Mungkin ini takdir tuhan, mempasang kan kedua insan yang memang ahli dalam hal menunggu.
----
Disinilah ia sekarang. Balkon dari kamar seluas lapangan tannis itu. Ia memilih posisi ternyaman dengan duduk di sebuah ayunan peninggalan dari kakek nya yang ada di Jepang kini. Kedua matanya tak terfokus apapun. Hanya pikirannya yang sedang terotak-atik. Ia menelengkup kan kedua kakinya dengan erat. Kini hidup nya terasa berat dengan kejadian tadi. Bagaimana jika Kevin benar-benar akan melakukan itu? Bagaimana bisa itu akan terjadi? Sebegitu besarnya kah perasaan pria tadi? Mengapa ia baru mengetahui semua itu? Bahkan ia baru mengenal pria itu kurang dari 24 jam.
"Jadi bintang enak yah. Walaupun bukan makhluk hidup, tapi bisa disukai, bisa menjadi pelipurlara bagi semua orang, dan pasti nya tidak ada yang membenci bintang. Tak ada yang melarang bintang untuk menyimpan perasaan pada sesuatu"
Katanya dengan melihat bintang sambil tersenyum kecut. Ia mengeluarkan unek-unek yang tadinya tak tahu harus ia ungkapkan ke siapa. Mengapa ini seakan tak sesempurna cerita ftv? Ia mengambil handphone nya dan membiarkan benda itu memainkan sebuah lagu.
In my dreams you're with me
"Itu benar"
We'll be everything I want us to be
"Semuanya akan mudah, jika aku tertidur"
And from there, who knows?
"Bahkan kau pun tahu bahwa itulah perasaan ku"
Maybe this will be the night that we kiss for the first time
"Menyukai mu saja sebuah ketidaknyamaan bagi mu, bagaimana jika lebih?"
Or is that just me and my imagination
"Semuanya hanyalah mimpi"
Ia memberhentikan lagu yang tadi menemaninya. Rasanya hampir semua lirik itu benar-benar menyinggung perasaannya sekarang ini. Ia kesal, sangat-sangat kesal. Bahkan ia mengacak lagu yang akan dimainkan. Ia pun berpikir, bahkan handphone nya pun memahami perasaannya. Ah, sekarang dia sudah gila. Malam ini otak nya benar-benar terkuras dengan menelaa setiap ucapan kedua pria tadi yang membuat dirinya hampir frustasi dengan kata-katanya.
Tok tok
"Non Sezi? Non makan malam sudah siap"
Terdengar dari luar kamarnya Bi Inah mengetuk pintu dan memberi tahunya bahwa waktunya untuk makan malam. Ia pun berjalan ke arah sumber suara itu lalu membukakan pintu.
"Iya Bi, ayo turun" ucap Sezi dengan mengajak Bi Inah.
"Bentar dulu non! Ini ada kiriman bouqet bunga lagi untuk non Sezi" Bi Inah memberikan bunga itu.
Raut wajah Sezi kini berubah. Ia bahkan lupa jika kemarin ada yang mengiriminya bunga. Dan hari ini ia kembali mendapatkan kirimkan Bouqet Tulips In Read, so beatiful. Aroma nya dapat memikat siapa saja yang menghirup nya. Ia kembali dikejutkan dengan sebuah note di bunga itu.
"Dear my lovely flowers. Selalu jadi matahari yah, yang tetap indah bahkan pada saat waktu nya ia akan tenggelam"
Ia terlarut dalam isi note itu. Penasaran bukanlah menjadi perwakilan yang ia rasakan sekarang ini. Ia lebih merasa sangat senang.

KAMU SEDANG MEMBACA
SINCERE
Kısa Hikaye"Hah?? Ngapain lo disini?" Sezi menjauhkan badan nya dengan wajah kaget nya sekaligus marah nya. "Ini tempat umum kali" Cowok itu membalas nya dengan acuh dan sinis. "Terus ngapain lo sandar ke gue?" Sezi semakin marah di buat oleh cowok yang menuru...