[4] Detto?

109 6 3
                                    

Detto = dating

Mungkin jalan-jalan seperti ini adalah hal biasa yg dilakukan sebagai sepasang kekasih. Begitu juga bagi Rizki. Tapi situasi Rizki dan Zahra saat ini belum menjadi sepasang kekasih. Apakah hal ini wajar? Wajar bagi mereka, karena jalan-jalan ini dianggap kencan pedekate menuju jenjang selanjutnya.

Di dalam bus, Zahra bercerita banyak hal pada Rizki dan direspon baik olehnya.

"Kalau misal kita naik motor atau mobil pribadi, kamu mau aku anter kemana?"

Dan dengan semangat Zahra menjawab, "Ke Malioboro"

"Kenapa?"

Mata Zahra berbinar dan tatapannya seperti menerawang jauh membayangkan dia sedang berada di Malioboro, "Kamu tau sendiri, di Jogja itu dari makanan sampe souvenirnya murah-murah. Beda banget sama Jakarta. So, aku suka."

Rizki tersenyum, tingkah lucu Zahra inilah yang membuatnya tidak bosan. Tapi.. Mau bosan atau tidak, Rizki tetap akan menjadikan Zahra seperti mantannya yang lain.

Rizki mengusap kepala Zahra lembut, "Tapi maaf ya aku belum bisa nganter kamu ke sana"

Zahra menggeleng lembut, "Gak papa kok. Kemanapun sama kamu, aku seneng."

Rizki tersenyum senang. Zahra mulai baper ternyata. Dan langkahnya akan semakin mudah dan cepat.

Zahra yang baru sadar akan ucapannya barusan langsung mengalihkan pandangannya. Malu.

Rizki yang melihat wajah malu-malu itu mengulurkan tangannya untuk menoel hidung dan pipi Zahra, "Cie seneng"

"A-apaan sih Ki!"

Rizki tertawa kecil, "Lucu banget mukanya"

Zahra menggigit bibir bawahnya menahan senyum. Meski semburat merah itu muncul di pipinya, dia terus mengalihkan pandangannya.

Rizki mengulum senyumnya,kemudian dia melihat keluar jendela,"Bentar lagi kita sampe. Ke kedai kan?"

Zahra reflek mengangguk. Untunglah dia masih diberi kesempatan untuk meredakan kecepatan degup jantungnya.

Karena Zahra bukan tipe cewek yang suka shopping, dia akhirnya memilih untuk pergi ke kedai coklat. Dan Rizki tidak masalah dengan hal itu.

Setelah bus berhenti, mereka turun. Mereka berjalan sebentar untuk sampai ke kedai coklat. Di perjalanan, Rizki sengaja meraih tangan kiri Zahra untuk kemudian digenggamnya erat seperti tidak ingin kehilangan. Tentu tindakan Rizki yang tak diduga itu membuat pipi Zahra bersemu untuk kesekjan kalinya. Zahra tidak menolak, tentu saja. Dia merasa aman dengan genggaman itu.

Kedai coklat yang mereka masuki ini selalu ramai pengunjung karena di samping kedai ini terdapat Taman bunga yang sangat menarik mata pengunjung. Selain memanjakan lidah, juga memanjakan mata. Cocok untuk mereka yang ingin refreshing atau bersantai. Tak lupa juga lantunan musik yang membuat kita jauh lebih santai.

Rizki memilih tempat yang berada di pojok. Alasannya supaya mereka bebas memandangi Taman bunga itu dari sini.

Zahra menatap takjub pemandangan yang dia lihat saat ini. Bersamaan dengan itu, Rizki bangkit menghampiri ke tempat pemesanan membiarkan Zahra menikmati pemandangan itu.

Setelah memesan makanan untuk mereka, Rizki segera kembali ke kursinya. Sambil berjalan, dia memikirkan rencana untuk menyatakan perasaannya. Dia memang suka Zahra. Zahra tidak membosankan. Semoga saja hubungan ini nantinya berlangsung lama.

Rizki menarik kursinya sedikit, kemudian duduk. Diamatinya wajah Zahra yang cantik itu. Baru Rizki ingin bicara, ponselnya bergetar.

Hani send you a message

FIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang