SMA: !

5 0 0
                                    

Dia datang dengan sejuta tanda Tanya. Membuat awan mendung di hidupku. Kabut yang tebal membuatku tak dapat melihat ke depan dan belakangku. Jika jika kau petir kumohon jangan merusak samerku kali ini. 

Queenita Leasa.

maaf jika banyak typo.

Ucapannya saat party selalu tennging dikepalaku. Malam tadi aku tudak tidur dan sekarang aku harus memoleh wajahku supaya tidak terlihat mata pandaku.

Setelah mandi, pakai seragan aku langsung turun dari lantai dua. Kulihat mami ada di maja makan. Aku turun dengan senyuman mengembang di wajahku. Dedi juga ada disini. Aku anak tunggal tapi bukan berarti aku manja. Dedi dan mami sering meninggalkanku di rumah sendiri.

Dulu aku sering menangis saat dedi dan mami pergi tapi sekarang semua mendai biasa saja. Tanpa mereka mungkin lebih baik dari pada harus melihat mereka melakukan atraksi barang-barang terbanga.

"morning!" megnegcup  pipi kedua orang tuanya. morning kiss.

"morning my Queen, joint with mami?"

"sure. I miss you so much " ku peluk sejenak mami. Sudah hampir sebulan mereka tidak pulang ada sedikit rasa rindu.

"bibi, taken my bag on table, please" pintaku.

Aku selalu menjadi anak baik jika ada di depan dedi dan mami. Kulirik dedi sesaat. Ia masih asyik dengan tb di tangan. Tak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

Mami pun mulai sibuk juga dengan gejednya.

Aku ambil sandwit yag memang tak jauh ari jangkauanku.

"dedi, look at me now please" pintaku.

Kulihat dedi melatakkan tabnya di atas meja. " aku my Queen. What yu want? , money, car, or holyday?" tanyanya sambil mengeluarkan gejednya.

Mendengarkan hal itu membuat moodku jadi buruk. 'tidak ada ya kata rindu giti, liburan bareng atau quality time. Tapi memang hal itu amething imposible' batinku.

"listen me dedi. I not want that. Queen Cuma mau Tanya sesuatu sama dedi dan mami" ku lihat kea rah mereka satu persatu.

Kedua melirikku sambil menautkan kedua alis. "ok. What it?" Tanya mami.

"dedi, mami, sebenarnya apa yang Queen alami sehingga Queen gak pernah ingat masa umur Queen 16 kebawah" ku tutup mataku saat bertanya karena kau tau mami perna memperingati untuk tidak menanyakan tentang hal itu.

"kenapa Tanya itu?" mami

"jadi gini mi" mendangar pernyaan mami membatku semangat untuk bercerita. "disekolah ada sisiwa baru dia pindahan jepang tapi wajahnya gak jepang-jepang amat. Yang buat Queen merasa nahe sikapnya sama Queen mi"

Aku berhenti sejenak kemudia kulihat mereka secara bergiliran. Mereka memasang wajah aneh. Wajah yang tidak bisa ku artikan.

Dengan tarikan yang sangat dalam aku kembali bercerita lagi. "anehnya dia mengungkapkan hal hal yang hanya Queen yang tau. Bahkan mami dan dedi aja tidak tau. Apa mungkin ini semua da hubungannya dengan yang terjadi pada Queen sebelum accident yang mami ceritakan ?".

"ok my Queen. Sekarang dedi harus berangkat. untuk pertanyaannya mungkin lain kali akan dedi jawab" dedi mengambil tabnya dan ber jalan pergi

Kulirik mami. " maaf My Queen. Mami harus berangkat sekarang. Kalau tidak mami bisa telat"

Aku hanya bisa menghembuskan napas tandan ketidak puasanku terhadap ucapan maid an dedi.

....

"always badmood" ucap Geata

"eh Geata. Kapan datang?" tanyaku sekedar basa-basi.

"loe duduk di bawah pohon kek gini apa gak takut kesambet"

Aku hanya tersenyum sinis.

"Queenni!" teriaknya tepat di depanku.

"apasih Geata?"

"loe cuekin gue lagi"

'yah mulailah ngomel anak ni' batinku. Kekelas aja yuk. Dari apda loe pagi-pagi udah buat gue tambah badmood"

Ku tarik tangan Geata.

Walaupun kami shabat dan dia sngat terbuka padaku tapi aku tidak pernah memberinya kesempatan untuk mengatahui tentang kehidupan pribadiku atau lebih tepatnya masalah yangku hadapi. Dia baik hanya saja sifatku yang terlalu waspada tidak pernah memberikan izin bagiku untuk bebagi beban dengan orang lain.

"Queen. Dia datang tu?" bisik Geata sambil menyikut tanganku.

Aku hanya melihatnya sejenak kemudia membuang muka keluar jendela.

"pagi anak-anak?" sapa pak Osman.

Sapaan pak Osman membuat ku terkejut. Aku mengambil buka yang ada di laci, tidak hanya buku tapi juga hpku.

Geata00: tan nanti setelah istirahat cabut yok. Kita shooping dan gue yang traktir.

Beberapa menit kemudian Geata tidak juga membalas. Ku ambil buku dan menulis padanya tentang rencanaku kemudian ku geser buku tersebut kea rah meja Geata yang duduk di sampingku.

/jam istirat kita cabut. Gue traktir. Loe mau gak?/

/no. it not my type/

Melihat tulisan Geata yang aneh membuatku menoleh padanya. And what hell dia bukan Geta melainkan Admon. Aku mulai kesal. Ku edarkan penglihatanku untu melihat kemana si Geata.

Aku menunjukan hp saat Geata menatap ke arahku. Tujuan ku ingin dia baca chat dariku.

Queen_ni: loe kapan pindah? Kenapa pindah. Dan loe gak bilang sama gue. I hate you.

Ku lihat Geata hanya tertawa membaca chatku.

Geata00: map. Gue kilap. Dia minta supaya duduk sama loe. Gue gak tega waktu dia minta dengan wajah tampannya. Eh traktiran tadi masih berlakukan?

Queen_ni: gak jadi. Loe buat gue kesel

Geata00: gak usah marah gitu. Elah itu aja marah. Habis pelajaran pak janggot gue pidah lagi kesitu. Kerasa melayang melihat loe ngerasa kehilangan gue

Queen_ni: najis.

Setelah meletakkan kembali hpku kulirik dia sejenak dengan wajah datarku. Ia membalas senyuman padaku. Sebagian hatiku senang dan terasa terbang tapi pertahanan diriku tidak mengizinkannya. Bagiku dekat seseorang hanya akan enyakiti kita. Tidak ada seorangpun yang sempur dan semua orang selalu buat masalah. Aku tidak suka masalah karena masalahku saja sudah buat ku pusing.

heart attackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang