2. Gadis Jahil

144 11 9
                                    

Gadis jahil itu tak kenal menyerah.. Otaknya hanya mampu memikirkan cara agar aku terusik..

***

Akhirnya bel istirahat berbunyi. Kinan langsung mendudukkan dirinya di lantai tanpa peduli jika saja rok sekolahnya akan kotor. Berdiri selama dua jam membuat kakinya pegal tidak tertolong.

Arum langsung menghampiri Kinan dan membantunya untuk duduk di kursi.

"Lo ngapain tadi gebrak meja segala. Kena hukum kan jadinya." Arum berujar. Ia tak habis pikir kenapa Kinan sampai lepas kendali seperti itu. Padahal Arum hanya menganggap hukuman mengganggu konsentrasi Revan hanya untuk candaan.

"Gue mau buktiin kalau si Revan itu emang bisa diganggu."

"Nyatanya?"

"Ngga." keluh Kinan pada akhirnya. Ia meluruskan kakinya ke kursi yang sudah Arum susun sambil sesekali memijat kakinya.

Dug

Kinan dan Arum menoleh ke arah botol minuman yang ada di meja mereka. Setelahnya mereka mengangkat kepala untuk melihat siapa orang yang menaruh minuman itu.

"Pasti haus kan? Minum!"

oh my god. Yang ada dihadapan mereka saat ini adalah Revan. Pria yang tadi sama sekali tidak terusik oleh Kinan.

"Jangan sok baik lo!" jutek Kinan. Tentu saja Kinan kesal.

"Udah minum aja!" nada suara Revan seperti memerintah.

"Gue ngga haus!" Kinan menyerahkan kembali botol minuman itu.

Revan menghela nafas pasrah dan kembali ke kursinya. Tapi ia menaruh kembali botol minuman itu di meja Kinan. Tidak baik ketika kita mengambil kembali barang yang telah kita berikan.

***

Kejahilan Kinan tidak berakhir sampai disitu. Ia masih memikirkan banyak cara agar mengganggu konsentrasi Revan jika sedang belajar.

Ia datang lebih awal hari itu. Alasan utamanya agar ia bisa duduk di bangku Ilham -teman sebangku Revan-. Ia ingin melancarkan aksi jahilnya pada pria cool itu.

Murid lain sudah berdatangan. Tapi ia belum melihat kedatangan Revan. Biasanya Revan datang tepat waktu tapi hari itu ia datang terlambat.

"Lo mau apain Revan sekarang?" tanya Arum. Kinan hanya menyeringai santai. Sambil sesekali memperhatikan pintu masuk menunggu sang target datang.

"Terkena hukuman mungkin." jawab Kinan asal.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Revan datang. Ia sempat terkejut mendapati Kinan yang sudah duduk manis di kursi sebelahnya. Lalu ia menyusuri pandangannya untuk mencari Ilham. Dan Ilham sudah duduk dengan malas di kursi belakang.

"Pagi Revan." sapa Kinan dengan lembut. Murid lain tidak akan peduli. Kelas yang Kinan tempati kurang lebih memiliki sifat seperti Revan tak acuh.

Revan duduk lalu mulai mengambil buku paket matematikanya tidak lupa dengan pensil ditangannya.

"Revan, gue liat pr matematika lo yah." Kinan membuat nada suaranya selembut mungkin. Revan hanya menatap sekilas dan itu mampu membuat Kinan mendengus kesal.

Sebenarnya Kinan tidak tahu harus menjahili Revan seperti apa karena pada dasarnya Kinan bukanlah gadis jahil dia hanya ingin Revan terusik saat belajar. Tapi setelah ia ingat jika hari itu ada pr matematika maka tercetus lah ide di dalam otak Kinan.

"Lo mau nyontek?" ucapan Revan berhasil memunculkan asap di kepala Kinan. Seorang Kinan menyontek? Ngga ada sejarahnya.

"Semalem gue cape banget jadi belum sempet ngerjain." demi melancarkan ide Kinan harus berbohong.

"Kerjain aja sendiri masih ada waktu," Revan masih tidak menatap Kinan, ia justru fokus ke arah buku paketnya.

Kinan langsung menggeram kesal dan dengan cepat ia membuka tas hitam Revan dan mencari-cari buku pr matematika. Kinan merasakan pergerakan tubuh Revan dan tangannya sudah digenggam Revan erat. Tapi tangan Kinan sudah berhasil memegang buku bersampul coklat itu dengan sekali tarikan buku itu berhasil Kinan ambil.

"Gue liat yah," dengan cengiran khasnya Kinan langsung berpindah duduk.

Revan tidak tinggal diam dia ikut beranjak. Berusaha merebut buku pr nya. Alhasil terjadilah tarik-menarik buku antara Kinan dan Revan. Kinan mulai menyeringai, ini memang rencananya.

Dengan sekali sentakan buku Revan sobek tepat dibagian jawaban yang Revan tulis. Kinan meringis berpura-pura sedih. Sedangkan Revan sudah menggeram menahan amarah.

"Ups," Kinan menggigit bibir bawahnya sambil takut-takut menatap Revan padahal dalam hati ia bersorak senang. Dengan begitu Revan tidak bisa mengumpulkan pr nya.

Pintu kelas itu terbuka. Revan langsung kembali duduk di kursinya dan Kinan sudah kembali duduk di kursinya bukan lagi disamping Revan.

Sorakan senang di dalam hati Kinan berhenti seketika. Bukan pak Irwan yang memasuki kelas melainkan Rio, sang ketua murid.

"Pak Irwan nggak masuk kelas hari ini karena ada urusan mendadak. Jadi kita disuruh mengerjakan soal halaman tujuh puluh dua." kini sorakan bahagia menggema di dalam kelas. Namun, Kinan justru mendengus kesal.

"Gagal lagi yah Nan?!" Arum berbisik dan itu sukses bikin Kinan makin frustasi.

Dapat Kinan lihat jika Revan tersenyum sinis ke arahnya.

Gadis jahil tak kenal menyerah.

Sebenarnya Revan tak masalah jika harus dihukum karena tidak mengumpulkan tugas karena jawabannya sobek ulah gadis jahil bernama Kinan Latisya. Tapi ia juga bersyukur karena pak Irwan tidak hadir dan itu membuat si gadis jahil frustasi tak terelakan. Ia terkekeh geli ketika melihat wajah frustasi Kinan.

Gimana sama part 2 nya?? Makin seru atau justru ngebosenin?? Ini masih cerita awal-awal mereka menjalin pertemanan. Semoga pada suka:)..

Say You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang