizki tersenyum tipis mendengar percakapan ketiga cewek itu. Sebelum dia mendengar celotehan itu lebih lanjut, dia harus mendapat bus sesegera mungkin. Tapi nyatanya, belum ada tanda-tanda bus lewat.

Rizki mengeluarkan novel dari dalam tasnya. Rizki termasuk penggemar novel dengan genre action dan romance. Saat ini dia membaca karya Wulanfadi yang berjudul "A". Mungkin sebagian berkata norak karena membaca genre romance, tetapi bagi Rizki ini sangat membantunya dalam hal percintaan.

Sekitar 10 menit Rizki berdiri sambil membaca novel, dia menengadah lalu menyeka keringatnya mengingat cuaca di pagi hari ini begitu cerah ditambah hasil dia berlari dari gang kecil di rumahnya belum juga hilang.

Baru Rizki ingin melirik jam tangannya, bus yang dinantikannya kini tiba. Rizki bersyukur karena dia tidak ingin telat dalam pelajaran olahraga--pelajaran kesukaannya.

Rizki menutup novelnya, kemudian masuk ke dalam bus dan duduk dengan tenang karena kursi masih tersisa dua. Untuknya dan untuk cewek berisik tadi.

"Wah, kita sebelahan. Apa ini takdir ya?"

Rizki menatapnya sebentar dengan memberikan senyuman tipisnya. Tapi hal itu justru membuat cewek berambut gelombang itu jatuh ke dalam pesonanya.

Rizki kembali membaca novelnya dengan seksama.

"A-anu, kalau boleh tau namanya siapa ya?"

"Rizki" jawabnya singkat tanpa menoleh. Karena kalau menoleh, sama saja cewek itu akan kembali berisik. Dan lagi, dia sebenarnya tidak ingin diganggu ketika sedang membaca novel.

"Nama gue Yolanda, salam kenal ya"

Rizki mengangguk pelan dan memutuskan untuk mengabaikannya.

Bus baru berjalan, sekitar 2 menit melaju tiba-tiba teriakan seorang cewek membuatnya menoleh dan menutup novelnya.

"OM SOPIR BERHENTI!!"

"OOOMMM!!!"

Pekikan itu membuat Sang sopir langsung menekan pedal remnya. Para penumpang seperti terhuyung ke depan akibat rem mendadak itu. Sebagian penumpang sedikit mengumpat karena kejadian ini.

"Lah ngeremnya bisa kali gak mendadak"

"Ck, rambut gue"

"Untung aja masih pagi, kalau udah siang, panas otak saya udah saya giling itu bocah"

Sedangkan Rizki hanya diam. Dia mendengar pintu terbuka, menoleh ke arah pintu dia melihat sosok seorang cewek.

"Hoshh.. Hoshh" cewek yang baru masuk itu mengatur nafasnya dengan tangan menggenggam pegangan di dekat pintu dengan erat.

Rizki mengernyitkan dahinya, seberapa jauh cewek itu berlari sampai kesulitan mengatur nafasnya? Rizki menghela nafas dan kembali duduk dengan anteng.

"Udah neng?" tanya sang sopir.

"Udah Om" jawabnya sambil memegang perutnya. Perlahan bus kembali melaju, namun cewek ini tetap berdiri. Diedarkan pandangannya berharap masih ada kursi untuk dirinya, namun Dewi fortuna tidak berpihak padanya karena sekarang dia hanya bisa berdiri hingga bus ini menurunkannya.

Rizki diam-diam melirik cewek itu lama. Ada perasaan iba dalam benaknya. Apa cowok lain gak ada yang bersimpati dan membiarkan cewek itu duduk?

Bodoh. Kenapa gak lo sendiri aja yang kek gitu?

Rizki membenarkan dalam hati. Dia tidak akan membiarkan cewek itu berdiri karena perjalanannya ke sekolah memakan waktu setengah jam.

Rizki berdiri dan gerakan halus itu menyita perhatian sebagian penumpang, kemudian dia menghampiri cewek itu. Ditatapnya sebentar cewek itu. Dia berambut pendek sebahu dengan jepit di atas telinga kanannya, poninya yang tersampir ke kiri. Lalu matanya yang sayu membuat Rizki semakin ...

"Ekhm, kamu.. Bisa duduk di kursi saya"

Tanpa diprediksi Rizki, cewek itu mengedipkan matanya berkali-kali dengan mulut yang sedikit terbuka. Ekspresi kaget itu berlangsung selama 20 detik sebelum akhirnya Rizki menjentikkan jarinya di depan wajah cewek itu.

Seolah tersadar, dia menatap Rizki dengan wajah tersentak, "B-boleh?"

Rizki menyunggingkan senyumnya lalu memberikan jawaban yang dinantikan cewek itu, "Tentu boleh"

"TERIMA KASIH" cewek itu menyambar tangan kiri Rizki dan menggenggamnya, "ka-kamu emm, baik, makasih ya"

Dan reaksi itu benar-benar di luar prediksi Rizki. Rizki tersenyum dan mengangguk pelan. Cewek itu segera berlalu. Sedangkan dia berdiri dengan tangan kirinya dia gunakan untuk berpegangan dengan pegangan yang menggantung, lalu tangan kanannya dia gunakan untuk membuka novel dan membacanya.

Setelah cewek itu memutuskan untuk duduk, dia menoleh ke arah Rizki sedikit sambil tersenyum malu. Lalu dia menatap sekeliling dan tiba-tiba senyumnya memudar dan berakhir dengan kekikukan.

Mungkin dia sadar kalau dia menjadi pusat perhatian?

Cewek itu menyelipkan rambutnya di telinga dengan kikuk sambil tersenyum masam. Sementara cewek di sebelahnya yang bernama Yolanda itu merengut kesal karena tidak duduk di sebelah Rizki lagi dan memutuskan menatap jendela. Sebal.

***

Rizki turun dari bus dengan menyampirkan tasnya ke bahu kanannya, tangan kirinya menarik dasinya sedikit agar tidak terlalu ketat di sekitar lehernya.

Ah, sebenernya dia juga kepanasan karena memutuskan memakai baju double

Baru ingin berlari, namun sebuah tangan halus menggenggam tangan kirinya, sontak sentuhan itu membuatnya menoleh, "Kamu?" Rizki menyapu pandangannya dari atas sampai bawah, dia tidak habis fikir. Dari seragam sekolah saja sudah berbeda, tapi cewek itu nekat menghampirinya.

"Zahra"

Rizki mengernyit bingung, tatapan cewek itu tajam seperti elang membuatnya diam tak berkutik.

Zahra masih terus menatapnya, menunggu Rizki membalas ucapannya.

Rizki tersenyum lembut, lalu bertanya, "Kamu bukan siswi di sini, kenapa kamu turun?"

"Sa-saya cuma mau bilang terima kasih"

"Sama-sama"

Dan saat itu juga, Zahra jatuh dalam pesona Rizki.

~•~•~•~•

Yaharo!!

New Story lagi nih 😁
Padahal I'm Late nya belum update lagi wkwk

Cerita ini dapet banyak dukungan dari teman-teman ter-ogeb saia 😄

Semoga kalian suka dengan cerita ini! 😙😙

Untuk @Re_Sankyu, makasih covernya, aku suka bangettt!!! covernya menggambarkan karakter Rizki dalam cerita ini pada kehidupan remajanya yang masih labil. Hontou ni arigatou!

FIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang