Rizki POV
Di ruangan ini suasananya begitu mencekam. Padahal gue hanya berhadapan dengan Ayahnya Zahra. Kalau kata Zahra tadi, Ayahnya ini bekerja sebagai tentara jadi gak perlu takut.
Tapi menurut gue, Siapapun yang lihat bokap Zahra pasti bakal nyangka kalau bokapnya itu Preman, bukan Tentara. Lebih afdhal jadi Preman agaknya. Serem banget gilak.
Gue duduk di sofa panjang, sementara Ayahnya Zahra duduk di sofa utama. Sebelah kiri gue. Gue meliriknya sedikit, tatapannya tajam banget. Buat gue menelan ludahnya berkali-kali. Gue sesekali mencari keberadaan Zahra karena ketika kita berdua kepergok di depan rumah, Zahra langsung di suruh masuk ke kamarnya.
"Zahra. Kamu bawa siapa ke rumah?" suara bariton itu benar-benar buat gue merinding.
Gue cuma bisa senyum kikuk, "Assalamu'alaikum pak"
"Wa'alaikumsalam" jawab Ayahnya Zahra tegas. Lalu tatapannya mengarah ke anaknya, "Zahra, kamu cepet masuk ke dalam dan langsung mandi."
Zahra menatap gue sebentar, lalu berdehem, "I-iya Yah." Zahra membuka pagarnya, tanpa melihat gue, dia berjalan masuk ke rumahnya.
Gue hanya diam menatap kepergian Zahra. Oke gue lebay, tapi gue merasa terancam!
"Kamu"
Gue mengerjap, "I-iya pak?"
"Masuk ke dalam" suara lantangnya membuat gue mengangguk patuh.
Dan di sinilah gue berada. Gue harus siap menghadapi introgasi ini.
"Namamu siapa?"
Kalau kata si Yanuar, meski lo gugup, kikuk, kicep, lo harus tetap tegakin badan lo. Lo cowok, man.
Gue menegakkan badan, "Rizki Syahputra" meski terdengar gugup, gue tetap menjawab.
"Rumahmu dimana?"
"Di Pondok Indah, pak, dekat lapangan golf."
"Tinggal sama orang tua?" tanyanya lagi. Gue hanya mengangguk untuk merespon pertanyan itu.
Ayahnya Zahra manggut-manggut, lalu bertanya lagi,"Sekolah di mana?"
"Di SMA Garuda kelas 10, pak."
Kok berasa interview? Tapi karena wajahnya serem banget, jadi gue merasa diintrogasi.
"Hmm. Ke sekolah naik apa?"
"Bus pak"
"Memangnya gak ada motor?" tanyanya. Kok bokapnya ini jadi kepo banget ya sama kehidupan gue?
"Saya rasa, saya belum cukup umur untuk mengendarai motor."
"Oh?" Tatapan Ayahnya Zahra seperti gak percaya dengan jawaban gue. Padahal itu fakta.
Sebenarnya dari tadi jari gue gak berhenti mengetuk-ngetuk di atas dengkul gue. Meski pertanyaannya di luar perkiraan gue, tetep aja sensasinya itu luar biasa. Masih berasa seremnya.
Gue menghela nafas. Lalu menunduk lagi. Kapan gue bisa pergi dari situasi ini?
"Lalu kamu siapanya anak saya?" gue mendongak menatap Ayahnya Zahra dan akhirnya pertanyaan ini muncul ke permukaan.
Gue berdehem untuk menetralkan kegugupan gue. Lalu dengan satu tarikan nafas gue--
"Dia cowokku. Dia yang ketemu di bus itu." itu suara Zahra. Gue menoleh, Zahra tersenyum ke arah gue. Lalu dia duduk di sebelah kiri gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIDE
Short StoryKisah cinta Rizki Syahputra, seorang cowok famous yang gampang meluluhkan hati cewek.Kebaikan dalam dirinya sering dimanfaatkan oleh banyak orang, tetapi setelah mengetahuinya, dia bersikap seolah-olah masih sama padahal dia bisa bermain seperti yan...