[6] Teman Baru

26 2 0
                                    

Rizki kini sedang memesan mie ayam mba coy untuk dia dan tentu saja Hani. Ya, dia berjanji untuk mentraktir Hani hari ini karena kemarin dia menghabiskan waktu dengan Zahra. Tentu Hani tidak tahu. Dan jangan sampai tahu.

Hal yang biasa terjadi padanya adalah tatapan para cewek yang mengarah padanya. Ada juga yang menyapanya, "Hai Rizki, makin hari makin tampan aja deh"

"Manis juga kalau senyum tau"

"Sweet banget beliin pacarnya mie ayam"

Letak sweet nya di mana njir?

Tapi karena tidak enak, akhirnya Rizki hanya membalas mereka dengan senyuman. Dan yang terjadi adalah mereka yang mendapat senyuman itu langsung teriak.

Rizki dalam diam menghela napas, "Kenapa makin hari makin banyak cewek alay?"

Dari posisinya ini dia bisa melihat Hani yang sedang merajuk. Ah, manis sekali.

"Ini mie ayamnya"

"Oh, iya"

Setelah membayar, Rizki membawa kedua mangkok mie ayam itu ke tempat Hani duduk.

"Kenapa?" tanya Rizki lembut sambil mengusap kepala Hani. Hani masih dalam mode merajuk. Rizki dengan gemas mencubit pipi Hani, lalu berkata, "Abaikan aja mereka, lagipula aku cuma tertarik sama kamu"

Semudah itu dia berkata, semudah itu pula Hani luluh. Kata-kata sederhana itu langsung membuat Hani terpikat. Hanya dengan kata-kata itu, kedua pipi Hani menjadi merona.

"Gitu dong senyum, kan makin cantik"

"Bisa aja deh"

"Yaudah dimakan ini mie ayamnya"

"Oke tapi ada satu syarat"

"Apa, hmm?"

Kemudian Hani mengangkat semangkok kecil yang berisi sambal. Rizki menelan ludahnya susah payah. Tapi dia harus tetap tersenyum. Demi harga dirinya.

Selepas mengantar Hani ke kelasnya, Rizki berencana untuk ke toilet. Dia menyesal telah menuruti permintaan Hani untuk memakan mie ayam dengan kepedasan yang luar biasa. Dia menyanggupi karena dia ingin terlihat keren di depan pasangannya. Begitulah kata Yanuar.

Bibirnya bisa menahan pedasnya itu, tapi apalah daya, lambungnya tidak bisa. Alhasil, dia harus menahan gejolak aneh di perutnya sejak keluar dari kantin.

Rizki lupa, sosoknya saat ini masih tidak disukai oleh sekumpulan cowok yang mulutnya hampir sama seperti emak-emak ngerumpi. Dan sekumpulan cowok itu adalah teman sekelasnya. Dia memang mengabaikannya, tapi tetap saja suara-suara itu mengganggunya.

Rizki harus melewati kelasnya sendiri untuk pergi ke toilet. Merepotkan sebenarnya karena harus melewati rombongan cowok alay yang suka ngerumpi.

Rizki berharap di dalam toilet dia bisa mendapatkan ketenangan. Tapi tetap saja, tatapan permusuhan selalu dia dapatkan.

Bodo ah. Yang penting perut gue!

Setelah selesai dengan panggilan alamnya, dia menatap pantulannya dalam cermin. Dia melihat sekeliling, karena tidak ada orang lagi akhirnya dia bisa tersenyum sendiri di depan cermin.

"Hei orang tampan. Kenapa kau sangat tampan?"

"Jelas, karena kau sudah terlahir tampan"

Rizki terkekeh sendiri. Kemudian dia berdeham-deham. Merasa tidak enak dengan tenggorokannya. Diusapnya sebentar tenggorokannya itu, kemudian dia berkumur-kumur sambil menatap kembali pantulan dirinya pada cermin.

Sial. Keknya mie ayam tadi kebanyakan micin. Mulai radang dah gue.

Di saat seperti ini dia lebih memilih mengganggu sepupu gembulnya itu.

Kuntet

Woy (slap)
Gw habis makan mie ayam

Terus? 😒

Ternyata mie ayamnya pake micin (hmm)

Mampuy
Radang lu
Sana makan lagi mas

Doain pet sembuh kek 😔

Ogah gw (hug)


Rizki sedikit terkejut melihat seseorang keluar dari sangkarnya. Dia kembali berdeham untuk menetralisir rasa malunya. Kemudian dia memasukkan ponselnya ke dalam saku. Orang yang ada di sampingnya saat ini adalah teman sebangkunya, Bima. Dia satu-satunya cowok di kelas yang tidak memberikan tatapan iri padanya seperti cowok-cowok di kelasnya.

Rizki memperhatikan Bima yang sedang mengambil inhaler dari sakunya ketika mereka hanya berdua di toilet ini. Dari sini dia tahu kenapa Bima lebih banyak diam, Bima juga menutupi sesuatu dari teman sekelas. Atau kemungkinan lain, Bima belum menemukan teman yang cocok, seperti dirinya.

"Lo punya asma?"

"Iya"

Rizki manggut-manggut, "Gue gak punya asma, tapi gue juga suka ngerasa sesak gitu di dada"

Mendengar itu Bima menoleh, "Kok bisa?"

Dengan raut wajah memelasnya Rizki menjawab, "Mungkin karena terlalu banyak cewe di sekitar gue yang buat gue deg-degan jadi sesak gitu"

Bima terkekeh mendengar jawabannya. Dia juga tertawa. Ah mungkin lebih baik punya satu teman seperti Bima.

"Kenapa lo selalu bersikap sama ke semua cewek?" tanya Bima. Rizki mengernyit, namun kemudian dia tersenyum jahil.

"Woah! Bima ternyata memperhatikan gue." goda Rizki, "gue sangat tersanjung."

Bima berdecak, "Nyesel gue nanya"

Rizki nyengir ketika menangkap nada kesal pada ucapan Bima. Kemudian dia merangkul Bima layaknya teman akrab, "Lo harus tau Bim, cita-cita gue adalah memuliakan semua wanita."

"Bodo amat Ki"

Keduanya pun tertawa. Kemudian mereka berdua keluar dari toilet. Akhirnya Rizki punya teman yang cocok. Teman barunya.

***

Yaharo!

Maaf lama update 😔
Ini karena something yg buat semangat nulisnya hilang 😔

But aku berusaha untuk menuntaskan semua ceritaku! Zettai!

Terima kasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca story yg absurd ini.  Love  you! ❤❤❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang