[2] Si Ogeb

108 6 2
                                    

Pi reding ^_^

Di jam pelajaran bahasa asing--Jepang, seorang cewek dengan kerudung putihnya sibuk dengan coretan-coretan di buku khusus.

Dia Triana Rizki. Kelas 10 di SMAN 2 Bandung. Hobinya mencoret buku dengan tulisan-tulisan majas. Wajahnya berbentuk bulat dengan pipinya yang chubby hingga siapa saja yang melihatnya akan gemas ingin mencubit pipinya yang gembul itu.

Saat sedang asyik, teman sebangkunya--Ajeng, menyenggol bahunya dengan sikut membuatnya menghentikan aksi seninya dan menoleh dengan tangan kiri sebagai penyangga di dagunya.

"Tri, gue request sih"

"Request apaan?"

"Request anu.."

Triana berdecak, "Lu kan tau aing kagak bisa gambar. Sama Dini aja noh"

"Yailah, belum selesai ngomong udah dipotong" kata Ajeng sambil menyandarkan badannya ke kursi. Matanya sedikit melirik ke depan, memantau apakah gurunya memperhatikannya dengan Triana atau tidak. Dan aman.

"Ya lu sendiri, ngomong anu anu, mana ngerti aing" meski suaranya pelan, namun Ajeng kesal mendengarnya karena nada bicara Triana yang benar-benar nyolot.

"Kok kzl ya"

Triana mengibaskan tangan kanannya mengisyaratkan Ajeng untuk diam atau mengganti topik.

Namun karena kibasan tangan Triana terlalu tinggi, Pak Yoga menganggap bahwa Triana sedang menunjuk tangan. Mungkin untuk bertanya?

"Triana-san?"

"Hai, sensei (Ya, Pak?)" Triana duduk tegap sambil meneguk ludahnya, takut ditanya tentang materi yang diajarkan.

"Triana-san wa tazunetai desu ka? (Kamu mau bertanya?)"

"Etto, iie sensei. Daijoubu desu (um, gak, Pak. Tidak apa-apa)"

"Saya kira kamu mau bertanya, tangan kamu tadi ngibas-ngibas gitu"

"Ah, itu.. Tadi ada nyamuk dan laba-laba berantem, terus saya kibas-kibas biar berhenti" polos. Triana mengucapkannya dengan sangat polos seperti tak ada yang salah. Dia sudah terbiasa.

Sontak Ajeng menunduk seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan menahan tawanya. Disusul gelak tawa teman sekelasnya.

Triana duduk dengan mengerucutkan bibirnya, kesal dengan Ajeng yang tertawa seperti itu.

Drrt drrt

Triana melirik ponselnya, lalu mengedarkan pandangannya melihat situasi. Aman. Mereka masih asik tertawa dan Pak Yoga masih menenangkan mereka.

Tangan kirinya meraih ponsel lalu membuka lockscreen-nya. Jari jempolnya menyentuh icon Line.

"Rizkin?" gumamnya

Ajeng yang mendengar nama Rizki langsung mendekat, "Kenapa Rizki?"

Triana mengedikkan bahunya, kemudian membuka pesan dari saudaranya itu.

"Tri, mending kita ke masjid aja" sahut Ulfa dari belakang.

Senyum Triana mengembang lalu menyetujui usul Ulfa. Hobi mereka ketika sedang bosan yaitu bolos ke masjid.

Triana dan Ulfa menatap Ajeng dengan senyum smirk nya. Sontak Ajeng menggelengkan kepalanya tidak setuju. Memang dintara mereka bertiga hanya Ajeng posisinya yang mencari aman.

Ulfa menghela nafas, lalu berdiri, "Sensei" Dia keluar dari tempat duduknya menghampiri Pak Yoga yang sedang menjelaskan satu kanji tentang arti dari kanji itu.

FIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang