Part six

35 4 0
                                    

Hal-hal kecil yang kamu buat, perlahan merubah sedikit demi sedikit perasaan ini.

----

Sore ini senja sangatlah indah. Ia menikmati nya di sebuah tempat bermain golf milik ayahnya. Lapangan yang sangat luas hingga tak terlihat ujungnya menjadi tempat terbenamnya sang mentari. Sepulangnya dari panti asuhan itu, hati nya benar-benar merubah pandangannya terhadap Kevin.

"Lo itu apasih? Belum aja dua hari gue kenal sama lo, tapi kenapa untuk dua hari itu lo buat gue lupa sama orang yang gue suka?" Ucap Sezi.

Ia berbicara pada dirinya sendiri, tak memperdulikan pelayan dan bodyguard nya yang dari tadi telah mengelilingi nya.

---

"Lo kenapa? Sekarang lo udah berubah! Gak kayak dulu lagi!" Ucapnya.

"Gue sibuk Fel" jawab pria itu.

"Lo sibuk apa sih? Kevin, oke lo sibuk. Tapi makin kesini lo seakan-akan gak peduli sama gue? Gue ada salah? Salah apa?!" Felix mengeluarkan kata menantang nya kepada pria itu, Kevin.

"Apa lagi? Ini semua gue lakuin buat lo! Gak usah nanya apa-apa tentang kesibukan gue. Percaya, gue gak pernah mikirin buat pergi dari lo! Ataupun ninggalin lo!" Suara Kevin meninggi. Ia tak tahu lagi apa yang harus dia katakan untuk meyakinkan gadis di depannya.

Felix menunduk. Ia kaget dengan apa yang di katakan Kevin.

"G-gue takut. Gue takut sama lo" Ucap Felix melirih. Ia terisak. Ia menangis.

Kevin menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia memang salah. Kini ia berjongkok untuk mensejajarkan dirinya di hadapan gadis yang sedang duduk itu.

"Maafin gue Fel"

"Gak seharusnya gue ngomong kasar ke lo"

"Maaf"

Ucap Kevin. Ia sangat menyesal. Ia takut Felix akan kembali drop akibat ketakutannya itu. Ia mengambil sapu tangan yang ada di kantong celana nya dan segera mengelap air mata gadis dihadapannya itu.

"Gue cuma takut Kev. Gue takut lo ninggalin gue. Gue udah cukup kesepian. Gue gak mau kehilangan orang-orang yang gue sayang. Gue gak mau lo ninggalin gue kayak dia, cuma lo yang gue punya"

Felix semakin terisak. Kevin yang juga dapat merasakannya ikut terhanyut dalam gemaan Felix. Ia memeluk gadis itu dan mengusap puncak kepalanya.

"Gue disini, dan gak bakal kemana-kemana" Ucap Kevin dengan menenangkan wanita itu.

Masing-masing terdiam dalam pelukan hangat itu. Waktu terus berjalan dan tanpa sadar sudah lebih dua puluh menit hal yang sama terus berjalan. Yang terdengar hanyalah suara pertanda berputarnya jarum panjang dan pendek sesuai porosnya. Mereka sama-sama tak ingin melepaskan satu sama lain. Kevin tak perduli dengan lututnya yang sudah sangat nyeri akibat terlalu lama menumpu lantai. Yang ia pikir hanyalah bagaimana caranya agar gadis dihadapannya ini tak lagi menangis.

"Udah lah nangisnya, lo udah jelek makin jelek lagi" Kevin melepaskan pelukannya lalu kembali mengelap air mata Felix di pipi nya.

Felix yang melihatnya segera memukul pelan bahu milik Kevin "Lo tuh yang jelek!" Balas Felix sambil memeletkan lidah nya.

Mereka berdua tertawa lepas. Keheningan tadi telah berubah menjadi meriah akibat tawa mereka. Felix yang tak sadar terus memukul-mukul bahu Kevin dan tampak sakit bagi pria itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SINCERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang